Can't see the END 1

60 7 1
                                    


Seorang yeoja duduk manis dibangku taman menunggu seseorang yang sejak sejam lalu belum juga menampakan diri.

Yeoja itu mendesah untuk kesekian kalinya. Lelah. Itulah yang ia rasakan. Sesekali ia melirik jam tangan putih yang melingkar di tangan kirinya.

"sampai kapan aku harus menunggu?" desahnya. Yeoja itu mengayunkan kakinya sedikit ampuh untuk menghilangkan rasa bosan.

Tiba-tiba penglihatannya mulai gelap. Seseorang dengan sengaja menutup kedua matanya. Diraihnya tangan besar yang menutupi kelopak matanya. "Berhenti bermain-main Jeon Wonwoo-ssi" ucapnya sambil melepaskan tangan Wonwoo.

"aish Ahn Seowoo kau benar- benar. Kau selalu tahu jika itu aku, sangat sulit untuk mengagetkanmu" Wonwoo mendengus kesal, ia selalu saja ketahuan.

Gadis itu terkekeh melihat Wonwoo yang mengerucutkan bibirnya. Wonwoo beralih mengambil tempat duduk disebelah gadis itu.

"aroma parfummu sangat menyengat Wonwoo-ya, bahkan dari jauh pun orang-orang dapat menciumnya" Wonwoo mencibir mendengar perkataan gadis disebelahnya. Seowoo masih terkikik melihat wajah kesal Wonwoo. Baginya menggoda Wonwoo adalah hal yang menyenangkan.

"ahhh aku sudah lama tidak merasakan ini" celetuk Seowoo. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Wonwoo.

"aku merindukanmu" Seowoo mendongak menatap manik coklat milik Wonwoo.

"kau tidak merindukanku?" sambungnya. Gadis bersurai kecoklatan itu tersenyum manis. Sangat manis.

"ya! Tentu saja aku merindukan namjachinguku ini. Sangat sangat sangat merindukan seseoarang bernama Jeon Wonwoo" Wonwoo tersenyum seraya mencubit kedua pipi gembul kekasihnya.

Hening. Hanya terdengar hembusan angin dan napas mereka berdua. Seowoo dam Wonwoo larut dalam pikirannya mas

"Seowoo-ya" Wonwoo memanggil gadis disebelahnya yang asik dengan pemandangan Sungai Han.

Merasa terpanggil Seowo mengalihkan pandangannya. "wae?" tanyanya.

"aku tidak percaya kau tetap menungguku sampai sekarang" Seowoo mengerutkan dahinya. Ia tak mengerti arah pembicaan namja jakung itu. Wonwoo menghembuskan napasnya.

"apa perasaanmu masih sama seperti dulu? Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan padamu, seowoo-ya. Aku terlalu sering menyakitimu, mengecewakanmu, dan membuatmu menungguku. Aku hanya seoarang namja sialan yang tidak pantas kau pertahankan. Aku tidak bisa melepasmu, aku mencintaimu. Tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi kedepanya. Sungguh maafkan aku, aku terlalu fokus pada cita-citaku sampai-sampai melupakanmu." sambungnya.

Gadis itu tetap diposisinya, diam. Seowoo menatap manik kecoklatan milik wonwoo. Sulit mencerna kata-kata yang namja itu ucapkan. Bibir dan tenggorokannya terasa kering hingga tak mampu merespon perkataan kekasihnya.

"sekarang terserah padamu. Apakah aku masih pantas bertahan padamu ata-" belum selesai Wonwoo melanjutkan perkataannya Seowoo membungkam mulut Wonwoo dengan bibirnya.

"cukup Wonwoo aku tak mau mendengarnya lagi. Perasaanku padamu tetap sama. Jika tidak untuk apa aku bertahan disisimu sampai sekarang hmm? Kita jalani saja semuanya" Seowoo menggengam tangan Wonwoo. Namja itu menggeleng menimbulkan kerutan pada kening gadis itu.

"tidak seowoo, aku tidak bisa. Aku lelah melihatmu tersakiti karena diriku. Aku tidak mau melihatmu menangisi namja berengsek seperti diriku, aku merasa sakit seowoo-ya. Aku tahu kau pasti lebih lelah" ucapnya. Wonwoo memejamkan matanya sejenak.

" Maka dari itu lebih baik kita akhiri hubungan ini"

Bagai tersambar petir disiang bolong. Tubuhnya seakan membeku. Seowoo membelalakan matanya lalu menggeleng. Demgan susah payah ia menelan salivanya yang terasa pahit.

Can't See the ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang