H: Saat kita berdua. Mengingat dahulu perna bersama, berbagi tawa, menebar lirikan dengan penuh rasa malu.
M: Tapi kau tetap pergi, tak pernah kembali hingga detik ini.
H: Ingin aku kembali, tempat pertama melepas langkah kaki,tapi pasti ada saatnya nanti aku berpulang kembali. Karena lelaki bagaikan pelaut yang berlayar dan berpetualang berkeliling dunia tetapi tetap ingat tempat berpulang nanti.
M: Semoga saja kau akan kembali dan takan pergi lagi. Semoga saja kau tak menjadikanku pelabuhan untuk melepas penatmu setiap hari.
H: Jangan engkau samakan rumah dengan pelabuhan. Karena pelabuhan adalah persinggahan dan rumah adalah tempat berpulang.
M: Kau berkata demikian tanpa kau bercermin atas segala penantian.
H: Karena tanpa sebuah penantian, pertemuan akan terasa hambar.
M: Tapi kau tak pernah menanti, malah sibuk sendiri.
H: Ingat, semua ini hanya untuk diriku mematangkan diri,, agar siap dan pantas memimpinmu nanti.
M: Lalu bagaimana jika suatu saatnanti kau memilih yang sempurna sedangkan aku tak ada apa-apanya. Kenapa kau tidak berkelana bersamaku saja? mendewasakan diri bersama.
H: Rumah tetaplah rumah, seindah apapun rumput tetangga tetap saja pilihan utama dan selamanya adalah rumah. dan kamu rumahku. Lelaki takkan membahayakan wanitanya, tetaplah seperti itu. Karena yang akan memimpin adalah lelaki bukan perempuan.
M: Rumahmu yang jarang kau jamah bahkan menengokpun tak pernah. Bukankah bersama akan lebih terasa daripada sendiri tak kau sapa.
H: Baiklah jika itu maumu.
M: Terima kasih jelaga, pudar sudah pekatmu

YOU ARE READING
HILANG
PoetryKetika semua menghilang Aku ingin menangis, teriris Berharap akan mendapatkan yang telah hilang Berharap akan mendapatkan yang telah diambil orang Sungguh malang Karena yang terbaik selalu tau arah jalan pulang