Kejujuran diatas keraguan

2 0 0
                                    


Ku ketuk pintu kamar mandi saat ku dengar suara rintihan dari dalam. Tapi bukannya pintu yang terbuka yang kuharapkan malah teriakan rezi yang kudengar dari dalam.

" Kakak tenang aja, sebaiknya kakak siapkan makan malamnya saja oke " teriaknya

Hufft aku langsung keluar dan menjalani perintah adikku itu. Setelah selesai masakannya ku lihat rara dan rezi jalan menuruni tangga. Cantik itulah kata yang keluar dari bibirku saat melihatnya yang rapih tidak seperti tadi. Meskipun wajahnya yang kontras karena lukanya tapi itu tidak mengurangi sedikitpun kecantikannya. Kami makan dalam hening. Tidak ada yang bersuara diantara kami. Jujur aku paling tidak suka dengan suasana yang seperti ini tapi aku takut untuk memulai pembicaraan ini. Bukan takut sama dua perempuan cantik yang didepanku ini, tapi aku takut kalau aku salah bicara dan membuat rara merasa tersinggung nantinya.

Aku berterima kasih kepada adikku ini, karena dia yang mulai membuka pembicaraan ini. Aku tahu sebenarnya rezi sangat ingin aku bertanya kepada rara tentang apa yang terjadi padanya. Tapi aku memilih diam dan berpura-pura tidak mengetahuinya.

" Ra, gimana masakan ka reza. ? " kata rezi memulai pembicaraan.

Ku lihat wajah rara, karna aku sangat penasaran tentang bagaimana reaksinya untuk menjawab pertanyaan rezi tentang masakan ku ini.

" Enak zi " ucapnya pelan bahkan sangat pelan menurutku. Tapi aku dan rezi masih bisa mendengarnya. Aku tersenyum mendengar jawabannya. Tapi aku kecewa tidak melihat reaksi wajahnya seperti apa, karena sewaktu bicara tadi rara menundukkan wajahnya kebawah. Ku lirik adikku itu, tapi hanya hendikkan bahu sajalah yang ku dapat dari jawabannya. Ku beranikan untuk bertanya kepada rara.

" Em ra, kalau boleh tahu kamu tinggal dimana ya ? " ucapku berhati-hati.

" Aku gak punya tempat tinggal emm... "

" Reza, panggil aku reza "

" Aku gak punya tempat tinggal reza " ucapnya bergetar.
Hei kenapa dia seperti itu, apa ada yang salah dengan pertanyaan ku barusan. Ku lirik lagi rezi, tapi jawabannya sama seperti tadi hanya menghendikkan bahu saja. Melihat reaksi nya adikku itu sepertinya dia mengetahui seuatu tentang rara. Tapi kenapa dia tidak memberi tahukan padaku yang notaben kaka kembarnya sendiri. Apa ini perintah rara atau rezi sendirilah yang enggan ingin memberitahukan padaku. Tapi tidak mungkin kalau rezi seperti itu, karena aku tahu betul bagaimana sifat rezi dia sangat tidak bisa berbohong padaku. Jika dia berbohong atau menyembunyikan sesuatu aku pasti tahu ciri-cirinya yaitu memainkan jari-jarinya seperti saat ini. Mungkn rezi ingin aku tahu dari mulut rara sendiri.

" Emang sebelumnya kamu tinggal dimana ? " tanyaku kembali dengan sangat hati-hati.

Kupandangi rara pas dia ingin membuka mulut tiba-tiba tertutup lagi mulutnya seperti ada keraguan dan ketakutan dari gerak-geriknya.

" Bisa kau pandangi orang yang mengajakmu berbicara rara ? " Ucapku tegas. Kulihat dia kaget akan suaraku barusan. Jujur aku paling tidak suka jika aku bicara tapi orang yang kuajak bicara tidak memandangku. Memang dia anggap aku apa bicara tapi tidak ingin memandangku sedikit pun. Kulihat lagi rara yang sedikit sedikit menaikkan kepalanya untuk melihatku bukan tapi untuk melihat rezi dan kulihat rezi tersenyum seperti mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Dan pada akhirnya aku bertatap muka dengan rara. Kulihat bola matanya yang berwarna coklat tua. Sungguh indah sekali matanya itu. Entah mengapa aku merasa tenang sekali melihat matanya itu. Tapi aku sedih karena dimata itu aku melihat ada raut kesedihan, ketakutan, kecewa, dan keraguan. Ya Allah ada apa sebenarnya dengan gadis ini ? ucapku dalam hati.

" Memang sebelumnya kamu tinggal dimana ? " ucapku lagi mengulangi pertanyaan yang tadi.

" Se-se-belummnya a-aku tinggal di rumah o-orang tuaku " ucapnya gugup dan sedih. Kenapa aku bisa tahu ? ya karena aku melihat matanya sudah mulai berkaca-kaca. Sedetik saja dia mengedipkan matanya aku yakin pasti cairan bening itu akan langsung terjun ke pipi cabinya itu.

Mahal KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang