My Brother

170 2 0
                                    

Taksi yang kunaiki berhenti tepat di depan rumah orang tuaku. Aku turun setengah berlari menuju ke pintu. Kubuka pintu tanpa mengetuk atau menekan bel. Aku memang sudah tidak tinggal di rumah ini lagi. Semenjak aku memutuskan tinggal di apartemenku sendiri. Tapi aku cukup tau jam segini,kalau mama di rumah, pintu depan memang tidak dikunci.

Setelah memasuki rumah kutelusuri seluruh ruangan di lantai bawah. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, sampai ke dapur. Namun sosok yang kucari tidak ada. Aku melangkah menuju ke lantai atas saat suara itu menghentikan langkahku.

"Cari siapa?"

Aku tertegun. Suara itu berasal dari puncak tangga. Dia di sana, benar-benar ada di sana. Aku tersenyum lebar dan berlari menaiki tangga.

"Kakak . . "

Tapi . .

"STOP .  . berhenti di situ!"

Aku pun menghentikan langkahku dengan wajah bingung. Kuamati wajah tampan kakakku. Ah aku tau sorot mata itu, dia sedang merajuk.

"Dari mana saja?" Tanyanya dengan wajah cemberut.

"Dari kantor" jawabku sambil menghela napas "maaf kak, aku tidak bisa menjemput karena bos baruku langsung diperkenalkan hari ini".

Kakakku menaikkan alisnya "jadi kau sudah bertemu denganya?"

Aku mengangguk "apa bisa dapat pelukan sekarang?"

"Kemarilah!" Jawabnya sambil merentangkan tangan dan tersenyum

Aku langsung menghambur dalam pelukanya. Aku peluk dia erat seakan tak mau melepaskanya lagi. Kami memang lama tak bertemu. Terakhir kali kakak pulang sudah beberapa bulan yang lalu. Saat mama dan papa ke london waktu kelulusan kakak aku juga tidak bisa ikut. Waktu itu di kantor sedang banyak kerjaan jadi aku tidak bisa pergi.

Dari kecil aku memang tidak pernah jauh dari kakak. Meski umur kami terpaut agak jauh yaitu 5 tahun tapi kami sudah seperti anak kembar. Saat kakak memutuskan kuliah ke london aku merasa kehilangan. Aku sempat ngambek sebelum kakak berangkat. Tapi aku tau ini semua untuk masa depan kakak. Jadi dengan berat hati aku ikhlaskan kepergiannya.

Aku pernah bertekad untuk menyusul kakak kuliah di london. Tapi mama dan papa tidak mengizinkan. Aku akhirnya menurut saja, karena setelah dipikir-pikir aku masih bisa mendapatkan pendidikan yang bagus meski tidak ke luar negeri. Mungkin ada yang berpikir aku adik yang menyebalkan karena selalu ingin dekat dengan kakaknya. Tapi aku tidak peduli,karena itu cara kami untuk saling menyayangi.

Perlahan kulepaskan pelukanku dan mendongak menatap wajahnya. "Jadi, mana oleh-oleh untukku?".

"Tidak ikut menjemput tidak dapat oleh-oleh" ucapnya sambil berjalan memasuki kamarnya.

"Kakak, kakak sudah janji" aku berlari mengikutinya.

Setelah masuk ke kamarnya kulihat dia berbaring di ranjang pura-pura tidur. Aku ikut naik ke ranjang dan mengguncang badannya.

"Kakak jangan pura-pura tidur"

Dia tak bergeming

"Kakak!!"

Aku coba lagi tapi dia masih diam

"Kakak . . Kalau kakak gak mau ngasih oleh-oleh ya udah tapi jangan pura-pura tidur"

Dia tetap diam

"Kakak! Aku keluar" ucapku sambil beranjak pergi.

Belum sampai aku turun dari ranjang tanganku dicekal.

"Ih gitu aja ngambek" ledeknya sambil membalikkan badanku menghadapnya

"Siapa yang ngambek. Kakak aja yang jahat, baru dateng dah diemin aku. Aku kan masih kangen"

"Duh keluar dech manjanya"

Beginilah kalau dengan kakakku. Meski umurku sudah hampir 25 tahun tapi aku tidak bisa berhenti manja dengannya.

"Udah kerja masih aja manja. Jangan-jangan kalau di kantor kamu manja juga ya sama bos kamu?"

"Ih kakak apaan sich. Bos aku kan om radith masak aku mau manja-manja sich"

"Oh iya kakak lupa, kamu baru ketemu dia ya hari ini?"

"Iya, aku heran kakak sama dia koq kayaknya kompak banget sich. Dulu kakak kerja di kantor papa, dia juga kerja di london. Terus kakak lanjut kuliah dia juga. Eh sekarang kakak balik dia juga mutusin balik dan kerja di perusahaanya. Kakak deket banget ma dia tapi aku gak kenal sama dia. Tadi aja aku kayak gimana gitu waktu dikenalin sama om radith".

Kak tommy tersenyum dan setia mendengarkan celotehanku. Kalian pasti bingung apa yang aku omongin. Atau mungkin kalian sudah bisa tebak? Ya, yang aku omongin adalah bos baruku.

Pak radith atau kalau di luar kantor aku panggil om radith adalah rekan bisnis papa. Sedangkan anaknya yang sekarang jadi bos baruku adalah teman kuliah kak tommy. Dulu kak tommy mendapat gelar sarjana waktu kuliah masih di sini sedangkan anaknya om radith udah kuliah di london. Setelah mendapat gelar sarjana kakak memutuskan untuk membantu papa di perusahaan. Saat itu aku dengar anaknya om radith juga udah lulus terus kerja di london. Sampai akhirnya kakak mau lanjutin kuliah ke london dan kebetulan juga bisa temenan sama bos baru itu.

Karena mereka sahabat, aku sering dengar cerita tentang dia dari kakak. Karena itu aku tau tentang dia bahkan sebelum kami pernah bertemu. Pertemuanku dengannya siang ini di kantor adalah pertemuan pertama kami. Meski papa dan om radith rekan bisnis tapi aku jarang bertemu dengan keluarga beliau, terutama anaknya. Hanya setelah bekerja di perusahaanya aku agak dekat dengan om radith dan istrinya, tidak dengan anaknya yang sudah lama tinggal di london.

"Jadi dia tidak tau siapa kau?" Tanya kakak setelah aku selesai berceloteh.

"Tentu saja tidak".

"Apa kau akan memberitahunya?"

"Ehm . . Kurasa tidak. Cukup om radith saja yang tau"

"Hah . . Jadi aku harus pura-pura tidak mengenalmu jika bertemu di kantor saat kau dengan dia?"

"Ya, mungkin begitu"

"Baiklah terserah kau saja. Tapi apa kau yakin masih belum mau bergbung di perusahaan papa dan membantuku?"

"Kakak, sudah berulang kali kita membicarakan ini. Aku baru dua tahun kerja di sana dan aku masih butuh nencari pengalaman lebih banyak"

Memang sudah berkali-kali kakak menanyakan hal ini. Sejak keputusanku dua tahun lalu untuk bekerja di perusahaan lain dan bukan di perusahaan papaku sendiri.

Waktu itu aku baru lulus kuliah dan ada lowongan sekertaris di perusahaan om radith. Karena saat itu kakak masih melanjutkan pendidikanya di london papa memintaku untuk membantu di perusahaan tapi aku menolak. Aku bilang bahwa aku ingin mencari pengalaman kerja dulu jadi aku akan kerja di perusahaan lain. Jangan kira karena om radith teman papa lalu aku meminta papa memasukkanku di perusahaan om radith. Tidak, aku mengikuti tes seperti calon karyawan pada umumnya. Setelah diputuskan aku diterima baru kuberitahu papa dan kak tommy.

Awal-awal aku bekerja di perusahaan itu om radith tidak tau siapa aku. Sampai pada saat ada kerjasama dengan perusahaan papa dan aku diminta menemani beliau datang ke perusahaan papa. Saat itu sebenarnya papa tidak menunjukkan kalau aku putrinya. Tapi sekertaris papa menyapaku dan dari situlah om radith tau. Akhirnya aku meminta beliau untuk merahasiakan identitasku di perusahaanya. Tidak ada yang tau aku putri salah satu pengusaha di kota ini selain om radith dan istrinya.

"Jadi, mana oleh-olehku?" Ucapku akhirnya untuk mengalihkan pembicaraan. Aku tidak mau kakak terus membahas bos baruku itu. Karena setelah bertemu denganya entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat setiap mengingatnya.

Sampai sini dulu part ini
GJ gak sich?
Udah updatenya lama isinya gak jelas ya?
Harap di maklum ya

Please vote and coment

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 06, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ROSEWhere stories live. Discover now