Doshite? (1)

606 117 26
                                    

Nada duduk termenung di hadapan meja kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nada duduk termenung di hadapan meja kerjanya. Entah mengapa ungkapan perasaan Taka seminggu yang lalu itu masih saja mengganggu. Terus berputar-putar di kepala dan selalu terdengar di kedua telinga.  Nada benar-benar merasa serba salah sekarang.

Selama satu minggu itu pula Taka sama sekali tak menghubunginya, otomatis Taka pun tak menemui Obasan di rumah. Nada mulai cemas, apa jangan-jangan karena reaksi Nada waktu itu? Yah, bisa dibilang reaksi yang biasa saja. Malah terkesan kejam dan dingin. Nada ingat betul, pada saat itu ia hanya bisa mengucapkan kata 'Apa?', 'Oh' dan 'Eh?' Benar-benar bodoh.

Apakah Taka marah soal itu? Bisa saja, sih, Nada benar-benar merasa tak enak. Bagaimana tidak? Sejak Taka di Indonesia, tepatnya di Bogor waktu itu. Sejak itu pulalah Taka sudah menyukai Nada. Bukan waktu yang sebentar untuk memendam perasaan. Butuh kesabaran extra, dan lagi Taka itu, kan, seorang pria.

Bisa-bisanya Taka memendam perasaan begitu lama, apalagi seseorang yang disukainya itu selalu berada di sampingnya. Itu pasti sangat menyakitkan. Ditambah orang yang disukainya itu tidak peka seperti Nada. Kalau sudah begini siapa yang salah?

Nada merutuki dirinya sendiri, ia benar-benar merasa tak enak. Taka itu adalah sahabat baiknya. Taka selalu ada untuk Nada, kapan pun itu. Di saat sedih maupun bahagia. Lewat Taka jugalah Nada mulai bisa melupakan masa lalunya.

Frekuensi tawa dan senyum Nada pun selalu bertambah semenjak ia bersahabat dengan Taka. Tangis yang selalu datang tiba-tiba dalam malamnya, semakin hari semakin berkurang begitu Taka hadir dalam hidupnya. Taka mengajarkan begitu banyak hal dalam hidup Nada.

Nada mendesah, pertanda menyesal. Kenapa baru sekarang ia menyadarinya?

"Kamu kenapa?" tanya Sakura tiba-tiba sudah berada di hadapan meja kerja Nada.

Sakura, wanita Jepang yang sudah pandai berbahasa Indonesia ini memang selalu menghampiri meja kerjanya setiap pagi. Sekedar menyapa atau mengajaknya mengobrol.

Sakura sudah pernah tinggal di Indonesia selama hampir delapan tahun, jadi bahasa Indonesianya sudah cukup fasih. Ia belajar sangat cepat dan baik dari kebanyakan orang Jepang pada biasanya. Termasuk cerdas.

Sakura juga terbilang ramah, ia seperti happy virus di kantor ini. Setiap pagi ia selalu menebar senyum dan memberi hormat kepada para senior. Sangat sopan dan cantik pula. Kulitnya berwarna putih seperti susu, bersih dan lembut seperti wanita Jepang kebanyakan. Kedua matanya seperti kucing, hidungnya mancung, rambutnya panjang sepundak berwarna hitam.

Selalu terurai dengan rapi dan polos, paling-paling ia hanya mengenakan bando atau jepitan di bagian kanan atau kiri untuk pemanis. Penampilannya sederhana, padahal Sakura adalah salah satu anak pemilik saham yang cukup besar di kantor ini.

Ia pun tak sombong, bergaul dan berteman dengan siapa saja. Jatah susu makan siangnya selalu ia berikan pada penjaga taman dan security. Ia benar-benar orang yang positif dan penuh dengan keceriaan.

Hanami | TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang