01

149 12 4
                                    

Aku tak pernah tau senyumku yg biasa kuperlihatkan ke semua orang hanya kepalsuan belaka. Rasanya ingin tertawa riang layaknya gadis kecil berlarian ketika hujan datang. Layaknya ingin menghilangkan semua beban fikiran dan larut dalam kebahagiaan untuk melupakan. Kau tau satu hal. Mencintaimu sangatlah rumit. Tapi aku tak akan merumitkan semuanya. Yang aku tahu seketika akan hancur seluruh duniaku ketika kau meninggalkan. Kau tak akan paham, karena untuk menengok kembalipun tak ada dalam tujuanmu.

***

Seketika kubuka mata ketika cahaya mentari mengintip lewat gorden ruangan ini. Ah, malam yang panjang rasanya. Padahal kalau kuingat, hanya baru dua jam aku terlelap. Entahlah, apa yang sedang kumimpikan semalam. Ke kacauan yang aku sendiri tak dapat mengartikan bahkan kepala ini terasa pening jika aku mencoba mengingat kembali.

Dengan langkah gontai, aku menuruni tangga menuju ruang tengah. Ini hari minggu, bersyukurlah aku tak perlu berangkat ke sekolah dengan tampilan berantakan seperti ini. Ku tahu ini hanya mata yang membengkak dan rambut berantakan, tapi percayalah hari ini aku tak ada semangat untuk melakukan sesuatu. Aku duduk di sofa ruang tengah, kunyalakan televisi hanya untuk sekedar meramaikan suasana. Ku tatap dalam dalam televisi itu dengan pandangan kosong. Hampa. Suara kegaduhan yg berasal dari acara televisi tersebut semakin lama semakin tak kudengar lagi. Air mata dari ujung pelipisku kembali terjatuh. Senyumku pudar seketika. Aku tau ini hanya sekedar bayang indahmu yg melintas dipikiranku, tapi entahlah rasanya seperti luka itu terasa makin memburuk.

"non, makan dulu, mbok sudah siapin soup ayam dimeja makan, masih anget"

Kurasakan sebuah tangan menyentuh pundakku dengan lembut. Segera ku usap air mataku, dan menengok seseorang yang sudah bekerja 18 tahun dirumah ini.

"iyaa, mbok istirahat aja, nanti shei makan"

Jawabku dengan sedikit menyunggingkan senyuman. Si mbok membalas dengan senyuman juga, tetapi tatapannya mengartikan berbeda, kekhawatiran. Kulihat tubuh yang sudah renta itu berjalan menjauh menuju arah dapur. Mungkin ia hanya memberikan waktu sendiri untukku. Aku bangkit dari tempat dudukku, kumatikan televisi didepan dan segera kembali ke kamarku, setidaknya disana aku bisa meluapkan segalanya tanpa ada yang mengetahui.

***

Ku tatap figura diatas meja belajarku, kebencian kembali muncul tatkala melihat dua wajah perempuan dan laki laki sedang tersenyum bahagia. Lelaki itu dengan rambut berantakan, mata yang selalu kurindukan, dan senyuman yang tak ayal selalu berdiam dipikiranku, seperti tak mau pergi. Dan perempuan itu menatapnya tulus dan tersenyum kearahnya seolah bersamanya adalah hal terindah, ya itu aku.

Pyaaarrrr...

Ku lempar sekeras mungkin benda berbentuk segi empat itu. Aku jatuh terduduk diatas lantai dingin. Kulihat puing puing kaca berserakan disekitarku. Dengan tubuh gemetar mencari topangan, aku memeluk kedua lututku dan menenggelamkan diri disana. Aku tak peduli lagi kejadian manis didalam foto itu, yang ada dalam fikiranku hanya kepahitan menerima kenyataan buruk. Aku benci untuk mengingatnya, selalu kucoba untuk melawan fikiranku, selalu kucoba bertarung dengan hati yang masih menginginkannya. Aku kalah, semakin kucoba, yang terjadi semakin kuat hadirnya kenangan itu. Aku sudah hancur menjadi abu, tak ada yang tersisa meski kucoba memulihkan. Yang ada hanya asap kerinduan yang membuat dada semakin sesak. Terimakasih telah mengundangnya. Untuk beberapa kali, aku menangis sejadi jadinya. lagi.

***

Jadi disini saya mau minta maaf, atas cerita cerita sebelumnya yang tidak dilanjutkan. Atas penulisan yang berantakan. Atas kesedihan pada setiap cerita yang mungkin kalian fikir tak ada bahagia bahagia nya haha. Disini saya cuman penulis baru, yang followers juga bagian dari sedekah para manusia. Tapi mohon ini semua adalah karangan dari saya sendiri. Mohon dihormatin dan jangan diplagiatin (kayak bagus bagus aja ve) haha. Tunggu chapter berikutnya, semoga yang ini istiqomah, ga kayak cerita sebelumnya yang males buat dilanjutin. Masalah cover, emang jelek, mohon dimaafin juga, kan veve ga handal getoohh :D

Waktu yang BerceritaWhere stories live. Discover now