#Prolog

179 7 3
                                    



Bibirku terangkat. Ya, pasti terangkat, pipiku juga memerah dan tak kubiarkan mereka melihatnya. Perasaan ini mulai muncul ketika hari itu, hari yang tak kan pernah ku lupakan.

"Ken, gua kemaren abis dari festival jepang, ada merchandise buat lo" nafas gue terenggah-enggah karena gue abis ngeliat Kenta dari lantai tiga dan gue langsung lari ke lobby bawah untuk berbicara sama dia.

" entar aja deh, gue lagi sibuk " singkat, padat, dan jelas. Tapi, gue seneng banget kok. Karena, itu pertama kalinya gue ngomong sama Kenta.

***

Seluruh teman-temanku menganngapku 'Pendiam'. Aku juga gak tau, ' kenapa aku jadi jarang bicara dan jarang gabung sama yang lain ?'. Semenjak kepindahanku dari Bandung ke Jakarta, statusku masih murid baru. Tapi, keberadaanku di sekolah baru seperti dianggap percuma. Karena, aku telah menjadi bahan ejekan satu angkatan.

Senyum gak dapat ditahan kalo gue lagi liat Kenta. Setiap gue ngelewatin dia, pasti gue selalu  nutup muka. Atau gue tahan, terus abis lewatin dia gue ketawa sekeras-kerasnya. Emang gak jelas sih kalo gue lagi ngeliat dia, kadang gue ketangkep lagi senyum-senyum sendiri dan ada yang nanya " Lo kenapa nez ? ", muka gue langsung merah. Dan temen-temen gue lagi selidikin kenapa akhir-akhir ini gue suka senyum sendiri.

Kenta. Seorang murid laki-laki pecinta Jepang. Ia sering memakai sweater hitam, wajahnya gak terlalu tampan, badannya juga agak berisi, dan ia lumayan tinggi. Satu kalimat yang selalu menghantui pikiran gue 'kenapa gue suka Kenta ?'.


Jadi Ceritanya ....


Bismilillah

Look at me !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang