Konten [18+]
***
Lima tahun yang lalu aku kehilangannya.
Lima tahun yang lalu aku kehilangan cinta pertamaku.
Lima tahun yang lalu telah mengubah hidupku.
Mengubah segalanya.Suara ketukan pintu dari luar membuat laki-laki yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya mengalihkan pandangannya sejenak. Gumaman dari bibir tipisnya yang ditumbuhi dengan kumis tipis, memberikan kesan yang sexy.
Wanita berusia sekitar tiga puluhan melangkah masuk dengan kaki yang dilapisi high heels sekelas pedro dengan rok span dan juga bleazer yang melekat pas ditubuh rampingnya.
Tubuhnya membukuk sedikit begitu big bos dengan mata seperti lelehan madu menatap tajam padanya. "Selamat siang, Mr. Bieber." Tangannya terulur menyerahkan map berwarna biru. "Ini laporan bulan lalu yang baru saya selesaikan."
Kembali pemilik mata madu tersebut hanya menatap datar pada map yang diserahkan oleh sekertarisnya. Takut-takut sekertaris tesebut menarik kembali dengan tangan gemetar.
"Mr. Saya-"
"Aku kira kau sudah tau apa yang aku katakan seminggu yang lalu." Suara baritonnya menggema mengisi setiap sudut ruangan. Aura mengintimindasinya seketika menguar. Membuat lawan bicaranya mundur terlebih dahulu sebelum berperang.
"Maaf, Mr. Saya hanya-"
"Aku tidak ingin mendengar alasan apapun Laurencia. Kau sudah bekerja padaku hampir tujuh tahun. Dan kau seperti menyepelehkanku." Desisnya tajam.
Sementara Laurencia masih berdiri dengan tubuh bergetar, menanti apa yang akan dilakukan bosnya. Dia sudah siap jika akan langsung dipecat hari ini juga.
Dulu bosnya tidak semengerikan ini. Dulu bosnya mudah tersenyum. Dulu juga bosnya suka sekali melemparkan lelucuon kepada orang yang ditemuinya sekalipun itu bawahannya sendiri. Jika kejadian lima tahun yang lalu tidak terjadi. Pasti, bosnya masih seperti yang dulu. Laurencia terlalu mengenal baik siapa sosok bosnya yang sebenarnya. Tujuh tahun dirinya mendampingi bosnya.
"Ma...afkan saya Mr."
Justin mengusap wajahnya dengan gusar. Seharusnya ia tidak perlu seperti ini pada Laurencia. Hanya karna masalah sepele Justin harus seemosi seperti ini. Ah, akhir-akhir ini Justin memang sedang dalam kondisi mood yang tidak baik. Ralat, sejak lima tahun yang lalu.
"Kembalilah kemejamu." Ucap Justin mengibaskan tangannya menyuruh Laurencia agar segera pergi.
Tidak ingin mendapat masalah lagi. Buru-buru Laurencia keluar dari ruangan bosnya yang mengerikan itu sebelum menutup pintu, suara bosnya yang berbicara dengan seseorang yang terakhir didengarnya.
"Tunggu aku ditempat biasa."
***
"Faster baby... Faster... Oh, ya seperti itu."
Seorang wanita bertelanjang bulat sedang berusaha mendapatkan pelepasannya. Mencari titik kenikmatan dari seorang laki-laki yang berada dibawahnya. Bibirnya bertaut, saling menghisap satu sama lain. Sementara tangan kekar laki-laki yang dibawahnya sedang meremas kuat payudara yang menggantung bebas. Pinggulnya tidak ingin berhenti terus memompa dengan kuat. Hingga cepakan antara daging yang beradu memenuhi kamar yang hampir seperti kapal pecah. Tanpa mengetahui bahwa ada orang lain yang menontonnya dengan pandangan datar.
Bibir keduanyapun terlepas. Kembali, wanita tersebut menunggangi laki-laki yang dibawahnya. Membiarkan payudaranya memantul diudara. Tidak tahan melihat aksi wanitanya, tubuh wanitanya diangkat dalam gendongan, masih dalam posisi tubuh menyatu. Tanpa protes, kedua tungkainya melingkar pas dipinggang laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Before And After
RomanceAkan kah aku mampu melupakan masa laluku. Melupakan cinta pertamaku. -Justin Bieber [Sebelumnya ini Oneshoot "Making Love One Night" dan aku ingin lanjutin buat jadi cerita berlanjut sekaligus merubah judul ceritanya] Mohon maaf apabila ada kata-kat...