#1

4.4K 471 27
                                    

Jaemin menengadah, menatap langit kelabu yang tak henti meneteskan bulir-bulir air. Berkali-kali ia mendengus kesal. Ini hari pertamanya di SMA, dan hujan ini sungguh menyebalkan. Jaemin harus segera berangkat, jika tidak dia akan terlambat bahkan di hari pertamanya di sekolah.

"Oh ayolah, aku sedang tidak ingin basah-basahan," keluhnya entah kepada siapa.

Sekolahnya memang tidak jauh, hanya berjarak satu kilometer dari rumahnya. Tapi jika hujannya sederas ini sudah cukup membuat seragamnya basah kuyup walaupun menggunakan jas hujan.

"Baiklah, ini pilihan terakhir," ujarnya mantap sebelum mengayuh sepedanya menerobos derasnya hujan. Jas hujan berwarna biru muda melindungi tubuhnya dari tetesan air hujan.

Jaemin akhirnya bisa bernafas lega saat mengetahui dirinya belum terlambat, ah sebenarnya hampir terlambat sih. Segera lelaki bermarga 'Na' itu memarkirkan sepedanya.

Jaemin melangkahkan kakinya memasuki sekolah, mencari dimana kelasnya berada setelah sebelumnya menuju papan pengumuman untuk mengetahui kelasnya.

"10-4 ya... Ah itu dia!" Tak butuh waktu lama bagi Jaemin untuk menemukan kelasnya.

Ya, sepertinya Jaemin bisa dibilang terlambat. Hanya tersisa 1 bangku kosong di bagian pojok belakang -bersebelahan dengan seorang siswa.

Jaemin menghela nafasnya, sebenarnya ia kurang suka jika harus duduk di pojok belakang. Tapi mau bagaimana lagi, tidak ada bangku kosong lagi. Dengan pasrah ia pun menghampiri 'calon' bangkunya.

"H-hai" Jaemin tersenyum menyapa seorang siswa yang akan menjadi teman sebangkunya dengan senyum kikuk.

Dari name tagnya Jaemin bisa mengetahui bahwa siswa itu bernama 'Lee Jeno'

Permen karet yang sedang ditiupnya itu meletus saat Jaemin menyapanya. Tetapi anak itu tidak menjawab, ia hanya melirik Jaemin sebentar kemudian melanjutkan acara bermain ponselnya sembari mengunyah permen karet tersebut.

"Cih, sombong sekali," batin Jaemin kesal.

Jaemin langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Jeno. Ia hanya diam, terlalu malas mengajak lelaki disampingnya itu mengobrol setelah apa yang baru saja terjadi.

Lagipula Lee Jeno itu memasang wajah 'jangan berbicara padaku.' Benar-benar terlihat menyebalkan di mata Jaemin. Sial sekali Jaemin harus duduk sebangku dengannya.

Baiklah, jika ditanya bagaimana hari pertama Jaemin di SMA. Ia pasti akan menjawab tidak ada yang istimewa, malah terkesan membosankan.

Hari ini hanya diisi dengan perkenalan tiap siswa, perkenalan lingkungan sekolah, dan segala macam acara basa-basi.

Lee Jeno? Ah bahkan ia tidak mengucapkan sepatah kata pun pada Jaemin. Teman sebangku macam apa itu? Disaat anak lain sedang bercengkerama dengan teman sebangku atau teman di sekitarnya, ia hanya dapat berdiam diri.

Kalau boleh jujur, Jeno itu seperti patung di mata Jaemin. Tidak bicara, hanya berdiam diri sambil menumpukan dagu dengan salah satu tangannya. Mata sipitnya sedari tadi hanya menatap lurus ke depan.

Setelah berdiam diri cukup lama Jeno pun akhirnya bergerak, ia merogoh tasnya. Mengambil beberapa bungkus permen karet. Jaemin tanpa sadar memperhatikan pergerakan Jeno.

"Kau mau?" tawar Jeno yang sepertinya menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan. Nada bicaranya terdengar datar.

"E-eih, kau bicara padaku?"

Apa itu tadi mimpi? Jaemin tidak sedang tertidur di kelas kan? Lee Jeno yang selama beberapa jam ini hanya berdiam diri di patung sekarang bicara padanya. Oke, ini berlebihan. Tapi sungguh, Jaemin merasa senang saat teman sebangkunya itu berbicara padanya, setidaknya ia tau kalau Jeno itu tidak bisu.

"Ah, y-ya aku mau," jawab Jaemin setelah terdiam beberapa saat. Jaemin mengambil 2 buah permen karet dari tangan jeno.

"Terima ka-" belum juga Jaemin menyelesaikan kata-katanya, Jeno sudah 'menyumpal' telinganya dengan earphone.

Ingin rasanya Jaemin menendang Lee Jeno sampai ke kutub, tapi rasanya itu tidak mungkin. Sungguh, Lee Jeno itu seperti benar-benar tidak berminat bicara pada siapapun. Bahkan dengan teman sebangkunya.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, Jaemin sangat senang. Selesai sudah hari pertamanya yang berat ini. Ah, dia melupakan jika masih ada hari esok dan seterusnya.

Dengan segera ia berjalan menuju parkiran. Mengambil sepedanya, kemudian mengayuh sepeda itu agak cepat. Jaemin ingin cepat-cepat sampai rumahnya.

Ia sedikit terheran melihat sebuah motor sport terparkir di depan rumahnya.

"Milik siapa itu?" Jaemin pun berlari masuk untuk menghilangkan rasa penasarannya.

"Aku pulang! Ibu motor siapa it- KAU!"

Betapa terkejutnya Jaemin saat mengetahui siapa yang dilihatnya. Dia, Lee Jeno, teman sebangkunya yang seperti patung, sedang duduk di sofa rumahnya sambil mengunyah permen karet.

"Ah Jaeminie kau sudah pulang. Sepertinya ibu tidak perlu menjelaskan siapa dia, karena ibu yakin kalau kalian pasti sudah saling kenal," ujar nyonya Na, ibu Jaemin.

"I-ibu... Apa yang dia lakukan disini? Kenapa dia kemari?"

"Jadi begini, Lee Jeno ini anak dari teman ibu. Rumahnya sangat jauh, padahal dia bersekolah di sini. Ah intinya dia akan tinggal disini kira-kira sampai kalian lulus SMA. Ibu harap kau mau berbagi kamar dengannya."

Oh Tuhan, rasanya Jaemin ingin menangis saja. Seharian di sekolah di samping Lee Jeno rasanya benar-benar buruk. Dan sekarang ia harus bersama Jeno di sekolah dan juga di rumah, dan lagi... Mereka akan sekamar. Apakah ada yang lebih buruk dari ini?

"Ibu aku tidak mau sekamar dengan makhluk itu," rengek Jaemin sambil menunjuk Jeno yang hanya duduk manis di sofa, seakan tidak terjadi apa-apa.

"Kau harus mau, Na Jaemin. Ibu tidak mungkin menyuruhnya tidur bersama Lami. Apa salahnya sekamar dengan Jeno? Dia kan anak yang baik, sopan juga. Kau pasti akan senang sekamar dengannya," tutur nyonya Na.

Baiklah, jika seperti ini Jaemin hanya bisa pasrah. Dengan lemas Jaemin menaiki anak tangga menuju kamarnya. Ia bisa merasakan Jeno mengikutinya. Terdengar dari letusan permen karetnya. Ia pun memasuki kamarnya diikuti dengan Jeno.

"Semoga kita bisa menjadi kawan baik, 'teman sekamar'-ku" ujar Jeno dengan seringai di wajahnya.

"Sialan kau!"

TBC

Chewing Gum ❥nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang