Part 1

717 55 10
                                    


Orang bilang cinta dapat datang dan timbul karena terbiasa, terbiasa karena saring bertemu satu sama lain atau dengan cara yang lainnya. Dan mungkin sekarang akupun merasakannya.


_________________________________________________________________________________


Vino POV

Tercium aroma manis khas roti dan kue ketika aku memasukki sebuah ruangan yang bernama dapur, walaupun darpur ini bukan untuk membuat masakan tapi masih dapat di katakan dapur. Ya, aku memang sedang berada di sebuah dapur bakery, aku berada di sini untuk bekerja walaupun aku bukanlah karyawan di sini tapi aku bekerja di sini sebagai siswa magang bersama dengan kawanku.

"ciee pagi-pagi udah rajin banget ngurusin kue, aku juga mau dong di urusin hahaha" godaku sembil mengoleskan cream ke wajahnya dan berlari cepat menjauh darinya

"iihh... Vino rese bangit sihh..."kesalnya sembil menghapus cream dengan tangan

"aduh maaf deh, sini aku bantu bersihin Shan" ku hampiri lagi dirinya dengan kain di tanganku, lalu ku bersihkan wajahnya dengan kain yang ku bawa. Yang tidak ia sadari adalah aku membersihkan wajahnya dengan kain kotor.

"ihh Vino, inikan kain kotor bekas aku elap meja tadi!!!" marah Shani, lalu memukul kepalaku dengan spatula plastik yang sudah Shani genggam sedari tadi

"hahahahaa.. ya maaf, kamu sih pagi-pagi sudah ngegemesin" ucapku gemas di samping tubuh Shani, sedangkan Shani hanya diam sambil melanjutkan pekerjaannya

"ihh kok kotor gini sih rambutku? Kamu pake spatula kotor yah tadi Shan, getok kepala akunya?" tanyaku sembari membersihkan bagian rambut yang ternyata terkena cream dengan menatap tajam ke arah Shani. Sedangkan yang di tatap hanya membalas dengan juluran lidah

"biarin gantian, kamu kan tadi pake kain kotor, aku pake spatula kotor"

"udah-udah, kalian ini juga ya, lama-lama jadi cinta loh kalo berantem terus" lerai kak Deno dengan candaannya yang mengatakan kalau aku dan Shani akan ada perasaan

"apa? suka sama dia? Enak aja kak Deno ini kalo ngomomg" ucap Shani tak terima

"halah, di mulut aja ngomong kayak gitu, padahal mah di hati muja-muja aku" ucapku sambil bejalan di hadapannya dengan muka masam

"udah lah Vin, kamu ngadon aja sana" kak Deno pun menggelengkan kepalanya karena mungkin pusing melihat aku dan juga Shani selalu berantem kecil setiap pagi.

Akupun langsung mengerjakan apa yang sudah menjadi pekerjaan dan tanggung jawabku sebagai karyawan di sini, yaitu membuat, mencetak dan memberi topping pada produk donat yang di jual di bakery ini.

Dengan senandung kecil dan sesekali bersiul, aku menimbang bahan yang akan aku campur dalam dough mixer. Dari mulai tepung kuat, gula pasir, margarin, ragi roti, garamdan juga air es serta telur. Semua aku timbang dan masukkan ke dalam kom dough mixer, lalu semua bahan aku masukan kecuali margarin dan garam serta air es dan telur yang nanti akan di masukkan sedikit demi sedikit.

Sambil menuangi air es sedikit demi sedikit ke dalam tepung yang mulai di aduk dalam dough mixer, akupun bersiul kecil seperti bernyanyi mengikuti lagu yang sedang di putar di dapur bakery ini. Asik sendiri bagaikan hanya aku yang ada di dalam dapur ini, mengabaikan semua orang yang menatapku aneh. Aku memang menyadari diriku ini memang sedang di tatap aneh oleh semua yang ada di dapur ini.

"pake ini, jangan pake ini. Nanti kalo diliat Bos Tachil di tegur kamunya" ucap kak Boby sambil menarik penutup kepala ku dan memberikan tutup kepala yang baru

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PKL in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang