Nadia hanya bengong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Nesya dan Reno yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Reno selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Reno tidak menggodanya dengan cemoohan atau ejekan khasnya. Reno juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***
Byuuurr.. Sirup rasa stowberry menggalir deras dari rambut Nadia hingga menetes ke kemeja putihnya. Nadia nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.
“Maksud loe apa?” bentak Nadia menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.
“Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Nadia. “Riz, mana sirupnya yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Nadia. Rizka langsung memberi satu gelas sirup yang sudah siap untuk disiram ke Nadia.
“Loe mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan sirup rasa stroberry? Teriak Nadia dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal primadona sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Nadia diem aja. Ia juga tau kalau Linda satu kelas dengan Reno. Wait, wait.. Reno??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Ren, sampe gue tau loe biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!
“Gue rasa, gue nggak ada masalah ama loe.” teriak Nadia sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Nadia benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu di kasih pelajaran.Kedua teman Linda, Rizka dan Ayu dengan sigap mencoba menahan Nadia. Tapi Nadia malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Ayu si cewek sawo mateng.
Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Nadia dengan sirup.
“Jauhin Reno. Gue tau loe berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Reno. Tapi kenapa loe sekarang nggak mau ngelepas Reno?!!”
“Maksud loe?” ledek Nadia sinis.
“Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Reno. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”
Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Nadia.
“Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Nadia. Kesabaran Nadia akhirnya sampai di level terbawah.Guys disini aku kasih rada panjang yaaa soal nya vote nya banyak thanks (walaucmn3) tapi aku bersyukur kok semoga cerita ini makin oke yaaaaaaaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
BERAWAL DARI BENCI
Conto"Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis..." ***