Think (Breads)?

50 4 0
                                    


Himawari menatap Dandelion dengan intens

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Himawari menatap Dandelion dengan intens. Bagaimana tidak? Gadis bermata biru yang sedang membaca buku dihadapannya kini sedang menjadi bahan pembicaraan seantero kampus. Dating dengan Tatsuya, si perfect all kill? Yang benar saja. Bahkan berinteraksi pun, Hima meragukannya.

"Berhenti menatapku seperti itu Hima"

"Kau tidak mau bercerita padaku?" Cecar Himawari.

"Kau bertanya seperti itu untuk ke dua puluh tiga kalinya dalam waktu lima belas menit ini, dan jawabannya masih sama Hima" Kesal Dandelion.

Himawari menghela napas pasrah, percuma saja memaksa Dande bercerita, jika memang kenyataannya tidak seperti yang didengarnya. Itu gossip murahan.

"Kau percaya gossip murahan itu atau aku, Hima?" Tanya Dandelion

"Tentu saja aku percaya pada kenyataan, untuk itulah aku bertanya padamu" Ketus Himawari

Dandelion membenarkan letak kacamata bacanya, lalu bertopang dagu menatap Himawari, "Aku hanya berteman, itu pikirku, tapi entahlah, semua seolah mengatakan lebih"

Himawari tersenyum, "aku bisa menjadi pendengar yang baik, kau mengenalku bukan?"

Dan dandelion hanya tertawa renyah menanggapi ucapan Himawari "traktir aku tiga cangkir Frappuccino"

***

Dandelion menyesap frappuccinonya dengan perlahan, menikmati rasa manis dan sedikit pahit dari minuman kopi bercampur krim tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dandelion menyesap frappuccinonya dengan perlahan, menikmati rasa manis dan sedikit pahit dari minuman kopi bercampur krim tersebut. Frappuccino adalah favoritnya setelah susu strawberry, namun pada kondisi tertentu ia harus menghindari minuman ini. Dan selalu ia langgar peraturan itu.

"Aku tidak betanggung jawab jika Andrean tahu kau masih minum minuman ini" Ucap Himawari

"Tenang saja, Kak Rean tidak akan tahu asal kau tutup mulut"

"jadi?"

Dandelion menghela napas, mencoba meyakinkan diri untuk bercerita dengan Himawari. Sahabatnya yang satu ini memang sangat menyebalkan jika sedang penasaran.

" Sebenarnya, ..."

***

Dandelion menatap heran lelaki yang kini duduk lemas didepannya,"Kau baik-baik saja, Tatsuya?" Tanya Dandelion

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dandelion menatap heran lelaki yang kini duduk lemas didepannya,"Kau baik-baik saja, Tatsuya?" Tanya Dandelion. Iris biru lautnya melihat wajah pucat bak kertas, sesekali diselingi batuk yang menyiksa. Namun lelaki itu hanya bergumam singkat itupun jika bisa disebut gumaman singkat, yang nyatanya hanya erangan tertahan untuk menahan batuk.

"Kau kenapa?"

Tatsuya tersenyum lirih, "Hanya kurang fit saja" Dandelion memutar bola matanya malas, jikahanya sekedar kurang fit, tidak mungkin ada setitik noda darah di sudut bibir lelaki ini. 

"Ada darah di sudut bibirmu, apa itu hanya sekadar kurang fit? "

Tatsuya gelagapan menanggapi pertanyaan gadis dihadapannya, lalu menyeka sudut bibir dan kembali tersenyum bodoh.

"Kau sudah makan? apa kau bawa obatmu?"Dandelion mendengus kesal manakala gelengan kepala yang ia tahu sebagai jawabannya. Dasar lelaki keras kepala. pikirnya.
Tanpa banyak bicara ia bergegas menuju kantin universitas, sekedar membeli sepotong sandwich dan susu coklat hangat.

"Ini, makanlah, aku harus ke kelas. Makan dan minum obatmu, jangan keras kepala. Dan berhenti bersikap seolah baik-baik saja" Ucap Dandelion ketus. Dan meninggalkan Tatsuya dengan sepotong roti dan cokelat hangatnya.

Tanpa Dandelion sadari, tatsuya tersenyum tulus menatap makanan pemberian Dandelion. Sebenarnya Tatsuya adalah editor freelance di salah satu majalah lokal, namun cukup digandrungi para remaja. Dan Dandelion adalah penulis freelance yang kebetulan selalu mengirimkan naskahnya pada majalah tersebut. Interaksi keduanya cukup intens namun jika di Universitas, mereka seolah tak saling mengenal.

"Roti pemberian gadis pujaan biasanya lebih manjur sebagai obat bukan?" Pikir Tatsuya konyol

***

Cerpen Dan Puisi- DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang