HACKERS 3

767 38 4
                                    

Aku seperti mengenal wajah pria itu dari samping, mata ku menyipit untuk memastikan lebih jelas apakah dugaan ku ini benar atau bahkan hanya perasaan ku saja.

Tepat saat aku hendak berjalan ke arah nya dengan pelan, bahu kanan ku di tepuk oleh seseorang membuat suara terkejut ku nyaris terdengar.

"Pril, ada apa?."

Sontak gadis batinku langsung menarik tangan Rubby pada dinding yang bertengger cukup besar untuk bersembunyi dari sosok yang sempat menoleh pandangan ke sekitaran—nyaris padaku.

Aku menarik nafas pelan dan menatap padanya dengan tatapan penuh ketakutan, "tidak ada, apakah acaranya masih lama?."

Rubby menggidik bahunya yang mana membuat separuh jiwaku melemas, rasanya aku ingin pergi dari sini, aku tidak ingin Ali mengetahui keberadaan ku disini. Namun, satu pertanyaan yang membuat diriku bingung.

"ku kira ini acara khusus anggota polisi?." Aku mengernyit bingung padanya.

"Oh, aku belum memberitahu mu, ya? Acara ini juga mengundang para CEO perusahaan ternama, seperti Walker's Corporation contohnya."

Apa?!!

Kontan jantung ku berdetak lebih cepat dari sebelumnya, bahkan aku mulai merasakan keringat keluar dari telapak tanganku. Dugaan ku benar, Ali ada di pesta ini!

Aku harus pergi dari sini sebelum Ali melihat ku, aku harus keluar dari tempat ini bagaimana pun caranya, "Rub, aku...ingin ke toilet, kau tetaplah disini."

"Ya."

Sejurus kemudian aku langsung mencari toilet, bukan untuk melarikan diri, akan tetapi untuk memikirkan bagaimana caranya untuk keluar dari sini. Saat aku hendak membuka pintu toilet, tiba-tiba aku merasakan tangan kanan ku di genggam dengan kilat hingga membuat ku berbalik badan dan punggung ku membentur dinding.

Bahkan kepalaku rasanya pusing setelah jepit rambutku sedikit menusuk kulit, akan tetapi cepat-cepat aku langsung menetralkan semuanya dan membuka mata ku pelan.

Sontak gadis batinku menganga kan mulutnya lebar, tak percaya. Ali yang mendorong ku hingga membentur dinding, sialan. Seketika nafasku tercekat dan mata ku melirik sekitaran untuk memastikan bahwa tidak ada yang melihat. "Ka-kau?."

Ali melepaskan tangannya dari ku dan membetulkan blazer hitamnya yang sedikit naik ke atas. "Kenapa kau ada disini?."

Oh, tuhan! Pertanyaan yang menohok.

"Aku...aku di ajak oleh kakak ku ke pesta ini." Aku mengucapkan kalimat ini tanpa bernafas, rasanya seperti sedang berhadapan dengan para hakim sebelum di kenakan sanksi dan masuk ke dalam jeruji.

"Kakak?."

"Y-ya. Hanya kakak." Aku menelan ludah dengan susah payah. Aku tidak bisa terus melawan tatapan nya yang terus menatap ku. Kendati dia bukan seorang peramal, tetapi dia bisa saja membaca tatapan ku bahwa aku berbohong. Jadi aku harus mencairkan suasana saat ini, bagaimana pun caranya. "Kau, kau sendiri kenapa ada disini?."

"Aku diundang teman ku—musuh lebih tepatnya." Katanya sambil berbisik dengan pelan di depan ku yang mana masih bisa ku dengar.

Gadis batinku mengernyit bingung padanya, musuh? Ah, benar! Dia, kan hacker, dan hacker tidak akan berteman dengan seorang polisi. Sontak tubuh ku menegang memikirkan itu, aku memang akan menjadi seorang pengkhianat, namun aku tahu bahwa ini demi kebaikan. Aku tidak ingin seluruh bank atau pun toko besar lainnya kehilangan uang hampir tiap harinya karena selalu kebobolan.

"Hei?."

Lantas aku menampar diriku ke bawah setelah tahu bahwa aku melamun, ia mengibas tangannya di depan wajahku membuat ku mengerjapkan mata secara refleks.

HACKERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang