01- Perkenalan

118 21 17
                                    

AKU, perempuan yang menulis cerita ini berdasarkan kehidupan yang aku miliki. Shera Angelica Watson, itulah nama panjangku. Aku seorang remaja yang mengalami berbagai masalah.

Kini aku berada di sebuah tempat sambil menikmati segelas coklat panas disertai laptop yang berisi kisah-kisah hidupku.

Sekarang, aku akan menceritakan kisah hidupku.

*****

Alarm rumah ini, berbunyi dengan nyaring hingga ke seluruh ruangan. Aku yang mendengar alarm tersebut langsung mematikannya dan mulai melakukan rutinitas pagiku.

Aku pun keluar dari rumah yang tanpa penghuni selain diriku dan pembantu. Aku mengunci pagar rumah bercat putih gading ini dengan gembok yang cukup besar menurutku.

Hari ini, bibi tidak bekerja, dikarenakan anak sulungnya yang sakit. Bibi harus pulang ke kampungnya untuk beberapa hari.

"Morning." sapa aku dengan senyum tipis. Nyaris tidak terlihat.

"Morning." jawab pria tersebut.

Moses. Dia adalah pria yang dipercayai oleh kedua orang tuaku, untuk menjaga putri tercintanya ini, eh bukan putri tercinta tapi putri yang terlantarkan.

Tidak mungkin orang tua yang mencintai putrinya rela meninggalkan putrinya hidup seorang diri di Indonesia. Moses sudah bekerja kepada ayahku sejak ia berumur 20 tahun. Karena itu aku sudah menganggap Moses sebagai ayah ku sendiri.

****

Sesampai di sekolah, aku melirik sekilas ke jam tangan yang sudah terlingkar manis di pergelanganku, dan jam tersebut menunjukan pukul tujuh lewat lima menit.

Aku tak pernah lupa mengucapkan terima kasih saat menutup pintu.

"Sher! cepatan! Ada rumor yang harus lo tahu." teriak perempuan tersebut.

"Kenapa sih, Git?" tanya aku sedikit males karena masih pagi.

"Si setan udah balik ke sekolah." ujar Gita dengan wajah takutnya.

"Setan? ooo si Re..Revan tuh?" tebak aku yang masih bingung.

"Iyah Sher, lo kalau ketemu dia, lo harus menghindar dari dia, mau gimana pun pokoknya jangan sampai kalian bertemu atau gak nyawa lo bakal di ambil sama dia." celoteh Gita

"Emangnya dia seseram itu yah?" tanya aku yang tidak percaya dengan rumor yang disampaikan Gita mengenai makhluk yang bernama "Revan" itu.

"Seram banget malah, karena lo baru masuk tiga minggu disini makanya belum tau," ucap Gita dengan merapikan rambutnya yang bertebangan akibat angin.

"Jadi dia, lo tahu Reno gak? yang giginya maju kedepan?" tanya Gita.

"Tahu kok, emangnya kenapa?" jawab aku.

"Di..dia pernah lempar Reno pakai batu bata! Batu bata men! Baru si Rosi cewek yang di kelas kita itu, celana olahraganya di gunting gara-gara disuruh buatin pr, si Rosi gak mau."

"Separah itu?" tanya aku yang tidak menyangka.

"Iyah makanya, kalau ketemu dia pura-pura gak lihat, jangan sesekali lihat ke matanya, dia bakal tinju lo, kek kejadian si Willy cuman lihat matanya sekilas langsung si Revan meninju tepat di matanya si Willy, gila emang tuh bocah." celoteh Gita yang semangat saat membahas tentang Revan.

"Kalau mau ngomongin orang tuh jangan di lapangan sekolah tapi di toilet cewek!" celetuk Revan yang sudah berada tepat di belakang Gita dan aku berada.

Aku baru pertama kali melihat Revan secara live tanpa perantara atau pun dari foto. Dia orang yang sering digosipkan atau dibicarakan oleh Gita.

Rasanya ucapan Gita mengenai dia tidak sepenuhnya benar, dari sikapnya yang cuek, aku tahu bahwa dia bukan orang yang asal meninju tanpa ada masalah.

Sekarang aku mulai percaya dengan peribahasa, 'Tak kenal maka tak sayang.' kira-kira peribahasa itulah yang cocok dengan dirinya menurutku saat ini.

Revan dengan rasa tidak pedulinya itu, ia berjalan melewati aku dan Gita dengan santai. Tanpa sekalipun menoleh ke arah kami. Ia menenteng tas ranselnya dengan tangan kanan, dan tak lupa kancing bajunya di buka selebar dua kancing baju.

Semakin kuliat punggungnya yang menjauh, semakin perih dadaku tanpa alasan yang jelas. Dia seperti sosok yang pernah kukenal dulu.

Jangan lupa di vote and comment! 🦁

Only You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang