-1- Tikaman Sepucuk Undangan

1.8K 65 2
                                    

Hatinya bergemuruh. Tangan nya gemetaran. Ini sudah sehari setelah ia membaca undangan tersebut. Mata itu sesekali terpejam, lalu merasakan dengupan jantung yang semakin lama semakin menggila.

Ini tidak bisa di biarkan.

Ini tidak seharusnya terjadi.

Ini tidak adil!

Batin nya terus meneriakan kalimat tersebut. Sampai kesadaran nya kembali saat Yamaㅡteman kantornya menepuk keras punggung nya.

"Lu kalo ga mau kerja gak usah masuk!"

Teriak Yama lalu setelah itu pergi meninggalkan Raka. Ia kemudian kembali lagi, membawakan paper cup berisi kopi hitam pekat lalu memberikan nya pada Raka.

"Gue tau. Lu lagi pusing, tapi tolong profesional. Gambar lu dibutuhin disini" ujar Yama mengingatkan.

Pekerjaan Raka yang sebagai seorang arsitek sekaligus desainer interior sangat amat berpengaruh pada perusahan kecil yang ia bangun bersama teman seangkatan nya dulu. Walaupun bisnis mereka ini masih baru dan kecil-kecilan, jasa mereka telah diakui oleh para konsumen karena hasil gambar dan kerja tim mereka yang benar-benar mempuni.

Saat ini Raka sedang ditugaskan mendesain tempat makan bergaya mewah namun tetap modern yang nanti nya akan menarik hati para remaja-remaja masa kini. Ia sudah mengerjakan setengah dari tema yang sudah ditetapkan, namun saat ingin melanjutkan nya kembali. Ulasan tentang undangan sialan itu masih bersarang di kepalanya.

Raka mengambil papercup nya lalu meneguk cairan hitam pekat itu hingga tersisa setengahnya.

"..seharusnya diatasnya nama kamu itu, nama aku Raa.." ujarnya lirih

Ia lalu menutup aplikasi khusus untuk menggambar interior lalu membuka file yang ia simpan di data D. Lalu ia membuka file bertuliskan 'Raqa' dan beberapa detik kemudian muncul lah ribuan foto kenangan antara dirinya dan Qara.

Ada Qara yang sedang merajuk, tertawa, menangis dan bertingkah konyol. Ia tersenyum, senyuman kecut menandakan kehancuran hatinya.

Ia kira hal tersebut akan jadi miliknya kembali setelah 6 tahun berlalu. Ia kira Qara akan marah, menangis dan bahagia bersamanya nanti setelah 6 tahun ia bersabar dan menahan dirinya

Tapi Raka cuma bisa berencana. Ia cuma bisa berharap dan menghayal. Sekarang ia tahu bahwa berdoa saja bukan lah sebuah langkah yang akan mempermanankan apa yang ia inginkan. Ia lupa, bahwa setelah berdoa ia harus berusaha namun selama ini ia tidak pernah melakukan hal yang ada di point kedua itu.

***

Setelag melaksanakan Sholat Magrib di ruangan kecil yang dialih fungsikan sebagai Musholah di kantornya Raka langsung bergegas merapikan meja kerjanya.

"Kalo mo nikah ma aku harus jadi imam yang baik. Sholat!! Jangan bolos ke kantin pas orang lain lagi sholat Dzuhur!!"

Teriakan Qara 6 tahun lalu tergiang-ngiang dikepalanya. Sekarang ia benar-benar sudah berubah menjadi lebih baik. Omelan-omelan Qara menjadi motivasinya sampai sekarang.

Selesai dengan meja nya, ia langsung bergegas pergi ke parkiran. Menekan tombol open pada kunci mobil nya dan langsung meniki nya.

Tanpa menunggu waktu lama, Raka langsung membelah jalanan Ibu Kota dengan kecepatan senang berharap saat ia sampai dirumah ia bisa melakukan hal-hal lain agar biasa melupakan semuanya.

Namun sepertinya itu tidak mungkin. Karena baru saja Raja mengucapkan salam. Ibu dan Ayahnya menunjukkan undangan sialan tersebut dengan wajah penuh tanda tanya

"Kenapa ma?" Tanya Raka berusaha menutupi kekecewaannya

"Ini beneran Qara mau nikah bang?" Tanya ibunya perlahan

"Iya. Kenapa?"

"Baaaanngg.. kok kak Qara udah mau nikah? Abang kapan?? Ketinggalan dong sama mantan" teriak adiknyaㅡRanna di ruang tv, tak mengetahui bahwa ketiga orang di ruang tamu tengah menegang.

Raka tidak menanggapi pertanyaan adiknya. Ia malah langsung merebut undangan tersebut dari tangan ibunya "Sini undangan nya. Biar Raka simpan, buat referensi undangan kalo Raka nikah nanti" ucapnya santai lalu kemudian melenggang ke kamar, melewati kedua orang tua nya tanpa menyalim tangan mereka lebih dahulu seperti biasa.

Ayah dan ibunya tau bahwa putra mereka sedang hancur. Bahkan hancur sehancur-hancurnya. "Pa.. mama kayanya udah bikin kesalahan besar sama Raka. Seharusnya dulu.. dulu mama gak..." ucapan sang ibu terputus karena isakan pilu yang menghantamnya. Ia merasa bahwa selama ini ia salah. Ia merasa bahwa yang menyebabkan Raka dan Qara putus adalah dirinya. Sekarang ia merasa bahwa kebahagiaan anaknya telah ia renggut dari awal.

Kini, dikamarnya. Raka hanya bisa terpekur. Karena hatinya telah ditusuk oleh sebilah belati. Hatinya pun telah ditusuk oleh sepucuk undangan pernikahan dari wanita yang telah ia inginkan selama ini.

"Ra... undangan pernikahan kamu udah nikam hati aku"

TBC

Hallo...
Author ngeselin kalian ini bikin cerita baru lagi... huee..hue..huee
Maaf ya.. soalnya udah bener-bener penuh nihhh di otak sayah selama berabad-abad *cielah bahasanyaa*
Noval sama Pras teteup dilanjutt kokk tenang ajaaa..
Jangan taboookk sayah.. jangan tabookk.. beri saya ciuman kiss bye kalian aja.. jangan kasih undangan nikahan kalian juga... entar saya merasa ditikam.. ea eaaaa

Cerita ini sayah harap gak panjang-panjang. Tapi ya gimana kita cuma bisa berencana dan Allah yang punya kehendak.

Sayah harap kalian suka. Sayah pengen keluar dari jalur aman. Pengen bikin cerita Zeriusssssss. I hope you like it.. please like itt.. karena ternyata bikin cerita mellow membahan itu tsuzah ngetssss...

Kamulah TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang