Prolog

983 72 8
                                    

Seorang gadis cantik yang sudah terbalut gaun pengantin terlihat tersenyum sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. Rambut panjangnya yang berwarna merah scarlet digelung dan memakai dress mewah berwarna putih.

"Wah Erza... Kau benar-benar cantik! Aku jamin Siegrain tak bisa menglihkan tatapannya darimu!" Puji seorang gadis berambut pirang yang membantu Gadis bernama Erza itu.

Erza hanya tersenyum dan menatap Lucy, sahabat karibnya yang berambut pirang itu.
"Lucy, aku tak tahu harus mengucapkan terima kasih model bagai mana padamu. Kau sudah banyak membantuku." ujar Erza dengan senyum bahagianya. Lucy menepuk pundak Erza dan menggeleng pelan.

"Kau tak perlu merisaukan hal itu. Kita sudah berteman sejak kecil. Jadi wajar jika aku membantumu kan?" Lucy tersenyum menenangkan. Erza menatap Lucy penuh haru. Ia benar-benar bersyukur memiliki sahabat seperti Lucy.

"Sebenarnya sih... Aku ingin merebut bunga pengantinmu. Agar aku bisa segera menyusulmu untuk cepat menikah!" lanjut Lucy.

"Oh ya, apa Natsu datang?" tanya Erza.

Lucy mengangguk pelan.
"Tadi aku melihatnya. Dia datang."

"Lalu kenapa kau tak bersamanya?" tanya Erza lagi. Lucy hanya nyengir.

"Ck dasar! Aku tahu kalian baru sebulan pacaran. Tapi dia kelihatannya orang yang baik. Kurasa dia benar-benar serius padamu." ujar Erza. Kini ia berbalik menatap Lucy. Lucy menggaruk belakang kepalanya dengan kikuk.

"Ehm... Tapi entah kenapa aku belum siap untuk itu Erza..." gumam Lucy pelan. Erza tersenyum lembut dan menggenggam tangan Lucy erat.

"Kau pasti siap jika saatnya sudah tiba." ujar Erza mantap.

"Erza, kau sudah siap?" tanya ayah Erza yang baru masuk ke kamar Erza. Erza hanya tersenyum menatap Gildarts Scarlet, ayahnya.

"Kalau sudah siap, ayo segera ke altar." Ajak Gildarts. Erza mengangguk dan berjalan pelan mengikuti ayahnya.

Dengan langkah yang begitu anggun, Erza berjalan diiringi ayahnya menuju altar tempat sang pendeta yang menunggunya. Erza akhirnya kini berdiri di hadapan seorang pendeta dan menunggu kehadiran mempelai pria.

Tiba-tiba seorang pria paruh baya datang dan menghampiri Erza.
"Nona Erza Scarlet?" tanya pria itu sopan.

"Maaf, anda siapa?" tanya Erza.

"Ah... Saya hanya diminta untuk memberikan ini pada anda." jawab pria itu sambil memberikan secarik kertas. Setelah memberikan kertas itu, pria tersebut pergi begitu saja.

Erza mengerutkan keningnya heran. Karena penasaran, Erza membaca tulisan yang ada di kertas itu. Sedetik kemudian, Erza mematung. Bunga pengantin yang dipegangnya jatuh. Raut wajah Erza begitu shock dan terpukul. Gildarts yang menyadari ada yang tak beres pada Erza langsung menghampiri putri semata wayangnya itu.

"Erza, ada apa?" tanya Gildarts. Erza tak menjawab. Dia masih terlihat mematung tak menghiraukan ayahnya. Gildarts pun berinisiatif mengambil secarik kertas yang masih dipegang Erza. Tak lama kemudian, Gildarts ikut shock membacanya. Tak banyak yang tertulis di kertas itu. Hanya sebaris kalimat.

Maaf, aku mencintai orang lain.

Erza masih tak bergeming dari posisinya.

Dia... Meninggalkanku. Di ALTAR?!
-
-
-
Wah... inilah fict kedua yang kubuat. Tapi kali ini dari fandom Fairy Tail. Semoga suka ya!

Love is Beautiful Pain (Fairy Tail Fanfiction) [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang