2. Pertemuan pertama

709 15 2
                                    

"Jordy... Dimana kau bajingan?"

Suara teriakan yang disusul dengan derap langkah kaki seorang wanita bertubuh semampai, dengan dress berwarna peach yang membalut tubuh rampingnya.

Langkah kakinya terhenti didepan kamar bercat biru gelap, deru nafasnya memburu siap mengeluarkan semua makian untuk pemilik kamar tersebut.

"JORDY! BUKA PINTUNYA!" Tangan mungilnya memukul pintu tersebut dengan keras, tidak cukup puas menggunkan tangan, kakinya ikut membantu memukul pintu tersebut. Bahkan high heels yang dikenakannya ia lepaskan, kalau-kalau pintu tersebut terbuka, ia akan segera menancapkan ujung heelsnya yang runcing kekepala Jordy.

Ah, begitu pintar otak cantiknya.

Senyum evilnya terbit begitu saja dibibir tipis yang dilapisi lipstik yang sama dengan warna dressnya. Namun, surut begitu melihat siapa yang membukakan pintu kamar tersebut. "BAST-- WHAT THE FUCK BITCH?!"

Matanya melotot sempurna melihat seorang wanita yang keluar dari kamar tersebut hanya dengan tubuh yang dibalut selimut.

"DIMANA BAJINGAN ITU?!" Tanyanya kepada wanita tersebut, yang justru malah mengernyitkan keningnya. Kepalanya tiba-tiba terasa pening. Ah, ia tidak bisa membayangkan kalau diusianya yang baru menginjak 25 tahun ini, ia akan seperti wanita yang sudah berusia 50 tahun. Tidak. Tidak. Tidak. Ia tidak boleh cepat tua.

Tidak mendapat jawaban, tangannya mendorong wanita tersebut untuk menyingkir dari pintu. Wanita tersebut terkejut dan berusaha membetulkan selimutnya yang hampir jatuh.

"HEY... APA YANG KAU LAKUKAN!"

Wanita tersebut berteriak, merasa kesal atas ketidak sopanannya dengan memasuki kamar orang lain sesuka hatinya.

Mengabaikan teriakan dari wanita tersebut, pandangannya justru jatuh pada seorang laki-laki yang sedang tertidur pulas diranjang dan hanya mengenakan celana boxer. Ia berjalan dan naik keatas ranjang, lalu memukul kepala laki-laki tersebut dengan keras menggunakan heels yang masih berada ditangannya.

Nah, rasakan!

"FUCK!"

Tubuh laki-laki tersebut seketika bangkit dari ranjang, matanya mengerjap kaget. Lalu pandangannya menyapu kesekelilingnya, dan jatuh pada dua orang wanita. Keningnya berkerut, bingung mengapa dikamarnya bisa ada dua orang wanita yang sama-sama cantik. Mendengar kata cantik, membuat penisnya berkedut-kedut.

Yang satu berada didekat pintu, ah, ia baru mengingatnya, wanita ini yang semalam memberikannya pelepasan. Kepalanya menoleh kekanan dan pandangannya menemukan wanita kedua yang berada disamping ranjangnya, sedang melipat kedua tangannya, tersenyum sangat manis padanya.

Cantik, pikirnya.

Namun sedetik kemudian, matanya melotot begitu mengetahui siapa wanita yang kedua ini. Wanita kedua ini yang baru saja memukul kepalanya, karena terlihat dari tangan yang masih menggenggam high heels dengan ujungnya yang runcing.

Seakan baru tersadar, Jordy tiba-tiba memekik, "BOO... MENGAPA KAU ADA DISINI? DAN MENGAPA KAU MEMUKULKU?" Lalu tangannya mengusap kepalanya yang langsung terasa sakit.

Tadi ketika ia bangun sakitnya belum terasa, tapi kenapa begitu melihat bentuk high heels yang dipukulkan kekepalanya jadi begitu terasa menyakitkan. Aneh.

"DASAR KAU BAJINGAN!"

Jordy berusaha menghindar dari pukulan wanita kedua tersebut, sungguh rasanya menyakitkan. "AW, SAKIT BOO! HENTIKAN BOO, KAU MELUKAI HATIKU!" Tubuhnya bangkit dari ranjang besarnya, berlari kearah kamar mandi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Before And AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang