8 tahun yang lalu
"Ehm.. nama saya Arkan Bumiraka. Dipanggil nya Raka" ucap seorang pemuda berperawakan tinggi pada teman sekelompoknya. Seminggu yang lalu, pada saat semua siswa memperkenalkan nama mereka masing-masing ia tidak masuk karena memang dirinya sedang berada di luar kota menjalankan terapi syaraf untuk memulihkan kerja otaknya dan fisioterapi untuk mengembalikan fungsi punggungnya yang setahun lalu patah karena mengalami tabrak lari.
Karena mengalami musibah tersebut akhirnya orangtua Raka meminta kompensasi sekolah untuk memberikan cuti pada anak mereka sampai sembuh. Dan setelah anak mereka sembuh, dia akan kembali mengayam pendidikan disini dari awal.
"Kok kemarin pas MOS, kamu ga ada? Padahal seru banget lho" ujar seorang siswi dengan riang. Raka masih mencerna kalimat tersebut, dikarenakan seperempaf dari otaknya tidak berfungsi dengan baik dan melambat maka dari itu ia sedikit lamban.
"Sakit. Aku nya lagi sakit" Beberapa lama kemudian ia baru menjawab
"Sakit apa Ka?" Tanya teman sekelompoknya lagi.
"Tabrak. Ditabrak orang" jawaban Raka membuat teman-teman sekelompoknya menyerngit. Yang ditanya apa, yang dijawab apa.
"Dia sakit gegara ditabrak. Kalian ini, gitu aja mikirnya lama banget sih" celetuk seorang gadis dengan santai kemudian duduk di hadapan Raka. Qara daritadi sedang mendengarkan interuksi guru mereka di depan. Sehingga Raka tidak melihat nya daritadi.
"Haii. Nama. Saya. Qara. Riqara. Gita. Hayana. Dipanggil. Qara. Inget. Qara" ujar Qara satu-satu, bermaksud agar pria dihadapan ini cepat menangkap hal yang ia ucapkan.
Dan benar. Selama setengah hari berada di sekolah . Nama yang Raka ingat hanya Qara.
"Qara. Ke kantin ayo"
"Qara. Ke kantin ayo"
"Woii!! Nama gue Dimas bahlull!!!" Teriak Dimas geram, karena sedari tadi Raka berdiri dihadapan nya. Mengganggu aktivitas nya yang sedang bermain game di laptop.
"Kalo lo panggil gue Qara. Bibir lu abis gue sumpal pake mouse!!!!" Geram Dimas
"Dih.. Dimas apaan sih, orang kaya begitu juga lu laden. Ayo Raka.. kita ke kantin. Akuu yang Qara, yang lain tuh bukan. Ngerti?" Qara menghampiri mereka dan menarik Raka, lalu Raka mengangguk. Dan tanpa merasa risih Qara mengait tangan Raka di lengan nya mengajaknya ke kantin.
Selama melewati lorong sekolah semua mata memandang ke arah mereka berdua. Apalagi saat mereka melewati kelas sebelas. Beberapa teman-teman Raka memandang takjup ke arah teman mereka yang setahun yang lalu mereka lihat sedang terbaring lemas dengan selang-selang mengerikan dimana-mana. Lalu sekarang, apa ini??
Seorang Arkan Bumiraka yang mentalnya cacat sedang digelayuti bidadari SMA ini?
Fantastis.
Sebenarnya kalau dilihat-lihat tidak akan ada keganjilan disana. Malah mereka berdua terlihat sangat sempurna. Raka dengan badan yang tinggi menjulang, kulit sawo matang, dan berwajah Indonesia sekali, ditambah gigi ginsul dan lesung pipi yang menambah ketampanan nya. Dengan Qara yang tingginya sebatas bahu Raka, berkulit putih, berambut panjang sedada dengan ikalan manis dibawahnya, mata sedikit sipit, hidung mancung dengan bibir tipis nan kecil. Mereka perpaduan yang sangat ideal. Seharusnya. Namun gelar itu musnah karena si pria ternyata adalah si cacat mental.
"Mo makan apa?" Tanya Qara saat mereka berdua telah sampai di kantin
"Ada apa?" Tanya Raka. Qara menarik nafas perlahan, mencerna maksud teman sekelasnya ini. Sebenarnya ia juga bingung. Kenapa bisa sabar terhadap orang seperti ini? Bukankah dia sendiri manusia yang sama sekali tak punya kesabaran.
"Ada bakso, siomay, nasi uduk, nasi kuning, bubur ayam, air es, dan masih banyak lagi. Kamu mo apa?"
Lama terdiam akhirnya Raka bersuara "Airputih saja. Saya lupa bawa air minum. Mama bawakan bekal"
Oke. Sekarang Qara benar-benar kesal. Dia merasa seperti di kerjain Raka. Tanpa berkata apa-apa ia langsung meninggalkan Raka sendirian di dan membeli roti dan air mineral untuk ia makan di kelas. Setelah kembali ditempat ia meninggalkan Raka tadi, ia tak mendapatkan Raka disana. Rasa khawatir dan bersalah menggerogotinya. Qara seketika itu langsung berlari cepat ke kelas dan sesampainya disana, ia melihat Raka sedang memakan bekalnya dengan lahap di bangku nya dengan anteng.
Qara menggeram. Diambilnya segelas air mineral tadi dan ia taruh dengan kasar dia meja belajar Raka lalu setelah itu bergegas pergi ke bangkunya tanpa mengatakan sepetah kata apapun. Raka mencuri pandang ke arah Qara yang sedang memakan rotinya dengan kesal. Kemudian ia menutup kotak bekal, meminum air mineral yang di berikan Qara sampai tandas kemudian menghampiri Qara.
"Jangan marah ya. Saya tadi cari Qara, tapi bingung. Pas saya tanya yang lain, mereka gak kenal. Jadi saya kembali ke kelas" ucap Raka pelan sehingga menimbulkan senyum di bibir Qara. Ini kalimat terpanjang yang Raka ucapkan dan Qara senang akan hal itu.
Disaat Qara tersenyum karena bahagia mendengar temannya ini akhirnya berbicara panjang lebar. Disisi lain Raka merasakan hal aneh yang tanpa ia sadari memikat hatinya. Senyuman itu. Senyuman itu telah menarik matanya untuk terus melihat hal indah itu.
Senyuman semanis gula milik Qara.
TBC
Aaahhh.. Raka sama Qara manis banget sih!! Sayah jadi iri..
Ini flashback ya!! Jadi ada manis-manisnya. Kalo udah now/future nya mereka berdua baru deh bakalan menusuk ke relung hati jadi rasanya ada sakit-sakitnya. Sorry foe typo
I hope you like it♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku
CasualeKadang, manusia ingin berkhianat pada takdir. Namun sekuat tenaga mereka berusaha berkhianat takdir lebih agung untuk mengatur mereka. Sejauh apapun mereka saling menjauh, takdir mendekatkan. Sebenci apapun mereka terhadap satu dengan yang lain, tak...