(?)

11 0 0
                                    

Aku baru sadar, langit siang dan malam berganti begitu cepat. Begitupun matahari dan bulan, mereka seakan tak pernah lelah untuk bertukar. Kuasa Tuhan memang sulit untuk dipikirkan oleh akal manusia, aku sungguh kagum pada semua ciptaannya termasuk matahari. Ketika aku berbaring diatas bukit ini, keindahan sang surya akan nampak sangat memukau mata. Apalagi di saat senja seperti ini, banyak sekali manusia yang menunggu matahari kembali keperaduannya. Ah, suasana di tempat ini selalu berhasil membuatku kerasan dan tidak ingin pulang. Mentari senja sengaja menahanku untuk tetap tinggal dan menari bersama kenangan manis yang terasa sesak di dada.

Dulu, saat aku dalam perjalanan pulang setelah mengakhiri pembicaraanku dengan Hani mengenai Haris. Semua keraguanku tiba-tiba saja hilang. Ada satu hal yang membuatku sadar bahwa cinta akan menemukanku pada waktu yang tepat.

"Paris!" suara itu. Suara yang familiar bagi telingaku, suara itu sangat sering aku dengar dan aku tau siapa pemilik suara itu. Ya, Haris. Dengan napasnya yang terengah-engah, aku tau ia sedang berlari mengejarku.

"Haris? Ngapain lo disini?"

"lo habis dari mana?"

"ada angin apa nih, tumben amat lo nanya gitu?"

"engga, soalnya tadi gue liat lo ngobrol-ngobrol gitu sama Hani, dia bilang sesuatu nggak sama lo tentang gue?"

"iya, katanya dia juga suka tuh sama lo."

Haris tersenyum simpul, senyumannya seperti pernah aku jumpai disuatu tempat. Sangat familiar, namun dimana aku melihatnya?

"Hari?" aku menutup mulutku. mengapa nama itu yang harus aku sebut? namun, aku baru tersadar Haris memang mirip seperti Hari.

"Hari siapa?"

"eh sorry sorry. Engga, gue cuma mikir elo mirip mantan gue."

"emang lo masih sayang sama dia?"

"eh sorry ya, engga banget.  Gue benci sama dia. Dia udah ngeduain gue."

"kalo dia tiba-tiba balik lagi dan janji bakal berubah gimana?"

"gue nggak mungkin balikan sama dia, soalnya gue udah suka sama orang lain."

"siapa?"

"dia cowok yang waktu itu gue ceritain. Dia nggak mungkin gue miliki, Ris."

"gue?"

"enak aja, kege-eran lo! Hahaha"

"udah deh jujur aja! Hahaha"

"masa gue suka sama sepupu gue sendiri sih."

" hahaha iya juga ya.Ris, sebenernya gue mau jujur sama lo."

"jujur tentang apa?"

Perlahan Haris memegang rambutnya lalu dengan mudahnya ia lepas . Ternyata itu adalah sebuah wig. Lalu ia membuka kacamatanya, melepas kumis palsunya dan merapikan seluruh tubuhnya. Sosok itu kini telah berubah, menjadi lelaki yang berbeda.

"Hari?"

"iya, ini gue. Selama ini gue nyamar jadi Haris. Gue bujuk ibu lo supaya dia mau ngeyakinin lo kalo gue ini sepupu jauh lo. Gue bujuk Hani supaya dia juga mau beracting kayak gue. Gue kayak gini, karena gue pengen minta maaf karena dulu gue udah selingkuh, sekarang gue tau ternyata diselingkuhi itu nggak enak. Lo mau kan kasih gue kesempayan kedua?"

Aku mematung melihat orang yang berdiri didepanku ini. Tidak ada kata yang sanggup aku ucapkan, tidak ada juga amarah yang muncul dari dalam hati ini. Yang ada hanyalah air mata yang mengalir dari pelupuk mata. Jadi, selama ini aku mencintai orang yang aku benci? Jadi selama ini aku memendam perasaan untuk orang yang telah menduakanku? Tuhan, apa maksudmu melakukan semua ini? Aku tak mengerti.

---

"Paris, Hari adalah belahan jiwamu yang sempat hilang. Sekarang, waktu yang tepat itu telang datang. Ibu memang menyetujui Hari untuk menyamar menjadi sepupu jauhmu agar sang semut tau bagaimana caranya mencintai tanah tempat dimana ia dilahirkan, yaitu keluarga. Kau telah membuktikan itu, kau menolongnya ketika ia sedang dalam kesusahan. Ibu juga menyarankan dia untuk pura-pura dijebak menjadi seorang pengedar agar sang semut tau bagaimana caranya berjuang untuk melindungi keluarganya dan kau telah membuktikan itu. Kau membelanya dan melindunginya. Ada lagi satu, ketika Hani ditembak Haris sebenarnya itu adalah sebuah kebohongan. Disitu nampak jelas kau cemburu, dan cemburu itu tandanya kau mencintainya. Iya kan?"

"iya bu, aku memang mencintai Hari. Tapi, aku belum sempat mengungkapkan perasaan ini padanya. Tadi, aku mendapat telepon ternyata saat Hari pulang ke rumah, ia mengalami kecelakaan hebat dan meninggal. Ibu, aku harus bagaimana? Semuanya sudah terlambat, dan aku menyesal." inikah akhir cerita cinta sang semut? Ketika ia berhasil mencapai cinta pada waktu yang tepat, ia terlambat untuk mengungkapnya. Kini nasi telah menjadi bubur, waktu tak bisa kembali ke masa lalu.  

Kisah Cinta Sang SemutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang