Joko Aira

711 46 30
                                    

"Aira?" sapa Joko tanpa sungkan.

Tanpa membalikkan badan pun, Aira hafal pemilik suara di belakangnya.

Aira menghela napas. Berat sekali untuknya membalikkan badan, apalagi mendengar pertanyaan dari Joko.

"Kenalin, Ai, cewek baru," pamer Joko antusias.

Wajah Aira memanas, "Ohh, terus?"

Joko tersenyum culas, "Kok gitu jawabannya? Lo jealous ya?"

"Dih, kenapa mesti jealous sama lo?" sanggah Aira. Matanya memicing menatap gadis di samping Joko. Menyusuri tiap detail wajah nya, Cantik.

"Kirain" Joko merangkul mesra gadis itu, sedikit rona merah terlihat di wajahnya yang cantik. "Aira, dia Nandya," lanjut Joko.

Aira memberikan senyuman walaupun terpaksa, kemudian mengulurkan tangannya pada gadis yang berada di rengkuhan Joko.

"Aira," balasnya sambil melukiskan senyum dengan rapi demi menutupi rasa gemuruh dalam dadanya.

"Nandya." Senyumnya bahkan begitu manis saat menyalami tangan Aira.

Namun dalam hati gadis yang mempunyai kebiasaan menggigit kukunya itu meringis dalam hati dan membatin, 'Akhirnya gue bisa ngedapetin Joko!'

"Selamat ya, Nandya. Selamat menikmati bekasku," Aira menekankan perkataanya sambil meremas tangan Nandya.

Nandya hanya mencibir. Saat ini perkataan Aira tidaklah penting. Hubungan dengan Joko lebih utama baginya.

Joko yang sedari tadi menatap mereka berdua pun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dalam hati, Joko meringis. 'Kenapa kedua perempuan ini? Padahal aku gak ganteng-ganteng amat.' Tapi, Joko senang karena dia merasa masih dicemburui oleh Aira.

"Sudah, sudah. Kalian tidak perlu memperebutkanku seperti itu," ujar Joko seraya melebarkan senyumnya. Sontak, hal itu membuat Aira dan Nadya mendengus geli saat mendengar ucapan Joko.

"Elo yakin bisa betah sama dia?" Pertanyaan sarkastik Aira tiba-tiba meluncur bebas tanpa halangan.

Kini dahi Nandya berkerut dan menatap lurus Aira yang terlihat menutup mulutnya dan salah tingkah.

"Haha.. jelas lah.. Joko itu orang yang paling konyol... plus romantis buat gue. Gue harap kita bisa selamanya!"ucap Nandya dengan nada begitu ceria dan beroktaf tinggi.
Nandya menatap tajam Aira seolah mengisyaratkan peperangan antara keduanya. Sementara Joko yang berpikir ini adalah tontonan gratis, hanya bisa diam menunggu para gadisnya mulai berbicara.

"Oh ya? Selamanya? Jangan mimpi" Kata Aira ketus.

Mendengar ucapan Aira bernada mengejek membuat letupan api di hati Nandya. Nandya memang wanita kalem yang meskipun sedikit bebal namun kadang-kadang wanita selembut dia juga bisa marah jika ada seseorang yang mengusiknya. Terutama jika berkaitan dengan Joko.

"Well, mimpi atau bukan," ucap Nandya sambil menatap Aira dengan tatapan mencemooh, "kenyataannya Joko sekarang kekasihku dan akan kupastikan ia akan menjadi suamiku," lanjut Nandya dengan seringai kecil.

Aira mendengus kesal, ucapan Nandya bagaikan segalon bensin yang tumpah dalam letupan-letupan amarahnya. Meledaklah Aira.

Namun, Aira sadar jika sikapnya yang gampang tersulut emosi lah yang membuat Joko berpaling. Aira memejamkan matanya kemudian menarik napas dalam sebelum kembali membuka matanya dan tersenyum polos pada Nandya dan berjalan mendekatinya sebelum ia mendekatkan wajahnya ke telinga kekasih baru mantan kekasihnya.

Hasil Latihan dan Kegiatan Belajar The WWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang