Prolog

67 1 1
                                    

PROLOG

_______________________________________________________________________________

"AAAHHH!! Tangan ku!!"

"JANGAN MENDEKAT!!"

Teriakan itu semakin keras terdengar di telingaku. Entah kenapa tangan ku lebih dingin dari biasanya. Hujan yang sangat deras di jalan itu sama sekali tidak menghilangkan suara jeritan yang memekikkan telingaku. Pandanganku mulai kabur. Sekitarku tiba-tiba berubah jadi merah.

Samar-samar aku melihat seseorang tergeletak di jalan yang basah itu. Darah mengalir di sekujur tubuhnya yang sudah kaku.Tangannya terpisah dari lengannya, kakinya sobek dimana-mana. Perutnya sedikit terbuka. Aku melihatnya dengan pandangan kosong. Perutku sudah mulai mual tapi aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa di kepala ku. Dengan setengah sadar aku melihat tangan ku yang juga berlumuran darah, memegang parang yang yang sudah berlumuran darah juga.

Dengan kesadaran yang pas-pasan, aku mencoba mendekati mayat gadis itu. Rambutnya yang hitam itu semakin berantakan menutupi mukanya yang setengah hancur. Aku merangkak mendekatinya. Hanya tangan kiriku yang dapat bergerak kakiku mati rasa. Aku samar-samar melihat kaki ku yang sudah berlumuran darah serta sebilah pisau yang menancap telapak kaki ku yang sudah sobek . Jari-jari ku sudah tak lengkap lagi. Dengan susah payah aku dekati mayat gadis itu.

Pandanganku masih merah. Aku merasakan dingin yang amat sangat dalam kepalaku. Genangan darah yang cukup banyak membuat ku terpeleset. Aku sudah tak merasakan sakit lagi, melihat sekujur tubuhku yang sudah penuh oleh luka. Pikiranku sudah kosong. Lalu dengan kekuatan yang ada aku terus mendekati mayat gadis itu. Sekelilingku sudah banyak puing-puing bangunan yang runtuh dan mayat-mayat hancur bergelimpangan di mana-mana.

Tanganku mulai gemetaran oleh air hujan yang terus mengguyur jalan itu. Kerikil tajam yang terus menancap di tangan kiri ku membuat jalanan semakin bersimpah darah.

5 meter, 3 meter, 1 meter...

Aku semakin mendekati mayat gadis itu. Dengan susah payah aku mencoba memegang tangannya yang masih menempel. Tangan kecil itu putih dan lembut. Lalu aku berusaha duduk di samping nya. Rambutnya yang basah menutupi wajah nya yang berdarah. Aku menyeka rambutnya, ku sentuh wajahnya yang sudah dingin itu. Aku mengenalnya.

"Cin....," bisik ku lemah.

"Cin...," tubuhnya sudah tidak bergerak lagi.

"Cin, Cindy... Kamu tidak dengar aku?" matanya yang masih terbuka sudah tak bergerak. Pandangannya kosong. 

"CINDYY!!!"

Aku menangis sejadi-jadinya. Cindy sudah mati.

Aku menyeka air mata ku yang bercucuran. Merah. Air mata ku sudah tak bisa keluar lagi. Darah terus keluar dan mengalir di wajah ku. Aku menyeka air mata ku lagi. Aneh. Aku coba lagi menyeka air yang keluar dari mataku. Aneh. Aku merasakan rongga di kepalaku terhembus angin malam itu. Aku sadar.

Mataku sudah tidak ada.....

Eye x Missing x BerserkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang