ATTRACTION

47 1 1
                                    

Title: ATTRACTION
Genre: Fantasy, Action, Horror, Thrill
Type: Minichapter
Chapter: 1 (One)
Author: NadiaMiki, Devan, Vero
Fandom: HSJ, HKT48
Cast : Yamada Ryosuke (HSJ), Chinen Yuri (HSJ), Murashige Anna (HKT48).
Hayhay Minna~ aku kembali membuat fanfiction /tebar bunga/ wkwkwk tapi kali ini aku collab bersama teman LINE ku yang awalnya hanya berencana untuk membuat plot yang abal. Tapi, saat di pertengahan crita trnyata cerita ini aku rasa layak untuk di publish menjadi sebuah fanfiction. Terima kasih untuk Devan dan sensei kita kakVero yang sudah mengizinkan ku post plot ini ke sini XD. Dan para reader semoga kalian suka~ /ilang bersama angin/

ATTRACTION

Pintu gerbang SMA Demon telah terbuka. Balutan emas, dan besi kokoh dan gagah. Hitam kelam. Besar seraya menggambarkan betapa kerasnya kehidupa di SMA ini.
Ya benar, ini bukan Sekolah sembarangan. Ini sekolah luar biasa. Benar benar mendidik siswa dengan tegas, hingga lulus dengan kemampuan istimewa yg mengaggumkan.
"Selamat datang."
Deretan 9 orang laki laki dan 48 wanita pilihan, menyambut para siswa baru. Mereka adalah generasi terbaik SMA ini.
Dan diantara puluhan itu, yg paling berkuasa—disegani diantara semuanya. Adalah 3 orang terpenting.
Yamada Ryosuke, siswa pilihan rank 1. Dari grade 3
Murashige Anna, siswi cantik berdarah campuran.  Peringkat 1, dari grade 1. Psikopat mematikan yang pernah ada.
Dan Chinen Yuri, berwajah manis—yg membuat semua orang terkena tipu daya atas ekspresi nya. Tapi jangan anggap remeh. Dia rank 1 dari grade 2 dan seorang pembunuh bayaran.
Ketiga manusia paling berpengaruh atas sekolah ini. Dan kekuatannya? Tidak main main. Bahkan guru pun menghormati mereka.
Ketiga petinggi siswa tersebut menempati kursi yg telah disediakan. Lapangan seluas ratusan hektar menyambut terbuka untuk siswa baru, ini permulaan yg manis. Ingat, permulaan.
Dengan sangat anggun, Anna duduk berdampingan dengan Yamada Ryosuke dan Chinen Yuri, senpai nya. Tapi dalam kamus Anna tidak ada yang namanya senior atau junior, tua atau muda.
Dengan kemeja warna merah gelap dan rok berwarna hitam--yap seragam untuk wanita, Anna menyambut para murid baru dengan senyuman manisnya.
Anna adalah siswi yang di rekrut jauh jauh hari sebelum murid tahun ajaran baru masuk, ia adalah gadis yang spesial sehingga dipilih oleh demon gakuen dengan sendirinya.
"Cih, hanya 9 orang? Laki laki? Kemana laki laki lain? Pengecut" celoteh Anna tanpa memikirkan kalau Yamada dan Chinen juga seorang laki laki.
Sedangkan Chinen Yuri, duduk manis di antara Yamada Ryosuke dan Murashige Anna. Meskipun senyum dari bibir Chinen begitu memikat tetapi jangan coba-coba membuatnya marah.
Maka diri mu akan merasakan sengatan listrik dari tubuh mungil tersebut, kekuatan itulah yang membuat Chinen spesial, di antara yang lain hanya manusia berwajah manis tersebut yang memiliki kekuatan mematikan itu.
"Banyak sekali ya, ureshii na~" Chinen menepuk kedua tangannya sambil berseru, namun kelakuannya berhenti karena Anna menyikut pinggang lelaki bergigi kelinci tersebut "jangan malu-maluin" sungut Anna.
Seperti anak TK yang akan baru masuk sekolah Chinen langsung diam dan kembali memasang wajah wibawanya.
Mendengar celotehan dua kawannya, Ryosuke hanya bisa mengernyitkan dahi.
"Uruse na."
Lugas pria itu, singkat—seperti biasanya. Dia memang pria bermulut dingin. Yang di keluarkannya hanyalah kata kata seperlunya.
Bunyi mesin mengangkat ke langit langit. Layar besar terpampang dari kanan kiri bangunan, gedung yang berada di ratusan hektar sekolah itu.
Layar terlebar yg pernah diciptakan. Ya, karena ayah Anna merupakan donatur besar untuk acara seleksi masuk ini.
Monitor itu menutupi hampir seluruh bangunan. Monitor 1 dari atas bangunan aula. Dan monitor 2 berada tepat di gedung indoor olahraga.
Dua bidang raksasa jelas terpampang dengan suara menggelegar.
"Selamat datang, di SMA Demon. Saya narator yang telah dipersiapkan sepanjang seleksi penyambutan murid baru—"
Seketika suasana berubah kelam. Awan abu abu berdatangan. Sangat menyeramkan. Ingat, ini baru permulaan.
"Jangan berbangga hati bagi kalian yg telah memasuki halaman sekolah ini. Masih ada penilaian berat yg akan menguji kalian. Bagi yang gagal? Kalian tak akan masuk. Dan kemungkinan terburuk lagi, kalian akan mati.
Sontak ratusan ribu peserta panik dan ramai.
Namun beginilah monitor dan suara di setting besar, untuk memecah keramaian. Menghandle suasana.
"Baik lah. Akan dijelaskan peraturan permainan nya".
Selama narator berbicara panjang lebar, Anna hanya memainkan kukunya, sesekali mengangkat kursi bahkan menggesekkan kukunya pada kursi yang ia duduki--Anna memang tidak perlu dan tidak ingin mendengarkan kalimat tidak penting di awal penerimaan.
Acara selanjutnya adalah sepatah dua patah kata dari Yamada Ryosuke. "Haha, apa yang akan kau katakan?" Dengan santai Anna maju ke depan dan menggeser posisi Yamada. Gadis ini memang tak punya rasa takut.
"Oi minna, apa kalian tidak bosan mendengar ocehan seperti ini?! Ne Ryosuke, sebaiknya langsung mulai saja!" Seru Anna dengan suara lantang.
Semua murid bersorak menyetujui perkataan Anna.
"Ann-chan~ santai saja ini baru awal dan kau sudah bosan? Sabar sedikit jadi perempuan" celetuk Chinen sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Chinen memang tipe yang natural, mengikut alur apa yang akan terjadi, baginya terlalu tergesah-gesah itu hanya akan mengakibatkan kegagalan saja.
"Ingat, jangan buat aku kesal" ancam Chinen ketika ia lihat Anna masih bandel, mendengar itu, Anna diam dan langsung kembali duduk.
Mengetahui kalau Chinen sudah marah, bisa-bisa ia yang akan mati karena serangan listrik beraliran tinggi dari tubuh Chinen.
Tak banyak bicara, Ryosuke mengangguk. Hanya berdehem. Menandakan setuju.
"Hm." Singkatnya.
Dilanjutkan dengan gerak geriknya yang mulai turun dari singgasana kursi terbesar siswa pilihan.
Pemuda ini memanggil mobilnya dengan kunci otomatis. Mobil hitam gagah yang hanya di produksi satu di dunia ini, menjadi kendaraan paling disukainya.
Asisten pribadinya.
Lambang SMA demon terpampang jelas, dalam emas silver di depan plat mobil.
"Aku akan menjaga pos satu, dan menguji kalian." Tuturnya dingin. Tanpa banyak basa basi, mobil itu melaju cepat.
Ratusan hektar sekolah ini memang cukup melelahkan untuk dibawa berjalan kaki. Bahkan sampai gunung dan lahan perkebunan kaya, merupakan halaman belakang sekolah. Hewan langka menjadi peliharannya.
Cerminan seberapa luar biasanya sekolah ini.
"Nyahaha" setelah ryosuke meninggalkan tempat dan menuju pos, Anna langsung mengeluarkan cip dari sakunya, saat dilempar, saku itu berubah menjadi sketboard antigravitasi. Alat ini Anna sendiri yang ciptakan, dan ia sangat suka berkeliling dengan benda ini.
"Jyaa, aku menjaga pos 2!" Lalu meluncur dengan sketboard nya meninggalkan Yuri sendirian di tempat. Wajah marah Yuri terlihat jelas. Dan bukannya takut, anna malah tertawa melihatnya.
Tak lama ia sampai di pos kedua, lapangan sains. Yap disini adalah keahlian Anna, lapangan yang hampir sebesar lapangan sepakbola ini memiliki fasilitas lengkap dan terbaru.
Sambil menunggu, Anna mengotak-atik benda benda yang ada di sana.
"Cih curang" rutuk Chinen namun ia dengan segera menggerakan tangannya sembarang hingga sesuatu muncul di hadapannya. Sebuah sayap listrik bertegangan tinggi.
Jangan coba-coba memakai itu walau sekali karena hanya Chinen yang bisa memakai sayap listrik itu, sayap tersebut pun langsung terpasang di punggung Chinen dan perlahan ia menuju pos 3.
Disana sudah tersedia berbagai jenis alat listrik, lampu dan yang lain nya.
Ya, itulah alat-alat untuk menambah kekuatan Chinen.
...
Peserta diantar hingga melihat sebuah menara, dan kini tepat di hadapan mereka. Menara klasik kokoh, penuh batu bata coklat, bergaya istana pada zaman latin.
"Selamat datang di pos 1. Akan ku jelaskan sistematikanya."
Berdiri tegap di hadapan ratusan ribu peserta. Dengan suara gagahnya.
"Kalian akan memasuki menara ini, dari atas dengan sebuah bidang lantai yg dibawa helicopter."
Kibasan baling baling mulai riuh bersuara pada kanan dan kiri pemuda ini.
"Dari atas, kalian di peruntukan turun kebawah dan mencari apa saja yang dapat digunakan untuk menolong kalian hingga sampai pada pintu keluar di bawah. Dan berhasil lolos dengan selamat." tak lama decitan menyeramkan mulai memekik.
"Tapi jangan coba coba turun dengan cara curang. Menggunakan tali dan merosot kebawah. Karena kalian akan... menjadi santapan empuk bagi binatang langka diatas. Mereka kelaparan. Memangsa apapun. Kalau kalian tak ingin menjadi santapan hidup hidup, berlaku jujur lah."
Helicopter itu mulai membawa ratusan peserta yang ada. Masih terngiang segala ucapan senior sekaligus panitia, Yamada Ryosuke itu.
"Kalian boleh mencari pintu keluar hingga turun dari menara ini, berkelompok maupun sendiri. Berkerja sama lah bila berkelompok. Dan bijak lah bila sendiri. Kalian tak akan mengetahui ujian apa di dalam ribuan labirin yang terdapat pada menara."
Kemudian sang half blood vampire, ini menghilang.
"—bersenang senang lah. Dan sayangi nyawa kalian."
Dengan kemampuan mind controlling nya, Anna mencoba menghubungi Ryosuke dan Chinen. Sambil menonton 'pertunjukkan' yang baru saja dimulai itu.
Anna memegang sebuah tab berisi nama dan juga foto para peserta, setiap ada yang gugur atau berlaku curang, ia akan di diskualifikasi otomatis. Lagi--ini adalah ciptaan Anna.
"Omoshiroi na.." senyuman khas psikopat menghiasi wajah Anna. Satu jam, dua jam, lima jam dan seterusnya. Sudah banyak peserta yang gugur, ntah karena lengah atau karena berlaku curang. Kini hanya setengah dari peserta awal yang akan masuk ke pos 2, tempat anna berada.
"Sasuga Ryosuke, kau berhasil menggugurkan setengah dari semut semut ini" ujar Anna--kemudian menggeser kursi beroda yang ia duduki sejak tadi dan mulai memprogram untuk tes selanjutnya.
Chinen menerima sambungan dari Anna, di sisi kiri Chinen sudah terdapat beberapa nama para peserta dari pos nya.
Banyak yang gugur akibat sengatan listrik ciptaan Chinen karena mereka berprilaku licik.
"Ini seru, Ryosuke, Ann i like it" senyum manis pria itu mengembang sempurna, jika ini di dunia normal Chinen pasti sudah memliki banyak pacar karena senyum mematikannya.
"Yang satu iniii" Chinen menyipitkan matanya saat melihat seorang peserta dari layar fatamorgana di hadapannya "semangat sekali" ya, peserta itu dari awal begitu gigih dan jujur.
Senja mulai menyapa seisi sekolahan, dari ujung ke ujung. Seleksi mematikan ini tampaknya telah selesai—ah tidak, masih ada 1 pos lagi. Tempat final dari segala penentuannya. Post terakhir.
Yang akan diawasi oleh mereka bertiga sekaligus.
