Part 1 Persahabatan layaknya sepatu

52 2 1
                                    

Warning :
Banyak Typo bertebaran dan kalimat Eyd yang berantakan mohon pengertiannya :D

***

Eza , suara teriakan seorang gadis memekakkan telinganya. Sambil menutupi telinganya dengan kedua tangannya Eza menoleh ke asal suara tersebut.

"Apa sih Gia, nggak perlu teriak2 kali aku masih bisa dengar kalau kamu ada disebelah ku. Sambil ku acungkan telunjuk tangan ku kearahnya.
Hehehe...
Gia cuman cengengesan sambil ber oh ria dengan polosnya.
"Gia kamu mau dengarin aku nyanyi nggk,"mau nyanyi apa memangnya ?
"Nih dengerin ya, " Kita seperti sepasang sepatu selalu bersama tak bisa bersatu. " Dan teruslah mengalir sampai nyanyian habis Gia cuman bengong.
"Bagus sih suaranya, tapi kenapa harus nyanyi lagu sepatu coba , itukan sering dipakai ke sekolah tiap hari.
"Gini nih orang yang nggak cinta lagu Indonesia, mana tau kalau lagu tadi mengandung makna yang dalam banget. Makanya jangan suka dengerin lagu barat kamu jadi bloon kan sekarang.
"kamu tau nggak Gia, kalau aku dan kamu itu persis seperti Sepatu, "kok gitu ? "Soalnya kita kan selalu berdua kemana-mana.
"Terus misalnya nanti aku punya pacar gimana, atau mungkin nanti kamu yang pacaran duluan apa tetap Kita ini seperti Sepatu?
"Yah , liat aja nanti kedepannya.

"Eza,
"hmmm...
aku boleh minta tolong?
Dengan suara yang dibuat-buat manis Gia memohon.
"Boleh, apa sih yang nggak buat Gia hmmm...
"Yeay Eza baik banget deh,Gia mau minta tolong digendong pulang kerumahnya boleh ya.
"Hah, Eza cengo dibuatnya, bagaimana tidak, mereka sekarang sudah besar bukan anak kecil seperti dulu.
Sambil menghela nafas, Eza berucap, iya boleh tapi gendong di belakang saja ya, dipunggung gimana ?
It's okay , yang penting Gia nggak jalan kaki pulangnya.

Persahabatan Eza dan Gia memang sangat dekat sekali,dimana ada Eza disitu pasti ada Gia begitupun sebaliknya.
Saking terlalu dekat nya,banyak teman-teman sekolah mereka mengira kalau Eza dan Gia memiliki hubungan lebih dari bersahabat. Kalau sudah begitu Eza hanya cukup berkata ,kalau Gia sudah ku anggap seperti adikku sendiri jadi jangan pernah berpikiran seperti itu.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 dan Seperti biasa , Eza akan bergegas menjemput Gia dirumahnya. Padahal rumah Gia ada di seberang, tapi karena kali ini Eza bangunnya agak siang, jadi kalang kabut berangkat nya.

Sudah merupakan hal rutin kalau Eza dan Gia akan pergi ke sekolah bersama.
Eza hanya menggunakan sepeda ke sekolah, jadi Gia akan duduk dibelakang nya sambil berpegangan erat pada pinggang nya Eza.

Tepat pukul 07.00 pagi Mereka berdua sampai di sekolah. perjalanan dari rumah ke sekolah hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit.

"Gia aku ke kelas duluan ya, kamu yang benar belajarnya jangan bergosip dan tiduran doang di kelas.
Gia hanya membalas dengan memberikan kode di tangan dalam bentuk Ok.
Gia dan Eza Memiliki kelas berbeda, karena Eza lebih tua satu tahun dari Gia.

Bel pertanda waktu pulang sekolah berbunyi, seperti biasa Gia akan bergegas lari sebelum ditinggalkan Eza yang sudah menunggu nya di parkiran sekolah.
Sambil mengatur nafas yang ngos-ngosan, Gia berkata lemah, sorry tadi aku ngerjain soal nya kelamaan hehe.
"Huu dasar ya kamu Gia. sambil menjitak kepalanya Gia Eza berkata, "aku nih sampai lumutan nungguin kamu disini, kan jam pulang ku sekarang cepat soalnya cuma bahas soal - soal ujian aja.
"Yee , itu sih salahnya Eza kenapa coba waktu pulangnya sekarang cepat nggak seperti biasanya.
" Gia dengerin nih ya, aku itu sekarang sudah kelas 3 SMA, sudah mendekati waktu ujian jadi yah sekarang lagi sibuk-sibuknya bahas soal . "Kan aku mau dapat nilai tertinggi jadi bisa masuk universitas yang aku impikan.
"Iya tau kok, kan kamu dari dulu mau jadi dokter spesialis, semoga kesampaian deh tapi awas aja kalau aku nanti dilupain.
"Cieeee yang nggak mau dilupain, kalau nanti Gia lulus mau lanjut universitas mana?
"Apa yah, kalau menurut kamu aku cocoknya kuliah di bidang apa ?
"Ckkkk... kamu ini ya di tanya malah balik nanya,
Lebih baik sekarang kita pulang nanti dicariin lagi sama orang rumah.

Seperti itulah persahabatan Eza dan Gia yang selalu bersama layaknya sepasang sepatu. Hanya saja mereka tidak akan bisa bersatu karena diantara Eza dan Gia tidak ada yang memiliki perasaan lebih, hanya sebatas persahabatan sejati.

Jangan lupa vote dan komen ya, karena itu sangat berharga bagi saya.
Terimakasih:)

Dia Untukku, Bukan Milikku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang