Yolan dan Ashlan Ketahuan

6 0 0
                                    

Semua murid berbaris di lapangan. Ini adalah hari yang paling di benci umat manusia, yap! Senin. Apalagi bagi siswa SMA, upacara merupakan hal yang paling hina (gak bisa ngerjain PR lama-lama, gak bisa datang lama-lama, panas dan ceramahnya bikin bosen). "Eh yang pendek di depan", celoteh mereka. "Lo kira anak sd harus diatur dari yang pendek?". Rou mencari-cari sosok perempuan yang bernama Yolan. Setelah keliling dunia mencari (lebaaaayy!), Yolan tidak kelihatan juga. "Tok, Yolan mana sih? Ga ada nih di barisan kita". Dito ikut mencari di sekeliling. "Ga ada. Mana sih tuh singa?". 

Ashlan datang ke barisan terburu-buru. "Gila, gue hampir kena catet gara-gara telat, untung gue kabur". "Lan, Yolan telat ga?", tanya Rou. "Dia di kelas tuh, dia nyariin topi, topinya ketinggalan". "Ya ampun, habis deh tuh anak di hukum", Rou membayangkan guru piket barisan akan menghukumnya di barisan dan disaksikan oleh semua murid. Yolan datang berlari. Dia berkeringat bukan main. "Duh, mati gue. Topi gue tinggal nih". "Lo sih pelupa banget. Kita gak ada yang punya dua pula", Dito menambahi. Barisan sudah mulai tertib itu tandanya upacara akan dimulai dan guru piket segera memeriksa. 

Mereka berempat mengambil barisan di tengah. Sudah banyak murid kelas 10 yang dihukum karena lupa membawa topi. "Habis nih riwayat gue", bisik Yolan. Guru piket sudah berjalan ke arah 11 IPA 1. Yolan semakin jantungan. Tiba-tiba Ruben memakaikan topi miliknya sendiri ke kepala Yolan. Yolan terkejut. Dia melihat cowok itu yang sedang mengawasi guru piket. Semua murid kelas 11 IPA 2 dan IPA 3 senyum-senyum menyaksikan drama singkat itu tetapi tidak ada acara ciye-ciye karena upacara sudah dimulai. Entah kenapa saat itu bibir Yolan tidak ingin marah pada Ruben. "Enak lo ya diselamatin", bisik Ashlan. "Bilang makasih kagak lo, jahat bener", tambah Dito. "Ssssstt! Bising lo berdua, liat tuh", Rou mendiamkan mereka sambil menunjuk guru piket yang sudah masuk ke barisan mereka. 

Kelas 11 IPA2 seluruhnya selamat dari pencatatan dosa bagi yang tidak membawa topi dan terlepas dari jerat hukuman. "Mana topi kamu?", Bu Fero kini sudah berdiri disamping Ruben. "Tinggal, Bu". "Besok kepala kamu aja yang ditinggalin. Kamu baris disana, sampai siap pelajaran pertama kamu dan mereka semua itu harus membersihkan lapangan sekolah". Ruben memasrahkan diri. Semua cewek berdehem. Yolan berdiri kaku. "Eheeeeem, eheeeem". "Kenapa kalian?", tanya Bu Fero karena seluruh murid kelas 11 tidak menyangka bahwa Ruben akan berkorban untuk Yolan. Ada juga yang berpura-pura batuk. "Uhuuk.. Uhuuuk". "Ganti rokokmu itu ya Nak", canda Bu Fero. "Lah Bu, saya bebas  rokok Bu", jawabnya pula. "Sudah jangan ada sok batuk lagi", pesan Bu Fero sebelum dia memeriksa kelas 12.

***

Bel istirahat kedua berbunyi. Semua murid berhamburan keluar untuk jajan dan mengapelin pacar nya di kelas sebelah. "Temenin gue dong Rou, balikin topinya Ruben". "Kok ga istirahat pertama tadi lo balikin? Ntar dikirain lo nahan-nahan topi dia". "Idih, ogah banget nahan topi dia. Udaj gue ga peduli. Temenin yuk". Mereka pun beranjak. "Wahh, topi Ruben jadi wangi rambutnya Yolan dong. Emmmm", seru salah seorang dari mereka. "Enaknya punya gebetan". "Lo semua lebay banget", kata Yolan sambil keluar kelas. "Rou, lo tanyain dong mana si Ruben". "What? Kok gue sih, elo aja deh". "Dia kan temen sekelas lo dulu, Pliiiis". Rou tetap tidak mau. "Cari Ruben ya? Tuh dia baru siap olahraga, kami baru Penjas tadi", teman sekelas Ruben Bernanda menghampiri mereka sambil menunjuk Ruben yang sedang berjalan menuju kelasnya. "Ciyeeee, dijumpai gebetan", seru Josi dan teman yang lain yang jalan bareng Ruben. 

"Hai, mau jumpa siapa?", Ruben pura-pura tidak tahu (biasaaaa modus supaya ngobrol agak lama). "Jumpa lo lah. Lo ga merasa gitu pakein topi ini ke kepala gue? Nih gue balikin", Yolan ketus menjawabnya. Murid kelas 11IPA3 nguping dari dalam kelas "Anjiiiir cewek Ruben jutek amat". "Mampus lo Ben, singa lo goda-godain". Ruben menerima topi itu. "Thanks ya", kata Yolan lagi. Dia ingin cepat-cepat pergi dari hadapan Ruben yang berpakaian olahraga itu. "Sama-sama, Yo". Ruben tak berhenti melihat Yolan. "Kenapa lo ngelihatin gue gitu?", tanya Yolan. "Lo mau tahu jawabannya? Karena mata yang paling indah hanya matamu, Yo. Yuk balik" Rou yang dari tadi jadi anti nyamuk menarik tangan Yolan karena dia sudah terlalu lama jaga nyamuk. "Bener tuh jawaban Rouseni", teriak Ruben sambil masuk ke kelasnya.

Bukan SahabatWhere stories live. Discover now