Chapter 1 :「Namaku Levi」

497 39 34
                                    

Hei. Perkenalkan.

Panggil saja aku Levi.

Aku hanyalah seorang lelaki yang sedang menjalani kehidupan SMA-ku.

Hal yang ku sukai adalah lagu klasik, buku tebal, hujan, kesunyian, dan duduk di barisan terbelakang di dekat jendela.

Hal yang ku benci adalah hal yang kotor, berada di keramaian, bekerja sama, berbicara dengan orang lain..

.. dan sekolah.

Ya, sekolah. Tempat dimana kau harus dapat bersosialisasi, tempat dimana kau biasa membicarakan keburukkan orang yang kau benci dengan teman satu mejamu, tempat dimana kau harus mengucapkan salam pada guru setiap kali bertemu, dan yang paling menyebalkan adalah jika sehari saja kau tak berbicara sepatah kata pada siapa pun, siap-siap saja menjadi bahan bincangan dan dianggap sebagai orang aneh oleh para gadis.

Tunggu, ralat. Ku rasa hal yang ku benci bukan 'sekolah' tetapi lebih kepada 'semua penghuni sekolah'. Nah, itu baru benar.

Sejujurnya bincangan para gadis itu sedikit menggangguku. Maksudku, hei, kau sedang membicarakan orang, bisakah kau gunakan sedikit rasa kemanusiaanmu untuk tak berteriak-teriak dan tertawa tak jelas saat tengah menggosipkan diriku?

Aku tak mengatakan itu pada mereka karena aku sendiri pun tak tahu, di dalam diriku ini apa sudah memiliki rasa kemanusiaan itu? Dan kurasa aku tak akan pernah memilikinya. Maka dari itu, aku punya cara sendiri untuk mengatasinya. Abaikan dan jangan tanggapi bincangan mereka. Pada akhirnya mereka akan bosan dan lelah sendiri. Trust me.

Kurang lebih selama satu tahun gadis-gadis itu membicarakanku dan aku mengabaikan mereka. Satu tahun, menurutku itu waktu yang cepat, karena aku tak begitu menanggapi mereka, ah, bukan, lebih tepatnya aku tak peduli sama sekali.

Mereka berhenti membicarakanku ketika kami memulai kehidupan di kelas 11. Dan akhirnya aku dapat menjalani kehidupan SMA-ku dengan tenang tanpa ada yang memedulikanku. Aku sangat senang dalam kesendirian dan tanpa ada orang yang peduli padaku.

Kau boleh menyebutku orang aneh. Tapi aku memang tak suka jika seseorang peduli kepadaku. Itu membuat batinku merasa terbebani.

Lalu tentang kerja kelompok di dalam kelas, sebisa mungkin aku membuat alasan pada guru jika aku tak punya kelompok dan dapat mengerjakannya sendirian. Bukannya aku sombong tapi aku memang dapat mengerjakannya sendiri. Aku tak memerlukan bantuan siapapun untuk masalah pelajaran. Dan entah mengapa aku selalu mendapat peringkat pertama di kelas.

Namun ketenangan dalam kesendirianku hanya berakhir sampai di sini. Sampai gadis pindahan itu masuk ke kelasku dan membuatku merasa tak nyaman.

"Hai, semuanya! Perkenalkan namaku Isabel Magnolia. Kalian dapat memanggilku Isabel. Kesukaanku adalah bermain game dan musik rock. Apakah ada yang satu spesies denganku?" Ujar seorang gadis dengan rambut merahnya sedang memperkenalkan diri di depan kelas.

Sial, kenapa siswi pindahan itu harus dimasukkan ke kelasku? Padahal aku sudah cukup nyaman dengan orang-orang di sini. Ku harap ia tak akan membuat masalah denganku.

Seketika semua anak lelaki di kelas menjadi heboh. Entah mereka bersorak karena menemukan satu spesiesnya yaitu penggemar game dan musik rock atau mereka bersorak karena menyukai wajah gadis pindahan itu yang.. ya, bisa ku akui dia cantik. Karena dia wanita.

Aku tak perlu ambil pusing tentang gadis pindahan itu. Aku menyukai buku dan musik klasik. Dan seandainya gadis itu mengatakan mempunyai kesukaan yang sama denganku, maka aku juga tetap tak peduli. Ingat, aku bukan tipe orang yang suka berbicara apalagi mengobrolkan hobi atau semacamnya.

"Wah, mungkin calon kekasih masa depanku ada diantara kalian." lanjutnya yang kemudian disambut tawa oleh seisi kelas karena leluconnya, yang menurutku sama sekali tidak lucu.

Dan dia melihat sekilas ke arahku sebagai satu-satunya orang yang tak tertawa lalu melemparkan senyuman sok manisnya padaku.

"Tch.." aku membuang muka ke arah jendela.

Kesan pertamaku tentangnya adalah ia hanyalah gadis bodoh.

Dan benar saja.

Ia selalu datang terlambat dan mengerjakan PR di sekolah, selalu lebih memilih dikeluarkan dari kelas ketika pelajaran sejarah yang menurutnya lebih tepat dibacakan saat sebelum tidur.

Namun dari semua kelakuannya itu, ia selalu mendapat nilai kepribadian A karena ia selalu aktif dalam diskusi kelompok-kecuali dalam pelajaran sejarah-, suka membantu pekerjaan guru, sangat akrab dan selalu menyapa semua penghuni sekolah.

Bisa dikatakan nilai kepribadiannya adalah keterbalikan denganku. Aku selalu mendapat nilai kepribadian C. Ku rasa tak perlu dijelaskan bagaimana kepribadianku.

Kalian sudah dapat menebaknya, bukan?
.
.
.
.
.
.
.
.
To be continue..

Call Your NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang