Part 2

158 16 14
                                    

Dewa menatap lurus layar poselnya. Membaca isi pesan singkat dari salah satu fansnya di SMA Valencia. Kepopuleran GMS seperti tidak pernah memudar walau sejenak. Lalu tanpa sadar sudut bibir Dewa tertarik ke atas membentuk seringaian kecil.

"Woi, ngapain lo ngeliatin hp mulu?" tanya Yezkiel, "pake mesem-mesem juga lagi." Sambungnya seraya mencoba menarik ponsel milik Dewa. Dan tentu saja Yezkiel gagal karena Dewa sudah terlebih dahulu menepis tangannya.

"Jangan kepo, nanti galau," ucap Dewa dengan ekspresi datar.

"Selama ada Tiwi, gue nggak akan galau."

"Dewa lagi PDKT kali, El, makanya dia nggak mau orang lain ngeliat chat di hpnya," timpal Ghani.

"Daripada kalian ngurusin privasi Dewa," Rama menunjuk ke arah pintu kelas. "Mending pada bantuin si Akbar tuh."

Dari kejauhan terlihat Akbar berjalan tergopoh-gopoh. Ia membawa satu kantung plastik besar di tangannya. Dapat dipastikan bahwa plastik itu berisi produk dagangan Akbar. Manusia satu ini memang selalu punya seribu satu motivasi untuk menjual produk dagangan baru.


"Eh, bantuin gue kali!" teriak Akbar dari kejauhan.

Sementara anggota GMS lain malah memalingkan wajahnya dan berpura-pura tidak mengenal Akbar.

"Pada nggak mau bantuin gue, idih. Kalian ini temen macam apa?" ucap Akbar sok dramatis.

Rama berdiri dan berjalan ke arah Akbar. Begitu Rama sampai di ambang pintu kelas senyum Akbar pun mengembang.

"Misi dong. Jangan berdiri di depan pintu masuk. Orang kan jadi nggak bisa lewat, Bar." Ucap Rama pada Akbar.

"Lah, lo jalan ke pintu bukannya mau bantuin gue ya, Ram?"

"Enggaklah. Gue aja mau ke kamar kecil."

Yezkiel, Dewa, dan Ghani bukannya membantu Akbar, mereka malah menertawai derita Akbar yang terpaksa mengangkat kantung itu sendiri sampai di tempat duduknya.

"Dagangan baru, Bar?" tanya Ghani.


Sungguh waktu yang tepat untuk menjajakan dagangan barunya.

"Iya. Yang ini produk multifungsi. Diproduksi dengan teknologi canggih. Harganya juga dijamin nggak menguras kantong-- cuma empat puluh ribu rupiah," jawab Akbar meyakinkan.

Yezkiel kemudian mengambil salah satu dagangan Akbar dari dalam kantung plastik. "Anjrit! Tangan gue kesetrum!"

Melihat wajah syok Yezkiel membuat anggota GMS lain terpingkal.

"Emang itu apaan, Bar?" tanya Dewa.

"Oh, ini namanya alat kejut listrik atau bahasa kerennya sih stun gun. Biasa dipake buat bela diri cewek ketika mereka merasa terancam oleh penjahat,"

Rupanya produk baru Akbar telah membangkitkan rasa penasaran Dewa. "Cara makenya gimana, Bar?"


Dan Akbar mulai mendemonstrasikan produk barunya.

"Nih, lo tinggal pencet tombol ini dan tempelin ke sasaran lo. Dijamin lawan lo langsung lemas, lesu, lunglai, lelah, let--"

"Bisa sampe pingsan, nggak?" potong Dewa.

"Iya, bisa lah!"

"Coba pinjem satu, Bar. Anggap aja tester," Dewa mengambil salah satu stun gun tanpa menunggu jawaban Akbar telebih dahulu. Ia lalu menekan tombol di alat kejut itu dan dengan sengaja mengarahkannya ke Yezkiel. Namun Yezkiel berhasil menghindar. Naas, stun gun tadi malah mengenai Rama yang baru kembali dari kamar kecil dan kebetulan menggantikan posisi Yezkiel.

TLP (3) - Loose CanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang