Erza berjalan dengan langkah pelan. Pergi ke kantor manager keuangan bagaikan pergi ke kandang harimau baginya.
Sesampainya di depan pintu, gadis bersurai scarlet itu menghela napas dalam-dalam. Baiklah, aku harus profesional dalam bekerja.
Tok, tok, tok!
Erza mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Masuk!" Terdengar suara Jellal yang mempersilahkan Erza masuk.Erza memutar kenop pintunya dan masuk. Jellal tengah sibuk membaca-baca dokumen di atas mejanya dan tak menyadari Erza yang tengah masuk.
Bagus! Dengan begini, Erza bisa minta tanda tangan Jellal dengan lancar! Gadis itu menyodorkan map ke arah Jellal tanpa mengatakan apapun.
Jellal menerimanya tanpa menatap Erza.
"Oh... Ini laporan bulan ini, ya..." gumam Jellal pelan. Detik berikutnya mata cowok itu terbelalak. Jika ini laporan dari Sting, berarti yang mengantarkannya..."Erza?" Jellal mendongak dan memekik senang melihat Erza yang berdiri di hadapannya.
Nampaknya, Dewi Fortuna belum memihak padamu Erza. Gadis itu hanya menatap Jellal kesal karena sekarang Jellal mendapati dirinya berdiri di ruangannya."Aah~ kau pasti meminta pada Sting untuk mengantarkan dokumen ini padaku kan? Kamu kangen sama aku kan?" ujar Jellal penuh percaya diri.
Erza bosan dengan kata super narsis dari pria bertato khas di wajahnya itu. Jika saat ini dia bawa katana, mungkin dia dengan senang hati mencincang lelaki di depannya.
"Jadi, apa yang bisa kulakukan untukmu, Princess?" tanya Jellal.
"Segera tanda tangani dokumen itu dan biarkan aku pergi dari sini!" jawab Erza sedingin es. Namun nampaknya nada bicara Erza tak berefek pada Jellal. Lelaki itu mengambil pena dari saku jasnya.
"Uhm... Tunggu dulu. Aku mau menandatanganinya. Tapi kau harus menemaniku makan siang nanti." Tawar Jellal.
"Jika aku menolak?"
"Aku akan menahanmu di sini. Dan aku tak akan menandatangani dokumen ini." jawab Jellal santai.
Nah, ini dia yang ditakutkan Erza sejak tadi. Ancaman yang tak terduga dan syarat yang sangat berat untuk dilakukan. Namun Erza juga tak mau dipecat Sting gara-gara keegoisannya. Akhirnya dengan amat sangat terpaksa, Erza mengangguk pelan.
"Baiklah. Kurasa tak apa untuk hari ini." Gumam Erza pelan.Mata Jellal berbinar mendengarnya.
"Bagus! Aku akan menjemputmu nanti." seru Jellal bersemangat."Bisa kau tanda tangani dokumennya sekarang?" Tuntut Erza.
"Oh tentu saja. Anything for you, Princess." Jellal menandatangani dokumen di hadapannya lalu menyerahkannya kembali pada Erza. Tanpa mengatakan apapun, Erza langsung keluar dari ruangan Jellal. Meninggalkan pria itu yang nyaris melonjak kegirangan.
###
Erza melirik arlojinya dan menggerutu pelan. Kenapa waktu berjalan begitu cepat? 5 menit lagi jam makan siang. Dan Erza malas bertemu dengan alien biru itu. Erza rela melakukan apa saja pada orang yang mau menolongnya dari situasi berbahaya ini.
Tiba-tiba Sting keluar dari ruangannya dan memberikan beberapa tumpukan map pada Erza.
"Erza maaf, sepertinya ada meeting mendadak dari kolegaku yang datang dari Kanada. Tak apa kau mengorbankan waktu makan siangmu? Soalnya ini penting."
Erza berdiri menghela napas lega.Kami-sama... Sepertinya kau masih berbaik hati untuk melepaskanku dari si alien biru itu. Syukur Erza dalam hati.
"Dengan senang hati, Tuan." jawab Erza datar."Baiklah. Kita berangkat sekarang."
Erza bersiap membawa map-map milik Sting. Sting tersenyum lalu mengangguk pelan. Namun, pria itu menoleh saat ada suara bariton yang memanggilnya."Ooii! Sting!"
Hati Erza mencelos. Si pemilik suara itu adalah orang yang paling tidak ingin ditemui Erza saat ini."Oh, Jellal. Mau pergi makan siang eh?" Sapa Sting ramah. Jellal mengangguk semangat.
"Kau mau istirahat juga?" tanya Jellal balik. Sting menggeleng.
"Aku ada meeting penting saat ini. Jadi aku mau berangkat sekarang bersama Erza."
Mata Jellal melotot menatapnya."Kau... Mau pergi dengan sekretarismu?" tanya Jellal tak yakin. Sting hanya mengangguk.
"Eh... Padahal aku mau menyewanya untuk makan siang denganku..." keluh Jellal kecewa.Sting hanya tersenyum kecil.
"Maaf, Jellal. Aku membutuhkannya."Jellal terlihat berpikir sejenak. Lalu menjentikkan jarinya semangat.
"Begini saja, aku punya salah satu staff yang tak kalah cakapnya dengan Erza. Biar dia yang mendampingimu. Dan sekretarismu kubawa. Boleh yah?" Tawar Jellal.Sting menghela napas pasrah. Lalu mengangguk pelan.
"Jangan macam-macam sama dia." ujar Sting pelan.Erza kini yang giliran menatap Sting tajam.
"Tuan?" Protes Erza."Tak apa. Kupikir kau juga butuh istirahat." Sting tersenyum polos.
Ya ampun, Sting Eucliffe... Kau terlalu baik pada sobatmu itu! Kini Erza hanya pasrah ketika tangannya ditarik Jellal untuk pergi makan siang.
###
Erza duduk di salah satu bangku cafe terkenal di Tokyo. Ia hanya diam saja mendengar Jellal berceloteh riang dan Erza hanya menanggapinya dengan gumaman tak jelas.
Tiba-tiba ponsel Jellal berdering. Buru-buru Jellal mengangkatnya."Ah.. Nii-san? Kenapa baru telfon?" tanya Jellal yang sepertinya ditelfon oleh kakaknya. Erza tak terlalu peduli. Ia sibuk menyeruput cappucino pesanannya.
"Eh... Nii-san pulang ke Jepang? Oke. Sekalian bawa keponakan kecilku yah! Aku kangen dengan suara tangisannya." Jellal mengakhiri sambungan telfonnya. Lalu melanjutkan makan siangnya.
"Kau ingin tambah pencuci mulut?" tanya Jellal. Erza menggeleng pelan.
"Oh ya, tunggu sebentar. Aku mau ke toilet." Jellal beranjak berdiri lalu pergi ke toilet. Meninggalkan Erza sendirian di bangkunya.
Gadis itu menatap ke jendela cafe yang berada di sisi kiri bangkunya. Ia melihat ada sebuah mobil Alphard yang berhenti di depan cafe. Detik berikutnya, Erza terbelalak menatap orang yang turun dari mobil itu.
Orang itu... Orang yang mengkhianati Erza. Orang sudah merenggut kebahagiaan Erza. Orang yang tak pernah ingin Erza lihat lagi dimuka Bumi ini.
"Siegrain..."
-
-
-
Yeeeeei! Kelar juga ngetik chapter selanjutnya. Maaf ya, buat yang kelamaan nunggu.
*Emang ada yang nungguin!?*
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Beautiful Pain (Fairy Tail Fanfiction) [HIATUS]
FanfictionSeorang gadis berambut scarlet sudah bersiap di altar pernikahan dengan gaun putihnya. Namun, datangnya sepucuk surat mengubah hidupnya. . . Disclaimer: Hiro Mashima Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort Warning: Au, OOT, OOC, typo, alur pasaran dan s...