II

110 4 0
                                    

Sepertiga malam adalah waktu yang tepat untuk mencurahkan apa yang ada di hati mau pikiran kita. Sepertiga malam adalah malam dimana kita bertemu dengan Sang Khalik.

Dalam suasana yang sunyi, tentram, sejuk dan penerangan yang redup terlihat seorang perempuan yang sedang berdo'a dengan tangis yang tersedu-sedu mengingat semua dosa-dosa yang ia lakukan. Yaa perempuan itu adalah Ica.

"Ya Allah yaa Rabb yang maha pengasih lagi maha penyayang. Ya Allah kutau terlalu banyak waktu ya ku sia-siakan hanya untuk melakukan hal-hal yang membuat-Mu kecewa. Dan ku tau banyak sekali dosa-dosa yang telah ku perbuat. Oleh karena itu ampuni dosa-dosa ku ya Rabb"

"Ya Rabb izinkan aku, izinkan aku untuk menebus semua dosa-dosaku. Beri aku kesempatan ya Rabb. Kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik agar aku bisa menjadi anak yang shalihah Ya Rabb, menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuaku terutama ibuku ya Rabb" Tangis Ica pun semakin menjadi dan terisak.

"Ya Allah, ya Rabbi jangan tinggal aku. Jangan tinggal keluargaku ya Rabb. Jika nanti aku terjatuh jangan tinggalkan aku Ya Rabb, peluk aku selalu Ya Rabb. Karna, hanya Engkau yang mengertiku ya Rabb. Ya Allah ampunilah dosa-dosaku jika memang itu yang menghambat hamba untuk berhijrah. Ya Allah sesungguhnya hanya Engkaulah Yang Maha Pemberi Maaf dan pengabul atas do'a-do'aku Ya Rabb. Rabbana a'tina fiddun yaa hasanah wafil akhiroti hasanah waqina a'dzabannar. Aamiin aamiin ya rabbal a'lamin." suara Ica begitu lirih dan menyesakkan dada. Wajahnya pun ia tutup dengan telapak tangan agar suara tangis dan airmatanya tak terdengar dan keluar lagi. Walaupun begitu tangis Ica pun tak mereda dan begitu memilukan.

Namun disisi lain terlihat bayangan yang sedang melihat Ica menangis dalam do'anya. Ternyata itu adalah Ibu Ica yang terbangun karena haus. Dan tak sengaja beliau melihat ke arah kamar Ica dan melihat putri kesayangannya sedang menangis dan mengadu kepada Allah. Beliau pun secara tak sadar ikut menitikkan air matanya melihat anaknya. Beliau pun menutup kembali pintunya dengan amat pelan agar tak mengganggu Ica.

˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚
Di kantin terlihat dua orang remaja perempuan yang bersahabat sejak SD sedang makan bersama. Namun, remaja yang tak memakai kerudung terlihat begitu gelisah.

"Sha, lo kenapa deh? Aneh gitu ih biasanya juga rame" tanya Ica karena gerah melihat Asha yang terlihat gelisah.

"Hmm anu itu ca. Anu-"

"Apasih Sha? Ngomong yang bener dong udah SMK juga" Potong Ica

"Lo masih marah sama gue, Ca? Gue minta maaf banget yaa yang soal kemarin. Bener dehh gue ngga maksud ngerendahin lo. Gue, gue cuma syok Ca. Asli gue ngga bohong. Maafin gue ya Ca" ucap Asha dengan melas demi mendapat maaf dari Ica. Tapi walaupun begitu permintaan maafnya begitu tulus.

"Iyeee gue maafin kayak baru kenal gue aja sih Sha. Gue ngga mungkin kali bisa marah sama lo" cengir Ica.

Asha pun begitu gembira karena sahabatnya ngga marah. Namun, tiba-tiba raut Ica berubah sedih.

"Tapi-" ucap Ica tertahan

"Ke-kenapa Ca?" Tanya Asha dengan takut-takut.

"Menurut lo pantesnya ngga sih gue ikut eskul rohis? Tanya Ica dengan nada lirih.

"Kenapa nanya gitu?" Tanya Asha dengan nada heran.

"Yaa lo tau sendiri gue gimana. Gue aja make kerudung masih buka tutup berasa kayak buka warung"

"Yaelah proses kali. Justru gue iri tau sama lo Ca. Lo udah berani ngambil keputusan untuk berkerudung. Sedangkan gue? Boro-boro Ca" melas Asha.

"Jadi? Menurut lo gue harus tetep lanjut?"

"Yaa lanjut lah. Nanti kalo gue udah dapet hidayah, ntar gue nyusul lo kok. Selow aeee" Asha pun menjawab dengan cengirannya.

"Lo emang sahabat terbaik gue Sha" jawab Ica dengan senyuman. Dan mereka pun saling merangkul satu sama lain sambil tertawa.

˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚˚
Annisa Az-Zahra

Dengan penuh keyakinan Ica pun mengumpulkan formulir pendaftaran rohis.
Tok..tok..tok...

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam. Ada apa dek?" Tanya kakak rohis

"Hmm.. ini kak aku mau ngasih formulir rhisad" jawabku sambil memberikan formulirnya.

"Oh gituu, makasih yaa dek. Oh ya sebelumnya isi data ini dulu yaa" jawab kakak rohis sambil menyerahkan selembar kertas untuk di isi.

Bismillah aku pun mulai mengisi data tersebut yang diberikan kakak rohisnya. Dan ternyata nama kakak rohis tersebut adalah Kak Ina. Kak Ina adalah Ketua Keputrian rohis ditempat sekolahku. Aku mengisi data tersebut sambil terkadang melirik ke arah Kak Ina. Masya Allah kerudung Kak Ina ini syar'i bang dan bajunya pun longgar, beda sekali dengan diriku. Akupun mengehela nafas dengan berat dan mataku pun berkaca-kaca.

"Ehh kenapa dek? Kok mengehela nafas gitu? Datanya sulit dimengerti ya dek? Duh maaf yaa" Tanya Kak Ina dengan raut wajah panik.

"Eh engga kok kak enggapapa. Cuman aku, hmm aku iri aja liat kakak" jawabku dengan senyum yang kupaksakan.

"Iri kenapa dek?" Tanya Kak Ina penasaran

"Hemmm gapapa deh kak heheh" jawabku dengan cengiran. Dan Kak Ina pun hanya mengangguk-angguk dan menahan rasa penasarannya itu.

"Oh yaa kak ini udah selesai" kataku sambil menyerahkan data tersebut.

"Okedeh dek. Makasih banyak yaa, semoga Allah selalu memudahkan langkahmu dalam kebaikan yah" ucap Kak Ina dengan senyuman yang sama menenangkan.

"Aamiin. Makasih juga ya kak. Aku permisi dulu kak. Assalamualaikum" Saat aku ingin berbalik namun tanganku di genggam dengan erat dan hangat oleh Kak Ina.

"Kenapa kak?" Tanyaku penasaran.

"Badai pasti berlalu dek. Jangan tinggalkan Allah. Kakak yakin kamu pasti bisa, kamu pasti bisa melewati proses hijrah. Kalau misalkan mau cerita, kakak siap dijadikan tempat kamu curhat dek. Kamu ngga sendirian" ucap Kak Ina dengan air mata yang membendung di pelupuk matanya.

Airmataku secara tak sadar terjatuh dan langsung memeluk Kak Ina dengan erat.

"Iya kak. Bantu aku yaa kak, bantu aku untuk hijrah. Bantu aku untuk jadi seperti kakak" tangisku pun keluar.

"In syaa Allah dek. In syaa allah kakak akan bantu kamu" ucap Kak Ina menenangkanku sambil mengusap-usap punggungku.

Akupun melepaskan pelukan dan menghapus airmataku dengan agak kasar.

"Makasih kak udah mau bantu aku"

"Iyah dek. Udah ah jangan nangis, jelek tauuu kalo nangis gitu" kata Kak Ina dengan nada bercanda dan menghapus airmataku yang masih ada di pipi. Dan aku pun hanya cengengesan mendengar kata-kata Kak Ina.

"Iyaudah kak aku mau ke kelas dulu yaa. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati yaa dek" jawab Kak Ina dengan senyuman yang begitu tulus.

Dan akupun kembali ke kelas dengan perasaan yang tenang. Karena beban-beban yang ku pikul seolah-olah terangkat.

-------------------------------------------------------

Semoga suka yaa kalian sama cerita gue ini😘😘

Dan semoga yang baca dan vomentnya nambah hihi

Terimakasih

Wassalamu'alaikum wr. Wb

Keep Hamasah And KhusnudzanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang