If You Are Not The One [Part II]

1.9K 232 26
                                    

"Akhirnyaa.. " Yuki menghembuskan napas lega. Tangan kanannya terangkat dan mengurut pelipis. Hari ini gadis itu merasa sangat lelah. Bahkan rasa pening di kepalanya masih begitu dia rasakan.

Sejak pagi tadi Yuki harus menahan emosinya untuk tidak mengumpat. Kliennya kali ini adalah orang yang luar biasa. Baik itu secara kasta maupun perilakunya. Selalu--karena memang hari ini bukan pertemuan yang pertama--, Yuki tak bisa santai jika menghadapi kliennya yang satu itu. Orang tua itu banyak mau. Di saat si anak sudah setuju dengan konsep yang Yuki buat, sang ibu justru sebaliknya. Memang berurusan dengan pejabat daerah itu merepotkan.

Teringat sesuatu, Yuki menghubungi sekretarisnya lewat interkom. "Sar, kamu sudah atur pertemuan dengan bapak Al hari ini, kan? Jam berapa?"

"Tadi saya sudah hubungi sekretaris beliau. Hari ini Pak Al padat jadwal. Bisanya baru besok. Dan kebetulan nona besok juga free."

"Owh gitu. Yasudah. Thanks Sar."

Helaan napas kembali terdengar. Rasanya cukup untuk mengistirahatkan hati dan pikiran. Sekarang saatnya Yuki kembali berkutat dengan kertas. Menggambar design gaun pesanan orang.

Ting...

Yuki mengalihkan perhatian saat handphone di depannya berbunyi.

Adipati : sayang, maaf. Aku nanti malam gak bisa jemput kamu. Kamu berangkat sendiri gakpapa ya? Nanti aku dari kantor langsung ke restoran.

Yuki mengangkat sudut bibirnya. Satu pesan dari sang kekasih cukup membuat mood-nya yang sedikit kacau menjadi terobati. Matanya beralih menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah jam makan siang? Pantesan gue laper banget." Yuki mengabaikan rasa lapar di perutnya dan lantas membalas pesan dari kekasihnya itu.

Yuki : gakpapa sayang. Kamu udah makan? Ini udah jam makan siang lho!

Tidak ada balasan. Tanda pesan dibaca pun tidak ada. Yuki kembali tersenyum miris. Gadis itu sangat menyadari, kekasihnya adalah orang yang sibuk. Menyempatkan diri untuk memberi kabar saja, Yuki sudah sangat bersyukur. Walau terkadang hatinya yang polos selalu iri melihat kemesraan pasangan kekasih di luaran sana. Sejenak Yuki ingin kembali ke masa SMA. Masa di mana Adi masih memiliki banyak waktu untuk selalu bersamanya.

'Lupakan masa SMA, yang lebih penting saat ini adalah mengisi perut.' Yuki beralih membereskan pekerjaannya.

"Ikuy!"

Pergerakan tangan Yuki terhenti dan menoleh ke sumber suara. Gurat keceriaan nampak di wajah cantik Yuki.

Di sana, di ambang pintu berdiri seorang gadis mungil yang terlihat begitu menawan dengan balutan mini dress berwarna pastel motif bunga. Di tangannya ia menenteng paper bag yang Yuki yakin berisi makanan karena tertulis nama salah satu restoran Jepang di sana.

"Illy? Sini masuk. Kok gak bilang mau dateng? Untung lo dateng sekarang." Senyum merekah di wajah Yuki.

"Emang kenapa?" Prilly berjalan mendekat. Dan meletakkan paper bag di meja ruangan Yuki.

"Baru aja gue mau pergi cari makan. Akhirnya... lo ke sini juga." Mereka bercipika-cipiki. Basa-basi perempuan.

"Hehe... sori gue gak ngabari kalo mau ke sini. Rencananya sih mau buat kejutan abis lo kirimin alamat kantor lo... " ujar gadis mungil itu cekikikan.

"Kejutan lo berhasil. Duduk yuk." Prilly mengangguk. Mereka duduk bersebelahan di sofa panjang ruangan Yuki.

Mata Yuki menyipit menatap paper bag di atas meja. "Bawa apaan, lo?!"

IF YOU ARE NOT THE ONE (ALKI)Where stories live. Discover now