Seed

14 2 0
                                    



Tika mengacak acak rambutnya frustasi. Ia merutuki dirinya yang harus melupakan jas hujannya di rumah. Sesekali ia menilik jam tangannya. 30 menit lagi ia harus presentasi bersama kelompoknya. Sementara mendung hitam tak memberi kabar baik bahwa hujan akan segera reda.

Ia harus terjebak bersama beberapa orang di halte busa sambil memikirkan cara untuk segera sampai ke kampus.

"Tika?" Suara seorang pria yang menyebut namanya membuat lamunannya pecah.

"Anam? Kamu juga disini? Udah lama?"

"Kamu yang duluan kayaknya."

Apakah ini hal yang baik bertemu Anam dalam keadan seperti ini?. Entahlah, yang pasti Tika masih sesekali melihat jam tangannya. 5 menit berlalu sejak ia berhenti di halte. Kegelisahan Tika harus tertimpa lagi kepanikan temannya.

"Hallo!" Tika

"Kamu dimana?"

"Aku kejebak ujan di halte"

"Terus gimana?"

"Aku ga tau Nggi! Semoga aja ujannya cepat reda. Aku akan cari cara!"

"Ok! Aku tunggu!"

"Ok!"

Sekali lagi Tika mengack-acak rambutnya frustasi.

"Buru-buru banget ya?" Anam yang sejak tadi memperhtikan Tika bertanya.

"Hem,eh.."

"Sebenernya aku bawa jas hujan. Kamu mau?"

"Mau banget.. Tapi kamu gimana?"

"Aku pake jaket kok. Aku juga ga lagi buru-buru. Tapi ini masih deres banget. Apa ga bahaya kamu jalan sekarang?"

"Ga papa kok. Aku di tungguin soalnya."

"Ya udah!" Anam memberikan jas hujannya pada Tika dan Tika langsung memakainya.

"Oh iya. Aku balikinya gimana? Atau aku titipin aja sama Ariel?"

"Jangan! Aku minta nomor ponsel kamu aja!"

"Makasih banget!" Kata Tika setelah memberikan nomor ponselnya.

"Hati-Hati!"

Siapa yang tahu, 2 kalimat sederhana ini memberikan benih yang seharusnya tak pernah hadir di saat hujan seperti ini. Seorang Tika yang selalu sibuk. Tapi berkat Anam, ia memiliki waktu untuk berfikir tentang dirinya. Untuk pertama kalinya ia merasa nyaman, dan tahu bahwa itu nyaman.

:):):)

AKAR BENIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang