First

123 13 9
                                    

Sepasang sepatu kets putih yang berada di ubin kayu melangkah menuju kantin dengan santai sambil mendengarkan alunan music rege di earphone miliknya. "Bertepuk sebelah tangan sudah biasa..." Silvia langsung terdiam ketika ada suara cowok yang menyambar dari belakangnya. " Ditinggal tanpa alasan sudah biasa..." sambung Vito sahabat masa praaksaranya,nggak ding maksudnya sahabat masa kecilnya."Eh lo Vit,tumben ke kantin? Nggak bawa bekal ya?" tanya Silvia yang kini berdiri di depan Vito sambil melepas earphone di telinganya. " Iya Sil, soalnya tadi pagi gue kesiangan jadinya ya kayak gini." Sahut Vito sambil melipat bibirnya."Dari zaman dulu sampe sekarang lo nggak ada bedanya ya Vit, tiap lo lagi kesel pasti bibirnya dilipet!" kata Silvia sambil tertawa kecil.Kalo ngeladenin omongan cewek nggak bakal kelar nih urusan, ntar makanan di kantin abis lagi, Vito mendengus pelan.Mereka berdua berjalan melewati lorong di samping kelas tanpa ada satu katapun yang terucap dari keduanya.Hingga keheningan itu dipecahkan Silvia "Vit gue gabung sama anak – anak cewek, buruan gih lo beli makanan keburu abis loh!" kata Silvia sambil mengotak – atik ponselnya."Iya Sil, gue juga udah laper nih, ntar pas pulangan kita ketemuan di halte depan sekolah, soalnya ada hal penting yang mau gue omongin sama lo!" kata Vito dengan nada serius."Iya deh terserah lo! Daah..." sahut Silvia sambil melambaikan tangannya.

***

"Kring...Kring...Kring..." Bunyi terompet sangkakala yang membuat para siswa bersorak gembira, nggak ding maksudnya bel pulang sekolah yang membuat siswa berhamburan seperti ikan asin yang lagi dijemur berbunyi sangat nyaring. "Vit, lo udah ngerjain tugas mtk nggak?" tanya Adit teman karib yang juga sekelas dengan Vito."Maaf ya dit, gue nggak ngerti jadi gue nggak ngerjain deh!" jawab Adit dengan santai sambil mengikat tali sepatunya."Ya udah deh gue duluan ya Vit! Daah..." sahut Adit sambil beranjak pergi meninggalkan Vito yang sedari tadi sibuk dengan tali sepatunya.Selepas kepergian Adit, Vito pun segera menutup pintu kelas lalu beranjak pergi menuju halte."Lo udah lama nunggunya?" tanya Vito kepada Silvia sambil meneguk air mineralnya."Nggak kok, lo mau ngomong hal penting apaan?" jawab Silvia sambil membuka risleting tasnya.Tangan Silvia yang tadi memegang pipinya kini mulai sibuk mencari – cari ponsel di dalam tasnya dan dikeluarkan ponsel mahal bergambar buah apel dari tasnya."Sil gue suka sama anak baru, gue jatuh cinta Sil!" Vito duduk di samping Silvia sambil menatap gadis yang ada di sampingnya dengan mimik wajah serius.Silvia cengengesan " Ciee...Sahabat kecil gue jatuh cinta..." candanya.Vito hanya tersenyum " Lo mau nggak bantuin gue PDKT sama tuh anak baru" katanya sambil memasang wajah kasihan."Tenang aja gue bantuin lo kok! Apa sih yang nggak gue lakuin buat sahabat sejati gue?" jawab Silvia meyakinkan Vito dengan semboyan yang selalu sama dari kecil.Vito hanya mengacungkan jempol.

***

"Bi, mama udah pulang nggak?" tanya Silvia kepada Bi Ijah."Belum non, ada pesen dari mama non Silvia katanya mama nggak bisa pulang soalnya masih ada proyek di Bandung selama satu bulan." jawab Bi Ijah sambil meletakkan mangkuk berisi sup ayam di atas meja makan.Perkataan Bi Ijah barusan membuat Silvia semakin kesal.Jawaban yang selalu ada untuk pertanyaan yang sama.Silvia hanya diam membisu seperti patung yang tak bernyawa.Suasana dirumah hening sampai suara mesin ac pun terdengar dengan jelas. Keheningan pun dipecahkan oleh Bi Ijah " Non makan dulu! Bibi udah siapin sup ayam kesukaan non loh." Tanpa memberi jawaban, Silvia langsung pergi meninggalkan Bi Ijah dengan langkah gontai.Silvia menaiki sekitar lima belas buah anak tangga untuk sampai kekamarnya.Sampai di kamarnya, Gadis mungil berkaca mata merebahkan tubuh mungilnya ke springbed dengan bedcover doraemon yang berwarna biru.Kamar Silvia memang di desain dengan warna biru yang dilengkapi dengan banyak fasilitas.Di kamar yang begitu luas dan dilengkapi dengan banyak fasilitas pasti sangat menyenangkan? Tapi tidak bagi Silvia.Baginya bahagia itu bersama keluarga dan mendapat perhatian dari seorang ibu bukan pembantu.Silvia rindu papa dan mama.

***

" Sil,kamu kenapa sayang? Kok nangis? Siapa yang ganggu kamu?" tanya mama sambil mengusap kepala putrinya.Silvia hanya menangis sambil mengusap air matanya lalu memeluk mamanya. " Sayang kamu kenapa? Dipukul sama Dinda ya? sahut mama sambil menghapus air mata di pipi Silvia.Silvia hanya mengangguk.Tak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya.Ia hanya memeluk mamanya.Mereka berdua saling memeluk dengan eratnya.Mereka tak menghiraukan orang- orang disekitar mereka. " Silvia sayang sama mama, mama juga sayang kan sama Silvia?" tanya Silvia memecahkan keheningan. "Mama sayang sama Silvia lebih dari apapun!" jawab mama Silvia.Bibir Silvia mulai tersenyum "Mama jan..." belum selesai Silvia berbicara, tiba-tiba langsung dipotong oleh guru sanggar tarinya. " Sebentar lagi pertunjukan tarinya dimulai, make up sama antingnya jangan lupa ya bu!" jelas guru yang sekarang sudah beranjak pergi meninggalkan Silvia dan mamanya. " Sil,ini antingnya udah mama belikan special buat kamu nari lho!" sahut mama sambil memberikan antingnya kepada Silvia.Silvia tertawa " Makasih ya ma! Pakein antingnya buat aku dong!" pinta Silvia.Ia memberikan anting kepada mamanya untuk dipakaikan di telinganya, lalu Silvia diberi make up oleh mamanya. "Anak mama makin cantik ya..." puji mama. Silvia hanya tersenyum. Di depan gerbang masuk taman ada seorang pria dewasa berkulit putih yang mengenakan jas hitam sambil berjalan dan melambaikan tangan ke seorang anak perempuan yang sedari tadi duduk di kursi taman bersama ibunya. . "Anak papa makin cantik ya..." puji papa sambil menggendong malaikat kecilnya.Silvia sangat bahagia.

ILY Bad BoyWhere stories live. Discover now