Sedari tadi, pemuda ini sama sekali tak tersenyum. Ia menikmati seleksi ini, namun daripada menikmati, pribadi seperti Ryosuke lebih pantas dikatakan mengawasi.
Sungguh sikap yang tanpa celah.
"Saa ikou ka?" Jawab Ryosuke pada sambungan telepati Anna. Mereka bertiga bersiap menuju pos terakhir dengan cara mereka masing masing, Ryosuke dengan mobil tangguhnya tentu saja.
Hanya tinggal seperberapa peserta yg tersisa. Sebenarnya Ryosuke telah menduga ini, dan para calon sukses murid Demon berikutnya juga telah terbaca jelas dengan kemampuan mind juga future reader nya. Jadi semua ini bagi Ryosuke hanya realisasi di kehidupan nyata.
Anna langsung mencur dengan satu perintah dari Ryosuke. Pos terakhir dimana para peserta akan mendapatkan tes, bukan hanya fisik tapi juga kecerdasan otak.
Seperti dugaan, hanya sekitar 10 orang yang tersisa. "Maa maa, aku sangat menikmati bagaimana cara mereka semua gugur, hahaha" gelak tawa Anna memecahkan suasana di dalam keheningan ruangan yang sangat luas ini.
Orang bilang, otak Anna sudah rusak dan gila, tapi bagi sekolah ini. Anna adalah salah satu kunci dari kesuksesan sekolah ini karena kemampuannya. Di sisi lain, Anna juga sama seperti gadis biasa yang ingin merasakan bagaimana jatuh cinta dan lain lain. Tapi semua itu sudah tergeser oleh otak psikopatnya.
Anna mengeluarkan busur nya, memanah tepat ke salah satu peserta. 'Zzpp' panah itu menancap tepat di jantung sang target. Sontak semua berteriak dan menjauh.
"Kau melakukan kesalahan, Ryosuke." Kemudian Anna melompat dari podium dan mendekati jasad korbannya. Mengambil sesuatu dari balik pakaian gumpalan daging yang sudah tidak bernyawa itu.
Anna mengangkat benda itu tinggi tinggi. "Sampah ini sudah berbuat curang" dengan kasar Anna menendang tubuh dingin di sampingnya itu. Kemudian Anna melemparkan beberapa Chip ke beberapa peserta yang tersisa, chip itu seketika masuk ke kepala mereka. Chip. Tentu saja benda ini tidak asing bagi Anna, hampir setiap hari ia berkutat dengan chip.
Chip yang Anna ambil berguna untuk membuat otak bekerja lebih keras, bahkan dapat membuat si pengguna kebal. Mendengar perintah dari Ryosuke, Chinen langsung terbang dengan sayap listriknya menuju ke pos terakhir.
Di sana ia melihat Anna sedang membunuh seseorang "wowow sepertinya ada kesalahan" Chinen terkekeh dan langsung turun mendekati kedua rekannya itu.
"Hahaha Ann kau tepat sekali, tapi aku sudah tau mana yang terbaik" Chinen membentuk tangannya menjadi hati, setelah jadi ia mematikan sengatan aliran listrik itu, mengubahnya menjadi warna merah kelam dalam sekejap dengan jentikan jari Chinen.
"Siapapun dia, yang menurutku sangat special, akan ku berikan hati ini untuknya. Di sini sudah ku beri tombol, fungsinya? Yaitu untuk menghidupkan sengatan listrik dari sini, tenang saja siapapun yang memiliki benda ini tidak akan kesetrum. Alat ini berfungsi untuk melindungi diri kalian" Chinen tersenyum manis, sontak membuat murid-murid berkyaaa ria.
Perlahan Chinen kembali terbang ke arah 9 peserta yang telah berhasil melewati tantangan, tak lama Chinen langsung memberikan hati itu ke salah satunya, menepuk pundak peserta tersebut "jangan senang dulu, ini hanya hadiah dari ku" bisik Chinen.
Dengan kekuatan kilat Chinen kembali mendekati rekannya dan sayap itu menghilang dalam sekejap.
Senyum menanjak di pojok bibir pria ini, "begitu ya." Melihat peserta yg diberi hukuman oleh Anna.
"Sore wa wakatteru. aku juga sudah menduga masa depannya, akan mati dibunuh olehmu." Lanjut pria ini atas partnernya.
Menyiapkan segala yang diperlukan, mereka terbagi dalam kelompok yang benar benar tak akan mereka duga. Tujuannya dalam kelompok yang mereka dapatkan itu semua harus dapat bekerja sama. Tak peduli seperti apapun latar belakang masing masing.
"Ujian kali ini adalah."
Sontak ruangan dipenuhi gas yang menyesakan paru paru manusia normal. Sang half blood prince ini sudah kuat atasnya, juga chip Anna dan muatan tinggi dalam tubuh Chinen, membuat mereka kebal. Ya, panitia sudah kebal.
Asap luar biasa mematikan ini datang dari seluruh penjuru ruangan.
"Di ujian kali ini kalian harus membuat penawar racun. Entah dengan kecerdasan otak kalian, yang kalian banggakan itu, maupun kerja sama dan keberanian mencari bahan bahan kimia lainnya."
Pintu ruangan aula ini sudah menutup rapat. Hingga jendela yang terkunci. Dan ventilasi yang minim.
"Jangan mencoba kabur. Atau kalian akan mati" gelak tawa Anna semakin mencekam nuansa ujian final.
Chinen menyambungkan penjelasan.
"Kalian harus membuat penawar racun sendiri dalam batas waktu 2 jam. Kalau tidak? Kalian akan mati kaku menghirup gas mematikan ini."
"Sukses, dan lolos—" Ryosuke kembali angkat suara, "—atau mati disini."
"Selamat berjuang."
Ucap mereka bertiga bersamaan, dalam tawa ringannya.
"Ganbatte~" Anna tertawa riang melihat peserta peserta ini, dalam pikirannya, semua peserta akan mati membusuk di ruangan ini.
...
Baru setengah jam berlalu, satu kelompok sudah bertengkar. "OI! OI" Anna menarik salah satu dari anggota group tersebut.
"Ingat apa yang Ryosuke bilang tadi? Bekerja sama--atau mati" kemudian Anna menutup jari jari tangannya--membuat suara tulang yang saling bergesekkan.
"Jika kalian bertengkar lagi, aku sendiri yang akan mematahkan tulang kalian" setelah itu anna meninggalkan kelompok itu.
Chinen yang sedang memainkan aliran listrik di tangannya--bosan dengan pemandangan peserta payah itu atau lebih tepatnya masa bodo. Berdecih setelah melihat aksi Anna.
"Sudahlah Ann diamkan saja nanti juga mati sendiri" kata Chinen acuh, dalam sekejap ia mengarahkan aliran listriknya ke samping Ryosuke yang sedang serius menatap layar telegram, memperlihatkan kerja para peserta itu.
Ryosuke terkejut "ahahahhaa" kemudian Chinen kembali menarik aliran listriknya dari dekat Yamada "ekspresi mu lucu sekali ahahaha" Chinen terkikik geli di buatnya.
Tapi kembali diam karena Anna menjitak kepala pemuda gigi kelinci itu "yamero serius dikit kek" kesal Anna.
"Aaahh aku bosan, mereka tidak ada yg menarik" kata Chinen acuh lalu memainkan aliran listrik di tangannya--lagi.
"Eeh! Lihat-lihat" seru Ryosuke membuat Chinen mengalihkan perhatiannya, dan menatap layar transparan tersebut.
"Kelompok ini" Ryosuke menunjukan sekelompok yang terdiri dari tiga orang "mereka sepertinya sukses membuat ramuan racunya sebentar lagi" senyum Chinen mulai mengembang, salah satu di antara mereka ada peserta yang Chinen beri hadiah tadi, ternyata pilihannya tepat.
Jarum panjang nyaris menunjuk ke angka 12. Sedikit lagi, tepat dua jam. Batas maksimal bertahannya paru paru manusia normal akan gas beracun.
"Dan... mari kita lihat siapa yang masih tegak berdiri." Senyum Anna, mulai menikmati pertunjukan.
Seperti yang telah Ryosuke pikirkan sebelumnya, kemampuan membaca pikiran pemuda ini memang tak pernah meleset.
Benar bahwa satu kelompok yang sedari tadi ia perhatikan, ternyata berhasil menciptakan penawarnya. Dalam sekejap 3 orang itu kembali pulih dari sesak napas yang mereka derita.
"Salah satu dari mereka penyokongnya. Lihat yang di tengah? Pemikirannya rumit. Ia cerdas sekali." Bisik Ryosuke membagi hasil analisa mind reader, pada 2 partner disampingnya.
"Kriiiiinggg"
Dering sirine berbunyi nyaring. Menandakan berakhirnya ujian.
Gas itu dihentikan. Ventilasi dan semua pintu terbuka otomatis. Seleksi menyiksa ini resmi selesai.
Kabut ruangan perlahan memudar, berganti angin segar.
Anna menyapukan pandangan melihat seisi ruangan. 70% peserta tumbang. Tawanya girang memekik ruangan.
"Hahaha, segitu saja kemampuan angkatan kali ini?" Wajar Anna bangga, dialah bibit unggul yang dipilih tanpa ujian macam begini. Kemampuan gadis darah psikopat ini luar biasa. Dia kini puas menertawai peserta angkatannya yg terkapar. "Lihat, ini dia mereka yang tadi kulerai saat berkelahi. Mati juga pada akhirnya. Sama sekali tak bisa menuruti anjuranku. Tahu rasa." Lirik Anna tak berarti pada onggokan manusia tanpa nyawa.
Ryosuke menghela napas, dan mengurut dahinya.
"Oke, apa seleksi ini terlalu berat untuk kalian atau kalian yang terlalu lemah? Angkatan baru yang memalukan." Dingin pria ini, melontarkan kata katanya.
Chinen masih asik dengan listrik mainannya. Dan terbang ke penjuru aula lebar ini.
Lalu duduk di langit langit atap gedung.
Anna pun berniat keluar dengan board terbangnya.
Langit langit aula ini terbelah dan membuka.
Ryosuke masih tetap berdiri gagah dengan penilaian dan analisisnya tersendiri, diatas panggung kayu aula nan megah.
Dari sudut kanan, kiri, hingga atas. Ketiga panitia ini membuka suaranya.
"Oke. Dengan ini ujian seleksi masuk, resmi selesai."
Ucap mereka serempak. Diikuti kembang api megah dari sekolah kaya ini.
"Selamat untuk 6 orang peserta yg berhasil lolos. Kalian diterima menjadi murid baru di SMA DEMON."
Lanjut mereka. Menghantarkan shinigami pendamping pada masing masing diantaranya.
Tes masuk atau yang Anna sebut dengan pesta kematian itu sudah selesai. Kini Anna, Ryosuke dan Yuri mengantarkan satu dewa kematian kepada setiap siswa.
Ketiga siswa spesial itu tak perlu didampingi oleh dewa kematian, karena mereka sendiri lah dewa kematiannya.
"Para setan setan ini akan mengawasi kalian dalam proses di sekolah ini" Anna melempar chip kecil yang langsung menjadi layar lebar.
"Kalian memiliki 100 point. Jika kalian berbuat kesalahan kecil, kalian akan kehilangan 10 point. Dan kesalahan besar 40 point" jelas Anna.

"Jika kalian kehabisan point--" Anna menunjuk satu mayat yang sudah dingin dan kaku dengan anak panah yang masih menancap. "kalian akan berakhir seperti sampah itu" Lanjutnya.
Kini giliran Chinen yang berbicara, "Selamat datang di SMA DEMON" Chinen turun dari atas gedung dan masih mengambang di udara, mengelilingi keenam adik-adik kelasnya.
"Selamat bersenang-senang dan berhati-hatilah" jari Chinen menjentik dan keluarlah sebuah pistol di tangan Chinen "suatu hari kalian akan mati kalau tidak berhati-hati disini" lalu Chinen menembakan peluru itu ke udara, membuat adik kelasnya kaget dan ketakutan.
Melihat hal itu, sudut bibir Chinen tertarik membentuk sebuah senyum meremehkan "siapkan mental kalian hahahahaha" tawanya menggema di antero lapangan sekolah itu, bersama Anna dan Ryosuke, ia masuk ke dalam gedung sekolah menggunakan sayap listriknya.
--++--
Mengingat perkataan dari rekannya,
"Suatu hari kalian akan mati, kalau tidak berhati hati disini."
Apa kematian itu akan menghampiri dirinya juga?
Ryosuke berpikir sepanjang jalan koridor raksasa itu, suara sepatunya tampak gagah menggema. Kuat. Mencerminkan kekuasaan dan kekuatannya di sekolah ini.
Suasana sekolah tampak normal, segera setelah seleksi murid baru.
Tak terasa sudah satu minggu.
"Kau menerimanya?"
"Menerima si grade 1 itu jadi pemimpin kita. Pemimpin angkatan?" Wanita ber name tag Tanaka Natsumi itu mulai bersuara.
Sayup sayup kesyirik an terdengar bergemuruh di hati wanita yang tengah berkumpul di lantai bawah.
'Enak saja, baru grade 1 sudah sombong sekali. Padahal dia dibawah kita. Tapi sikap sudah seperti guru.'
Saling menimpali satu sama lain, dengan hasutan secepat air merambah tisu.
'sama sekali tak menyukai nya, memang kemampuan dia apa.'
Dapat terdengar. Jelas, sangat jelas sekali—Yamada Ryosuke menghentikan langkah koridor nya. Menghayati segala pemikiran mereka.
Setiap individu yang berada di sekitar pemuda ini memang sepantas nya berhati hati—ia sangat jeli akan perubahan suara hati manusia.
Pandangan Ryosuke jauh ia lempar melihat deretan awan di jendela koridor—Ryosuke menepi dan meletakan siku ku disana, memandang bertopang dagu. Menikmati para manusia yg membicarakan keburukan satu sama lain.
Tersenyum simpul.
Dengan suara desir pelan, ia bersuara.
"Anna di incar rupanya"
...
"Satu minggu setelah seleksi murid baru. Anna seperti biasanya berseluncur di koridor dengan sketboard anti gravitasi-nya. Anna memanglah gadis yang tidak mengenal aturan dan bebas. Karena itulah Anna tak mempunyai rasa takut.
Dilihatnya seorang Yamada Ryosuke sedang memperhatikan sesuatu. "Serius sekali" dengan santai anna menyenggol siku Yamada yang menopang pipinya.
Selang beberapa detik setelah itu, Yuri ikut datang sambil memainkan bola listrik yang berwarna biru ke-unguan itu.
"Ntah perasaanku saja, atau semua memiliki aura buruk saat melihatku" ujar Anna sambil memakan sebuah apel yang ia bawa sedari tadi. Chinen terkekeh mendengar pertanyaan Anna, ia mematikan mainannya lalu merangkul bahu Ryosuke yang sedang melamun "aku rasa, aku juga bisa melihat aura suram dari sini saat dirimu hadir, Anna" kemudian jari Chinen menjentik, sedetik itu muncul permen karet dari tangannya, langsung mulut Chinen membuka lebar dan melahap permen kenyal itu.
Kemudian tanpa peduli keadaan sekitar mereka bertiga asik berbincang ringan, tanpa sadar seorang perempuan dengan name tag Tanaka Natsumi mendekat ke arah tiga dewa di sekolahan tersebut.
Lebih tepatnya, ia mendekati Anna.
"A-anoo... Annachan" Chinen yang sedang membentuk macam-macam dari aliran listriknya, berhenti dan langsung memperhatikan mimik wajah sang gadis "bisakah kita bicara sebentar?"
Mata Chinen menyipit, lalu memegang tangan Anna, wajahnya mendekati telinga Anna "jangan ikuti dia" bisik Chinen.
Lelaki pendek itu punya firasat buruk.
Natsumi, begitu ia dipanggil. Ekspresi wajahnya drastis berubah saat Chinen melarang Anna untuk pergi.
Gemuruh suara hati wanita ini, di hadapan Ryosuke. Kedengkian yang sangat kelam.
Chinen melepaskan tangannya pada Anna, segera setelah itu.
"Kalau kau ada perlu dengan Anna, maka kau berurusan juga dgn kami bertiga." Singkat Ryosuke, tanpa ekspresi apapun. "Katakan saja disini."
Pemuda ini sudah mengetahui segalanya, apa yang akan dirancang Natsumi—dan 8 gadis lain dibawah tangga dengan kekuatan mereka masing-masing untuk menyeret Anna. Namun semua itu digagalkan.
Ryosuke masih belum mengatakan apapun, sampai akhirnya gadis Natsumi ini memutuskan untuk pergi.
Gulir 3 pasang mata ini hanya melihat perginya dari jauh.
Ryosuke akhirnya angkat bicara.
Menepuk ringan pundak Anna, seraya membisikan.
"Kau sedang diincar. Untuk kedepannya, jangan lengah."
Sepatah pesan padat dan peringatan dari Ryosuke, sebelum pemuda ini pergi meninggalkan dua rekannya. Untuk mencari aura ekspresi lain di sekolah, mempertajam insting dan menanti pelajaran di jam selanjutnya.
To Be Continue

ATTRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang