Makalu

6.3K 694 107
                                    

▶ Makalu I, Pegunungan Himalaya, Nepal/Tibet, 27,766 ft / 8,463 m.

[Makalu berada di negara Nepal di daerah Asia. Gunung Makalu merupakan dataran tinggi berupa Gunung. Secara internasional Gunung Makalu bernama Makalu.]

.
.
.
.
.
⬇⬇ HAPPY READING ⬇⬇
.
.
.
.
.

"Am I a whore for you?" Chris goyah di tempatnya. Ia takut menanyakan hal ini sebenarnya. Takut dengan jawaban yang akan ia dapatkan nanti. Tapi jika Chris tidak menanyakan hal ini, hubungannya dengan Liam tetap akan mengambang tanpa ada solusi dan jawaban akhir yang jelas.

"Apa? Tidak. Jelas kita sudah membahas ini, Tian. Jawaban apa sebenarnya yang mau kamu cari?"

"Aku... sebenarnya kita ini apa, Liam?"

"Maksud kamu?"

"We do things that lover do. We hugged. We kissed. We fucked. But, what are we?"

"Kamu tau kalau aku sudah punya pacar yang aku sayang kan Tian?"

"Ya, tentu saja. Dua bulan yang lalu. Tapi hubungan kita sudah berjalan jauh lebih dari itu, Liam. Tapi aku sama sekali tidak tau kita ini apa."

"Sorry."

"Nggak, kamu tidak harus minta maaf, Liam. Mungkin memang aku yang terlalu berharap sama kamu. Ini memalukan tapi, aku selalu anggap kamu itu kekasih aku."

"Ah? Tapi aku--"

"Aku tau! Maafkan aku. Terlalu egois untukku menganggap seperti itu. But you know that Liam. At least, you knew. I do love you so much. You are all my firsts. You are my first kiss. You are the one and only that I messing up with. You are my first love, Liam."

"Aku..."

"..."

"Aku sama sekali tidak pernah nembak kamu sungguh-sungguh, Tian. Bahkan aku tidak pernah bilang cinta atau suka sama kamu. Seharusnya kamu sadar. Well, mungkin aku pernah terobsesi sama kamu. Menyatakan cinta meski aku tidak bersungguh-sungguh. Tapi kamu juga tau itu, Tian. Aku pernah bilang itu sama kamu. Please, jangan buat aku merasa bersalah. We... we're just... just fuck buddy."

"... fuck buddy?"

"... yeah."

"You said fuck buddy?!"

"Sorry."

"HOW DARE YOU! YOU NEVER SAID THAT TO ME! HOW YOU SO CRUEEEL, LIAM! Hiks... How you so crueeeel... haaa hiks... why Liam? WHY YOU DID THIS TO ME?!!!"

"..."

"Liaaam... hiks... why... ha hiks... why..."

Chris menangis sejadi-jadinya di hadapan Liam. Mereka ada di bagian belakang kedai. Tidak ada seorang pun di sana kecuali mereka. Hatinya sakit, perasaannya terluka. Chris tidak tahan lagi. Ia menangis sambil memukul dada Liam tanpa tenaga. Chris lemas. Tenaganya hilang. Liam baru saja menghempaskannya dari mimpi indahnya.

Seluruh tubuhnya gemetar. Chris masih punya sedikit harga diri yang ia simpan. Ia kemudian menarik tangannya dari dada Liam dan mulai menutup wajahnya dengan tangkupan kedua tangannya. Ia sedih, sangat. Tidak ada sedikit pun inisiatif dari Liam untuk menenangkan Chris yang menangis pilu di hadapannya.

Chris melangkah mundur. Ia tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya sendiri. Sebelum benar-benar terjatuh ke bawah, dua pasang tangan segera memeluk Chris dari masing-masing sisi. Sepasang tangan yang ada di samping kiri Chris adalah milik Nath. Sedangkan sepasang tangan yang berkuku permata di sisi sebelahnya adalah milik Beatrice. Segera saja mereka memapah Chris keluar dari area kedai. Untung Beatrice tidak memarkir mobilnya jauh dari sini.

Tritan sudah berdiri tegap di hadapan Liam. "Alter ego sialan elo sudah pergi. Tidak ada lagi alasan sempurna yang bisa gue buat untuk deskripsiin elo sekarang. Gue nyesel. Gue nyesel sejadi-jadinya dulu pernah bantu Chris buat nyelametin elo. Nyesel banget gue." Langsung saja Tritan meninju wajah Liam yang ada di hadapannya. "Itu untuk seseorang yang tadi menangis di hadapan elo. Cuih! Nggak tau gue kalau lo bakal sebajingan ini!"

Baru berjalan tiga langkah, Tritan menghentikan langkahnya tiba-tiba. Seolah ia melupakan sesuatu. Ia kemudian berbalik ke arah Liam. "Bilang sama pacar kesayangan lo di dalam, kalau gue akan bikin perhitungan sama dia. Lo denger Liam? Gue akan hancurin dia, karena dia sudah hancurin teman gue. Setimpal kan? Gue akan pastikan kalau yang Chris rasakan saat ini, bisa juga dirasakan sama cewek lo. Gue janji. Pegang janji gue baik-baik. You are the worst, Tuan William Mcvey."

Tritan akhirnya benar-benar berjalan menjauh meninggalkan Liam dengan darah di sudut bibirnya. Tinjuan Tritan benar-benar kuat. Tidak ada seorang pun yang bisa merasakan perasaan Liam saat ini. Perasaannya campur aduk. Hal yang paling berharga bagi dirinya sudah ia buang dengan percuma. Kesalahan terbesar yang pernah Liam lakukan. Keputusan terberat yang pernah Liam ambil. Dan kesakitan yang teramat sangat yang menghujam hatinya.

.
.

》》》

.
.

"Kalian boleh pulang kok. Gue nggak apa-apa." Chris berdiri di samping mobil Beatrice. Tritan mengemudi. Dongkol lagi sebenarnya, sepertinya dirinya hanya cocok sebagai sopir untuk teman-temannya. Beatrice dan Nath ada di kursi belakang, mereka saling pandang sejenak. Tadinya Chris duduk di antara mereka. Tapi setibanya Chris di kediamannya, ia segera turun dari mobil Beatrice.

"We can stay if you need, sweetheart." Beatrice mencoba nego lagi dengan Chris. Meski jawaban dari Chris sudah sangat jelas untuk mereka. Chris menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau menangis dengan disaksikan oleh teman-temannya. Itu memalukan. Ia juga tidak mau temannya terbebani.

"We stay! Nggak ada penolakan." Nath keluar dari mobil setelah berujar demikian. Beatrice menyusulnya. Jelas sekali di mata mereka kalau Chris menahan rasa sakit hatinya. Mereka hanya ingin memberitahu Chris kalau dirinya tidak sendirian.

"Apa? Kalau begitu aku juga stay." Baru Tritan akan membuka pintu mobil Beatrice, Nath menahannya. "No, Tan. You go. Kemarin kamu kan menginap di rumahku. Hari ini kamu harus pulang," larang Nath ke kekasihnya itu. Tritan sebenarnya tidak setuju, tapi apa yang dikatakan Nath itu benar. Jika dirinya tidak pulang lagi, bisa-bisa ratu--Ibu-- di rumahnya marah lagi dan menyita semua kunci kendaraannya. Tritan tidak mau itu.

Setelah mobil Beatrice yang dikendarai Tritan menghilang di ujung jalan, barulah mereka bertiga masuk ke dalam rumah Chris. Rumah yang sangat nyaman, terbuat dari kayu mahoni terbaik di lantai dua. Sedangkan di lantai bawah, batu marmer jelas menghiasi dinding rumah Chris. Nath dan Beatrice sudah beberapa kali menginap di rumah Chris. Tidak jarang the twins dan Tritan ikut bergabung. Belle--pacar Zen-- juga pernah join dengan mereka. Tidak banyak yang tahu kalau Zen sudah punya pacar baru.

"Gue telepon Oma dulu ya. Minta izin kalau kita nginap di rumahnya," ujar Beatrice sambil mengeluarkan ponsel dengan hiasan berbagai macam warna permata di belakang ponselnya. Semua teman-teman Chris memanggil nenek Chris dengan sebutan 'Oma'. Nenek Chris yang menyuruh mereka, dan mereka pun tidak keberatan. Anggukan dari Nath dan Chris sudah cukup untuk Beatrice.

Malam ini, Chris tidak akan menangis sendirian.

*****

Aw aw aw, kasihan Chris :"""(((

Buat kedepannya mungkin bakalan tambah sibuk lagi ini saya-___- sebulan lagi saya sudah final soalnya. Hufftt~

Mau nanya nih sama teman-teman semua. Kalian itu lebih prefer ke yang mana? Cinta tanpa alasan? Atau cinta dengan alasan? Kenapa?

Masih bingung sayanya-___-

Yep, votment ya :-----))))))))

Saturday, November 19/2016
9.40 WITA

FrozephyrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang