Terlalu mencintaimu (1)

239 14 19
                                    

04092016

PenulisdepurpleHaliersiteacrizzelyPratiwi_04SCarolHRarezia.

###

Sudah satu jam perempuan itu tak beranjak dari tempatnya. Termenung dia meratap dalam keterdiaman. Hanya kesunyian yang menemaninya dalam gelap malam. Secangkir coklat hangat dihadapannya mengepulkan uap yang semakin sirna.

Pandangannya kembali jatuh pada foto yang terselip di buku hariannya. Tetesan air mata sudah jatuh dari kedua mata hazelnya.

Aku sangat merindukanmu....

Tetesan bening itu luruh seiring garis lirih sudut bibir yang tampak miris. Rasa rindu tak tersampaikan dan hanya air mata pelepas rasa sesak dalam dada. 

Kamu pergi tanpa kata, meninggalkan kepingan rindu dan air mata. 

Ingatannya kini melayang kepada memori yang lalu.

"Maaf, Nona, cafe-nya mau tutup," ucap pelayan restoran membuyarkan lamunannya.

"Ah, ma-maaf," ucap perempuan itu sambil menghapus air mata dan segera memasukkan buku hariannya ke dalam tas.

Ia langsung keluar dari restoran itu setelah menaruh beberapa lembar uang di atas meja. Tanpa ia sadari, karena terlalu tergesa-gesa secarik kertas jatuh dari dalam buku hariannya.

"Nona, maaf, ada yang tertinggal." Dengan tergesa seorang pelayan cafe itu mengejarnya. Namun, pelayan itu tak sempat memberikan kertas itu pada si empunya karena perempuan itu telah menghilang dari pandangan.

***

Perempuan itu turun dari taksi setelah tiba di tujuannya. Ia terdiam sesaat melihat sosok seorang laki-laki juga baru turun dari mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

"Baru pulang." Bukan pertanyaan tapi pernyataan sinis terlontar dari bibir laki-laki itu.

"Ma-maaf, aku tidak tahu kalau kamu sudah pulang. Aku akan segera siapkan makan malam," ucap perempuan itu pada sosok laki-laki yang merupakan suaminya.

Laki-laki itu menatap sinis sebelum perempuan tersebut masuk ke rumah. 

"Tidak perlu. Aku sudah makan," ujar pria itu, berjalan melewati sang istri, tak memedulikan tatapan aneh yang diberikan istrinya.

"Maaf, Drew," sesalnya.

Tak ada yang berubah. Sudah setahun tapi bagi Aleah Cloe, Drew Ardian masih tetap lelaki kasar tak berhati, yang tak tahu cara berlaku lembut pada sang istri. Memang ini semua salahnya, andai saat itu ia tidak memaksa lelaki itu untuk menikahinya, andai ia tidak membohongi lelaki itu kalau ia telah mengandung anak mereka, andai ia tidak terlalu mencintai lelaki itu. Sekarang, Drew sudah mengetahui kebohongan Aleah, namun lelaki itu tidak menyadari cinta nyatanya, hanya karena ditutupi rasa benci pada dirinya. Mungkin andai saja Aleah jujur sejak awal, Drew akan dapat menerima Aleah dalam hidupnya, seperti dulu....

Aleah memberanikan diri mengikuti Drew ke kamar yang mereka tempati bersama. Saat ia masuk ke kamar itu, ia melihat Drew telah berada di atas ranjang mereka, memunggungi sisi kosong di sebelahnya. Sekeping rasa rindu merayap ke hatinya, mengingat masa sebelum semua itu terjadi, masa saat ia masih dapat melihat senyuman di wajah suaminya.

Namun semua itu berubah, dimulai sejak awal pernikahan mereka. Punggung itu selalu membelakanginya. Punggung yang telah ia gores dalam dengan pedang bernama ketegaan. Punggung yang ia paksa menjadi miliknya, tanpa mempertimbangkan bagaimana hancurnya sesuatu di dalam dada lelaki yang memunggunginya tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Kisah KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang