01

25 4 0
                                    

Kabut pagi menyerbu kota Bandung nan dingin. Membuat warganya kesusahan melepaskan dirinya dengan kasur. Tidak denganku, di pagi buta ini aku sangat bersemangat karena aku rindu Alfar. Aku pun turun menuju meja makan yang wanginya sudah menarikku untuk mendekatinya sejak tadi.

'Ya ampun. Pagi pagi ini udah geulis aja kamu teh.' puji mamah dengan medok sunda.

'Hehehe. Iya atuh harus.' balasku.

'Yaudah nih sarapan. Mamah buat kwetiau goreng.'

'Yuhuu, pantes wanginya sampe atas.'

'Udah cepetan makan. Mau bekel ga?'

'Boleh.'

-
Seusai sarapan aku pun sedikit merapihkan penampilanku yang sedikit berantakan gara-gara sarapan.

'Ayo Key --Likey nama panggilanku terhadap Alfar dan di lingkungan rumah-- , mamah tungguin dari tadi di mobil. Pas balik lagi kamu masih aja nga-geulis.' ucap mamah menghampiriku.

'Hehehe. Udah ko. Yu mah.' ajakku sambil berlari ke arah mobil yang diikuti mamah.

Ya sekarang aku sudah disekolah. Entah mengapa sudah terlihat ramai. Padahal masih pagi. Aku pun melihat banyak orang yang memakai seragam putih biru. Ya! Itu pasti adik kelas baruku.

Ngomong-ngomong soal ramai, hingga detik ini pun aku belum melihat batang hidung Alfar. Kemana ya dia?

'Hey!' teriakan Alfar dari belakang tubuhku cukup mengagetkanku.

'ALFAR! Ih Alfar kebiasaan yang sangat amat sangat amat buruk!!' marahku padanya yang hanya di balas tawa.

Aku suka tawanya. Membuat dia semakin manis dan tampan. Yang membuatku betah menatapnya yang ku jadikan matanya sebagai pemandangan indah.

Kerumunan pun mengganggu tatapanku, ya itu mading. Dikerumuni banyak orang. Aku tidak tahu pasti sebab akibat mading dikerumuni seperti itu.

'Eh, itu ada apaan?' tanya Alfar pada salah satu temannya yang juga temanku.

'Itu, pembagian kelas.' jawabnya.

'Kelas 10?' tanyaku.

'Kelas 10, 11, sama 12 juga.' jawabnya lagi.

'Ko? Kita juga dong? Ko gue baru tau ya?' bingungku.

'Ah! Itu mah lo aja yang kudet. Tadi sih gue liat, kalo ga salah ya, lo jadi XI-IPA3 Liq.'

'Kalo gue?' tanya Alfar.

'IPA5 kalo gak salah. Ya elah kalian punya kaki kan? Liat aja sendiri, ribet banget.' kata temanku sambil meninggalkan kami.

'Yah. Ko kita beda kelas sih? Ga tau ah ga ikhlas kalo kaya gini mah.' gerutuku pada Alfar.

'Coba aku yang liat ke sana ya. Kamu tunggu sini. Oke?' katanya yang hanya ku balas anggukan.

Tak lama Alfar kembali dengan senyum simpul.

'Gimana?' tanyaku begitu penasaran.

'Iya. Kita beda kelas. Kamu IPA3, dan aku IPA5.' katanya.

'Yah. Ih gamau, gamau, kenapa coba harus di acak lagi kelasnya? Apa faedahnya?' kesalku.

'Hahaha. Kita ambil hikmahnya aja. Mungkin aja maksudnya biar kita lebih kenal sama temen angkatan lainnya. Biar temennya ga itu itu aja.'

'Aku ga peduli sama temen kelas kita dulu. Aku cuman pingin terus sama kamu. Gamau kehilangan kamu. Eh..eh maksudnya kalo aku ga sekelas lagi sama kamu. Nanti pasti aku ga dianggap di kelas baru aku. Hiks.'

'Ih ko nangis? Hahaha udah tenang aja. Aku akan selalu ada di sisi kamu. Aku ga pernah ngelupain kamu. Nanti deh setiap istirahat sampai kita lulus, aku akan ke kelas kamu tiap harinya, terus pulang sekolah kita tetep pulang bareng. Berangkat pun nanti aku jemput. Jadi kamu jangan sedih ya. Aku yakin ko kamu akan nyaman sama temen sekelas kamu yang baru. Mungkin aja kamu nemu gebetan disitu wkwk.'

'Ngga, aku tuh cuman sayang sama ka..ka... YA INTINYA AKU GA BAKAL MUNGKIN PACARAN SAMA TEMEN SEKELAS AKU YANG SEKARANG. GA AKU GA BAKAL NYAMAN.'

'Pegang janji aku tadi, aku akan ada terus buat kamu.' katanya sambil mengangkat jari kelingkingnya, yang kubalas kelingking yang memeluk kelingkingnya di atas matahari pagi yang sangat cerah. Tak lama, ia pun meraih sebuah sapu tangan dari sakunya, dan menghapus air mataku dengan perlahan.

'Udah. Ayo aku anterin kamu ke kelas kamu, udah pada masuk tuh.' katanya sambil merangkulku, membawaku ke IPA3.

Setelah sampai disana, Alfar pun melepaskan rangkulannya dan tersenyum simpul. Dia pun pergi ke IPA5 meninggalkanku di keramaian IPA3.

Dengan berat hati, aku pun mulai masuk ke kelasku. Yang terlihat semua bangku sudah penuh, kecuali di belakang. Yap dan itu cowo. Masa di hari pertama sudah duduk sama cowo yang tidak ku kenal sedikit pun wajahnya? Ya dengan terpaksa aku pun ke belakang kelas menghampiri satu bangku itu.

'Ini kosong ga?' tanyaku.

'Kosong ko. Kenapa?' tanyanya balik.

'Aku duduk sini boleh? Soalnya bangku lain udah penuh.'

'Boleh ko. Silahkan. Ohya kenalin aku Alif. Kamunya?'

'Hm.. Nama aku?'

'Bukan, nama pacar kamu. Ya nama kamu lah. Hahaha.'

'Aliqa, eks 10-2.'

'Oh gitu, kalo aku eks 10-5.'

Kami pun saling bertatapan. Ya dia lumayan tampan. Ya tapi tetap saja aku tidak tertarik. Entah mengapa obrolannya seperti ingin tahu tentang hidupku. Untung saja, disaat kami bertatapan, tak lama bel masuk kelas pun berbunyi. Dan seorang guru tiba-tiba masuk kelasku tanpa diundang oleh anggota kelas ini. Wajahnya terlihat garang, agak pendek, dan berkerudung tempo dulu. Ohya aku tau dia, dia sering ku temui di masjid saat aku kelas 10. Tapi aku sama sekali tidak tahu siapa namanya. Dan sedang apa dia disini?

'Selamat pagi.' sapa guru itu pada warga kelasku dengan nada judes.

'Pagi.' balas kami bersamaan.

'Ibu ga akan kasih tau nama ibu siapa. Itu tugas kalian, kalian harus cari. Memangnya disini ada yang tau nama ibu?'

Kami pun sekelas serempak tidak menjawab pertanyannya.

'Ga ada yang tau? Dari pada nge-habisin waktu, saya anggap kalian ga tau nama ibu. Ibu berdiri disini akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun ke depan. Ibu guru matematik. Ada pertanyaan?' sambungnya.

'Kalian ga respect banget ya kayanya. Udah lah dari pada lama. Ibu mau kalian satu persatu maju kedepan. Kasih tau nama dan asal kelas. Mulai dari kamu!' sambungnya lagi sambil menunjuk satu orang yang duduk di depan.

Perkenalan pun berlanjut, rasanya lama menunggu giliranku. Yap ini lah giliranku. Aku adalah penutup perkenalanku di kelas ini karena aku duduk di belakang.

'Oke. Sekarang siapa yang mau jadi KM?' tanyanya.

Entah mengapa, kelas ini sunyi tidak ada yang meresponnya sama sekali. Aku sudah yakin bahwa kelas baruku akan seperti ini. Dan jelas aku sangat yakin wali kelasku akan marah.

'Lho? Gaada sama sekali yang mau? Hadoehhhh! Baru hari pertama udah kaya gini. Yaudah saya tunjuk aja. Kamu! Yang dibelakang cowo! Siapa tadi namanya? Alif ya?' sahutnya.

'Sa..sa..ya bu?' tanya Alif dengan wajah panik yang kocak.

'Ya. Mau kan?'

'Iya deh bu.'

'Bagus. Sekarang kamu aja deh yang pilih wakil KM-nya. Males ibu kalo kaliannya diem aja. Kaya ngomong sendiri!'

'Hm..'

'Cepetan! Waktu!'

'Aliqa aja bu.'

'Aliqa yang mana? Acungkan tangan.'

-----------------------------------------------------------
jangan lupa vote:)
Vote back?
Krisar?
Ada yang ga ngerti?
comment=))
thx.
-

-dhyyvva-

The LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang