02 - Bertemu

103 18 27
                                    

KISAHKU, belum habis. Tetap baca sampai akhir.

***

Hampir seluruh siswa kelas 10A ini tertidur mendengarkan dongeng atau lebih tepatnya ceramahan bu Masri. Bu Masri sudah terkenal dengan jurus dongengnya yang ampuh membuat tidur.

"Hey! hey! bangun semua!" teriak bu Masri disertai spidol yang ia pukul ke papan sehingga menimbulkan suara yang cukup keras.

Bu Masri melanjutkan ceramahnya itu hingga suara bel yang sangat di tunggu kelas 10A ini berbunyi.

"Sher, ke kantin yok!" ajak Gita yang duduk di pojok kelas.

Di kelas ku terdapat ninja. Alat tulis yang baru kubeli beberapa hari lalu, hilang tanpa jejak. Oleh karena itu, aku memasukan segala alat tulis ke dalam kotak pensil.

"Yaelah lo bikin gue jantungan aja." jawab aku.

Ketika, aku berjalan di koridor, aku melihat sekilas seorang laki-laki dengan postur tubuh yang jangkung dan gagah itu membawa setumpuk kertas, dan laki-laki itu sempat menatap ku sedetik lalu mengalihkan perhatiannya kepada guru yang di depannya.

Terjadi eyes contack antara aku dengan dia, walaupun itu sedetik. Aku dapat merasakan sengatan listrik di sekujur tubuhku. Kurasa aku menyukainya pada pandangan pertama, tapi itu semua hanya perasaan sementara.

"Tata, cowok tuh siapa sih namanya?" tanya aku memastikannya.

"Lo suka sama dia?" tanya Gita to the point.

Aku yang mendengar pertanyaan tersebut langsung tersedak, "Ha? gak kok, mana mungkin juga gue suka sama dia hanya karena pandangan pertama."

"Kalau suka juga gak papa sih, namanya itu Kelvin," ucap Gita

Yah kok Gita nyolot suka sih

"Nih biar gue kasih tau tentang dia semuanya, dia itu ketua osis di sekolah kita ini, terus dia orangnya itu jutek sama cewek tapi sama cowok gak, sampai sampai ada yang pernah bilang kalau dia itu gay, kalau menurut gue dia ----

Mataku menangkap sesosok laki-laki yang berjalan keluar dari kelas 10C, dia berjalan dengan santai dan sepertinya ia tidak tahu bahwa aku memandanginya dari sini.

Ia sendirian, tidak ada seorang pun yang berani menyapanya, termasuk aku yang berdiri membeku disini.

"Sher, lo liatin siapa sih? daritadi gue ngomong lo dengar gak?" panggil Gita yang mengikuti arah mataku.

"Ooo lo liatin setan? lo suka ama dia?" tanya Gita lagi.

"Apaan sih lo, sekalian aja satu sekolah ini lo bilang suka."

"Habisnya daritadi gue ngomong, lo liatin dia terus." ujar Gita yang tampak kesal.

"Kuy ke kantin, nanti bakso Bu Eka habis." ajak aku agar Gita tidak kesal lagi.

--------

Pukul : 14.30
Bel pulang sekolah, kalau boleh jujur, bel itulah yang kutunggu tunggu sejak tadi pagi.

"Sher, nanti fotokan pr fisika!" teriak Gita sebelum memasuki mobil yang dikendarai oleh ibunya. Sekilas ibunya tersenyum padaku.

Disana timbul rasa iriku terhadap Gita, aku ingin punya orang tua yang seperti itu, yang bisa mengantar ku pulang, yang bertanya bagaimana hariku di sekolah, yang tersenyum padaku. Yang mengelus rambutku secara pelan. Dan harapan itu tidak akan pernah terjadi, aku tahu itu.

Sambil menunggu Moses, aku duduk di bangku panjang yang berwarna biru, aku menekan nomor yang kurindukan sejak dulu. Saat nomor tersebut diangkat oleh pemiliknya.

'Halo?'

'Ma? Shera kangen. Mama kapan pulang ke sini?'

'Udah ya, nak. Mama lagi sibuk'

Mungkin mama memang sibuk, aku mencoba menghubungi papa.

'Halo?'

Pa? papa kapan pul---

'Papa sibuk.'

Aku menatap telepon tersebut disertai rasa kecewa yang sangat besar. Setiap kali, aku menghubungi kedua orang tersebut hanya untuk tanya kapan aku dapat mendengar suara mereka secara live? bukan dari telepon. Dan jawaban mereka selalu sibuk. Sakit rasanya mendengar hal itu.

"Orang tua emang gitu, gak usah kecewa. Lo mending orang tua angkat telepon lo, lah gue? sama sekali gak diangkat," ujar laki-laki tersebut tanpa rasa kecewa dari wajahnya.

Aku memandang laki-laki tersebut dengan tanda tanya, darimana dia tahu? apa daritadi dia dengar aku telepon?

"Nama gue, Kelvin, lo?"

"Shera." jawab aku

"Orang tua memang gitu, mereka tidak peduli terhadap anaknya, mereka lebih pentingkan uang dan uang." ucap Kelvin yang sepertinya lebih kecewa dari aku. Namun, ia tidak memperlihatkannya.

"Iya gitulah, tadi lo bilang, orang tua lo gak angkat telepon lo?" tanya aku memastikan.

"Iyah, benar sekali." jawab Kelvin.

"Mereka sama sekali gak angkat?" tanya aku sekali lagi.

"Dulu mereka angkat dan bilang sibuk, seiring waktu mereka udah mulai gak angkat, dan sekarang aku gak tahu kabar ataupun keadaan mereka." jawab Kelvin

Loving can hurt, loving can hurt sometimes~ hp yang ku genggam menyala dan tertulis nama Moses disana. Aku mengangkatnya dan pandanganku menuju mobil CRV yang berwarna hitam.

"Gue duluan yah Vin, udah di jemput." pamit aku

Dia mengangguk sambil tersenyum.

Jangan lupa vote and comment! 🦁

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang