"Sayang. Apa semuanya sudah siap?" Teriak Clara dari lantai bawah.
"Yes mom." Teriak Jeany dari dalam kamarnya lalu menarik koper kecil miliknya.
Hari ini Jeany dan keluarganya akan pergi ke Indonesia dan menetap disana. It's time to go home. Batinnya.
Semua orang didalam rumah itu sibuk dengan barang-barangnya yang tersisa. Karena semua baju dan barang-barang lainnya sudah di kirim kemarin siang. Jeany memakai slingbag berwarna putih yang berisi tablet, novel, dan powerbank. Tak lupa earphone yang sudah terpasang di telinga kanannya saja.
Ia kemudian melihat layar handphonenya dan memilih-milih lagu. Dia berhenti sebentar sebelum menuruni anak tangga rumahnya. Memasang earphone nya di kedua telinganya, lalu memilih lagu dari iphonenya yang kini sudah masuk kedalam saku celana jeans biru nya.
Lagu dari Shawn Mendes yang berjudul Treat You better mengalun indah di telinganya.
Kemudian Jeany menarik kopernya kembali lalu berjalan menuruni tangga.Saat mereka semua sudah berada di depan rumah yang selama ini menjadi saksi senang susahnya hidup mereka, Jeany berhenti sejenak lalu berbalik badan dan menatap rumah bercat putih itu.
I'll miss you, my sweet home. Batinnya. Kemudian ia tersenyum ke arah ibunya yang menatap Jeany sendu.
"Come on, honey." Ucap ibunya lalu masuk ke dalam mobil.
Saat tangan Jeany menyentuh kenop pintu mobil, tangannya terhenti karena seseorang memanggilnya. Tubuhnya tiba-tiba menegang. Bahkan air muka nya pun juga sudah berubah. Datar. Begitu juga dengan keluarganya, hanya bisa mematung, enggan untuk bersuara.
"Jeany, Wait."
***
Suara yang menyebutkan namanya tadi begitu lirih, seperti bisikan. Tapi Jeany bisa mendengar itu dengan jelas.
Kini dia sudah menghadap ke seseorang yang memanggilnya. Oh bukan. Bukan seseorang, tapi dua orang yang berdiri di hadapannya saat ini.
Yang perempuan mulai berkaca-kaca. Sedangkan yang laki-laki hanya menatap Jeany dengan penyesalan?
Jeany tetap bungkam. Tidak bergerak. Tetap di samping pintu mobilnya. Menatap kedua orang itu dengan datar, atau tatapan kosong?
Keluarganya sudah keluar dari pintu. Mereka semua berdiri di belakang Jeany. Bermaksud untuk menguatkan dan menenangkan.
"What's up?" Tanya Jeany datar.
Yang ditanya hanya menunduk untuk menghapus air mata yang mengalir, Jeany tetap menatap perempuan di depannya yang tak lain adalah sahabatnya, Laura.
"Jean.." Panggil Laura lirih.
Jeany memejamkan matanya sebentar lalu membuka mata lagi. Tapi tatapannya kini penuh dengan kebencian.
"Bisakah Anda lebih cepat? Saya bisa tertinggal pesawat." Ucap Jeany dingin.
Seketika Laura dan Richard-mantan pacar Jeany- membulatkan matanya terkejut. Terkejut akan nada dingin dari bibir Jeany. Terkejut karena orang yang begitu ramah ini menggunakan kata formal, seperti tidak saling mengenal dengan akrab.
"Jean, i'm sorry." Ucap Laura lalu menundukkan kepala.
"Jean. Aku minta maaf. Aku tau, aku tau perbuatanku dan Laura sulit untuk kamu maafkan. Aku sadar, kata maaf tidak cukup untuk memperbaiki semuanya." Kini Richard yang mulai angkat bicara. Jeany masih diam menunggu drama apalagi setelah ini.
"Jean. Aku tau. Aku salah karena sudah mengkhianati mu. Besok kamu sudah tidak disini lagi. Aku nggak tau harus melakukan apa supaya kamu mau maafin aku dan Richard." Tambah si perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAL
Teen FictionJeany yang selalu percaya setelah badai akan ada pelangi yang menyembuhkan. Dia percaya, pengkhianatan tidak akan datang lebih dari dua kali dalam hidup. Ingatan masa lalu yang masih abu-abu terus menghantui pikirannya. Sampai ia bertemu seseorang y...