Explanation 3

65 6 0
                                    

Aku sedang berjalan menunduk saat suara teriakan Aira mengagetkan ku. Kulihat Aira sedang berlari ke arah ku sambil merentangkan tangannya, tanda ingin memelukku. Langsung saja aku menepis tangannya, dan Aira langsung memajukan bibir nya, tanda dia tidak suka.

"Mana Naura dan Keira?" Tanyaku sambil terus berjalan menuju kelas.

Aira tampak bingung saat melihatku berjalan lagi, dia pun segera menarik tanganku. "Gerbang yang menuju lantai tiga belum dibuka, kita datang kepagian."

Aku pun menepuk kening ku."Oh iya gue lupa. Jadi tandanya hanya ada kita berdua di sekolah yang besar ini?"

"Enggak juga, tadi gue lihat ada satpam di depan gerbang."

Aku hanya memutar bola mataku. "Bodo dah."

Entah kebetulan atau takdir, aku melihat kelas kak Austin alias orang-yang-mirip-dengan-shawn-mendes itu, dan niat jahil ku muncul.

Aku melirik Aira yang ada di belakangku dan tersenyum jahil. Dan, sesuai dugaan ku, dia sudah tau maksudku.

Kami memasuki kelas 9-1 itu dan melihat ke meja guru. Di sekolah kami, jadwal piket, jadwal mapel, dan tempat duduk siswa terdapat di balik plastik bening diatas meja guru.

"Kak Austin duduk ke tiga dari depan, tandanya dia disini." Aira berjalan menuju meja yang dianggap sebagai tempat duduk kak Austin.

Aku pun mengikuti Aira dari belakang dan melihat kebawah laci tempat dia duduk. "Lo mau liat apa? Dia nggak terkenal Ren, jadi kagak ada surat cinta atau segala macem di laci itu."

Aku hanya terkekeh dan kembali berdiri.

Aku dan Aira segera menundukkan diri dan bersembunyi diantara meja-meja dan kursi kelas saat melihat lampu kelas telah dinyalakan. Aku melihat hanya ada tukang bersih-bersih sekolah disana. Dan untungnya, dia hanya menyalakan lampu, tidak memeriksa isi kelas.

"Ayo keluar Ra, keburu ada yang masuk lagi." Ucapku sambil berlari kecil menuju luar kelas yang diikuti Aira dibelakangku.

_______

"Mohon perhatiannya, kepada Aira dan Irena kelas 8-3 di tunggu bu Ver di kelas 9-1. Terima kasih."

Suara pengumuman yang terdengar sangat keras dari speaker sukses membuat tatapan semua orang tertuju padaku dan Aira. "Irena, Aira, kalian sudah dengar pengumumannya." Ucap bu Fen sambil menurunkan sedikit kacamatanya.

Aku dan Aira hanya mengangguk dan pergi meninggalkan kelas.

"Kita remedial di kelas 9-1?" Tanyaku pada Aira sambil melanjutkan jalan.

Aira menoleh padaku dan memperlihatkan senyumnya yang jahil itu. "Why not?"

Aku hanya bisa menggeram dan merutuki nasibku. Oke, mungkin bertemu dengan kak Austin bisa membuatku sangat bahagia. Tapi tidak dengan cara ini. Setelah namaku disebut-sebut memakai speaker yang terdapat di semua kelas, aku masih senang bertemu dengan Kak Austin? Yang benar saja!

Aku hanya bisa menghela nafas sebelum memasuki kelas 9-1 itu. Aira jalan mendahuluiku dan tatapan semua orang kembali tertuju pada kami berdua. "Aira dan Irena, apa kalian sudah menghafalkan tugas yang saya berikan untuk remedial?"

"Sudah bu." Jawab kami bersamaan.

"Baiklah, Aira silahkan kamu sebutkan hasil hafalan kamu."

Disaat Aira sedang menyebutkan hasil hafalannya, mataku tertuju pada kak Austin. Sungguh, dia terlihat seperti Shawn Mendes. Dia terlihat sedang bercanda pada teman sebangkunya. Dan hasil bercandaan temannya mengakibatkan kak Austin tertawa blak-blakan. Sungguh, dia sangat sempurna, giginya yang putih, jambul rambutnya sangat pas untuk setelan rambutnya.

Dan sekarang dia sudah mengeluarkan sisir untuk-

Tunggu, sisir? Aku tidak menyadarinya. Dia selalu membawa sisir untuk menyisir jambulnya? Sungguh, aku ingin tertawa sekarang.

***

"Rasanya gue pengen jadi sisir yang selalu lu bawa ke mana-mana."

BBMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang