#1-Bencana Itu Bernama Renaldy Wilson Abimana

1.7K 95 41
                                    

Hai, semua ^^

ini cerita Michiru-Renaldy versi terbaru! Cerita sebelumnya berjudul Crying Angel.

Di sini, alur akan berubah, tapi para tokoh tetap sama...

semoga kalian suka :))






Sarapan di keluarga Genovia benar-benar terasa hidup.

Langit Genovia dan Sakura Alouis Dirgantara menatap anak-anak mereka dengan senyuman lembut dan gelengan kepala. Si kembar yang kini sudah berusia dua puluh tahun dan memasuki semester tiga di kampus mereka itu tidak pernah menghabiskan hari tanpa berdebat dan bertengkar. Meski begitu, Margenza Dirgantara Genovia, kakak kembar Michiru Dirgantara Genovia yang lahir lima menit sebelum cewek itu, sangat menyayangi adik kembarnya tersebut. Cowok itu sejak dulu selalu menjaga dan melindungi Michiru.

"Enz, Michi, kalian ini udah pada gede, tapi kelakuan masih aja kayak anak kecil. Bisa nggak, sehari aja, kalian berdua nggak berdebat?"

Kalimat Sakura menginterupsi perdebatan yang terjadi di antara si kembar. Margenza mengangkat bahu tak acuh dan kembali memasukkan nasi gorengnya ke dalam mulut, sementara Michiru mengerucutkan bibirnya.

"Kak Enz tuh, Bunda! Dia selalu ngeledekin Michi." Cewek itu menjulurkan lidah ke arah Margenza yang dibalas dengan cibiran dari kakak kembarnya tersebut.

"Enz, kamu juga kurang kerjaan banget ngeledekin adiknya terus." Langit angkat bicara. "Kamu harusnya nggak ajakin Michiru berdebat dan bertengkar, dong."

"Kayak aku nggak tau aja kalau dulu, Ayah sama Bunda kerjaannya berdebat hampir setiap detik," sahut Margenza enteng, membuat Langit berdeham dan menatap horor ke arah anak sulungnya tersebut.

Margenza sendiri tertawa keras. Dia tahu soal itu dari om kesayangannya, Sergio. Kakak kedua dari bundanya itu membocorkan semua cerita masa lalu mengenai kedua orang tuanya itu sambil tertawa, seakan-akan, semua kisah masa lalu ayah dan bundanya adalah hal yang sangat lucu. Sementara itu, saudara kembar Sergio, Saitou dan kakak sulung bundanya, Salvador, juga ikut membenarkan dan membocorkan semua hal yang mereka ketahui.

"Jadi, jangan salahin aku, kalau aku kelakuannya kayak ayah di masa lalu."

"Udah, udah," lerai Sakura sambil terkikik geli. "Kamu nggak usah ikutin kelakuan ayah kamu dulu. Kasian Michi, jadi korban kamu setiap hari."

Michiru menatap puas ke arah kakak kembarnya atas pembelaan dari ayah dan bunda mereka itu. Tak lama, cewek itu menepuk jidat dan segera menghabiskan susu cokelat kesukaannya.

"Yah, Nda, Michi harus berangkat sekarang." Cewek itu buru-buru bangkit dan mencium telapak tangan kedua orang tuanya, beserta pipi mereka. Meski selalu berdebat dengan Margenza, tapi, Michiru tidak akan melupakan sopan-santunnya kepada sang kakak. Bagaimana pun juga, dia sangat menyayangi kakak cowoknya tersebut. Jadi, Michiru juga mencium telapak tangan Margenza dan pipinya.

"Kamu nggak bareng sama Enz, Michi?" tanya Langit.

Michiru menggeleng. "Kak Enz nggak ada jadwal kuliah dan aku harus kumpul organisasi sekarang. Ada pembahasan soal latihan kepemimpinan buat para mahasiswa-mahasiswi baru."

Setelah berkata demikian, Michiru segera berlari menuju pintu rumah dan sekali lagi, pamit kepada keluarganya sambil berteriak.

"Adik kamu berangkat sama siapa, Enz?" tanya Langit lagi. Selalu seperti ini kalau sudah berurusan dengan anak perempuannya. Langit akan bersikap sangat protektif kepada anak bungsunya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Partner In Crime (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang