Prolog

178 17 5
                                    

[ t e l a h  d i r e v i s i ]

***

"Kenapa sakit itu harus terciptakan hanya untuk membuat orang sengsara?"

***

PATAH hati untuk yang pertama kalinya.

Fami merasakan itu kali ini. Dan patah hati itu sakit. Semacam, ada panah tak kasat mata yang menancap tubuh kamu, tapi kamu tidak berdarah. Fami nggak suka sama rasa ini.

Tapi kata Radin, teman Fami, itu seperti ini, "Tuhan menciptakan perasaan itu supaya kita bisa merasakan apa yang namanya sakit dan bahagia. Ketika lo patah hati untuk yang pertama kalinya, itu berarti Tuhan ngenalin lo sama yang namanya sakit supaya lo nggak kaget buat patah hati yang kedua kalinya."

Kemarin, Fami nangis di depan Radin. Fami ditinggal pacarnya karena pacar Fami ternyata tidak mencintainya. Pacar Fami bilang, ia hanya kagum. Sekarang Fami kapok jadi vokalis band yang lagi naik daun.

Karena saat lo terkenal, bakal ada banyak orang muna yang deketin lo.

Ah, betapa bencinya Fami dengan orang-orang munafik.

Fami bersandar pada balkon kamarnya. Semilir angin malam menerbangkan rambutnya. Di meja dekat balkon terdapat Mp3 yang sedang memutar lagu Pelangi dari HiVi!

"Woi, Familado!" terdengar suara teriakan cewek. Fami menoleh ke sumber suara tersebut.

Ada Radin berdiri di depan balkon kamarnya sendiri. Cewek itu sedang mengenakan kaos tipis warna putih dan celana pendek di atas lutut. Rambutnya ia cepol ke atas.

Radin senyum ke Fami. "Cie udah keluar rumah. Gak galau lagi, Mas?"

"Din, kenapa keluar kamar?" bukannya menjawab, Fami malah bertanya balik. Dengan wajah datar nan serius dan alis yang bertaut jadi satu.

"Gue denger ada lagu Pelangi lagi diputer, pas gue cari siapa yang muterin tuh lagu, eh kok malah lo orangnya."

"Oh," respon Fami. Fami hapal betul kalau Radin adalah penyuka band HiVi!. "Masuk, gih."

"Lo ngusir, Fam?" tanya Radin. "Lagunya 'kan belom selesai."

"Lo bisa dengerin lagu lewat handphone lo sendiri. Lagian di luar anginnya lagi gede. Dengan baju lo yang kayak gitu, nanti lo bisa masuk angin."

Mau tidak mau, Radin tersenyum mendengar ucapan Fami. Fami masih perhatian walaupun di hatinya ada orang lain yang bukan Radin. Radin bahagia melihat Fami yang cerewet seperti dulu—sebelum ia patah hati.

"Gue masuk, deh," kata Radin.

"Bagus," sahut Fami.

"Tapi, lo juga harus masuk. Cukup hati lo aja yang sakit, fisik lo jangan, Fam."

"Iya."

Lalu, Fami pun masuk ke dalam kamarnya. Tentu ia sudah memunguti MP3-nya. Kemudian, ia membaringkan dirinya di ranjang.

Fami menatap langit-langit kamarnya. Putih, kosong, layaknya hati sang pemilik kamar. Fami tersenyum miris.

"Patah hati pertama, salam kenal. Semoga gue bisa nyambut lo saat lo datang lagi untuk yang kedua kalinya."

***

Ven's Note:

Jadiiiii, gue rombak ulang ini cerita ): setelah gue pikir-pikir, cerita ini alurnya aneh juga. Makanya gue kembali ulang nyusun plot dan tetek bengeknya.

What do you think about this prolog?

–ven

The RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang