Cry

1.4K 132 11
                                    

Mingyu pov

Aku menatap Wonwoo hyung yang terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit.
Seokmin telah menjelaskan semuanya padaku.

Bodoh.

Wonwoo hyung bodoh.

Dia bodoh karena dia terlalu memikirkan orang brengsek sepertiku.

Seokmin benar, aku memang tak pantas untuk Wonwoo hyung.
Aku terlalu tolol untuk dicintai Wonwoo hyung.

Aku melihat Wonwoo hyung yang tengah membuka matanya perlahan

"Wonwoo hyung.."

Tatapan matanya yang kini tak setajam dulu mengarah padaku.
Aku tersenyum lembut sambil menggenggam erat tangannya yang terasa dingin.

"Apa yang kau lakukan disini, Mingyu-ya?" Tanyanya pelan.

Aku menundukkan kepala sambil mengeratkan genggaman tanganku.

"Maafkan aku, hyung.. maafkan aku.. aku memang brengsek.. aku memang tak pantas untukmu.." ucapku penuh penyesalan.

Wonwoo hyung mengalihkan pandangannya.

"Pergilah.." ucapnya singkat dan terkesan dingin.

"Pergi dan lakukan apa yang ingin kau lakukan.. aku sudah tak peduli lagi" Lanjutnya tanpa mau menatapku.

Aku menatapnya tak percaya. "Hyung aku-" . "Ah, sebelum kau benar-benar keluar, boleh minta tolong panggilkan Seokmin?" Pintanya sambil tersenyum kecil.

Panggilkan Seokmin? Setelah dia mengusirku, sekarang dia malah ingin aku memanggilkan Seokmin? Cih.

Aku melepas genggaman tanganku pada Wonwoo hyung.

"Rasanya aku perlu menyadarkanmu satu hal, Wonwoo hyung. Kau menyuruh KEKASIHMU keluar, lalu kau juga menyuruh KEKASIHMU memanggilkan ORANG LAIN untuk menemanimu? Kau ingat kata-kataku kan? Kau milik-"

"Lalu kenapa kalau aku memintamu memanggilkan Seokmin untuk menemaniku?"
"Karena aku milikmu? Heol, kau pikir kau siapa, Kim Mingyu?"

Wonwoo hyung menatapku penuh kebencian.


Tidak.

Aku benci tatapan itu.




Aku benci saat aura ketenangan yang biasanya muncul dari tatapan mata Wonwoo hyung, kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian.




Aku tak mau kehilangan Wonwoo hyung-ku.




Dia hanya milikku.




"Kau milikku, hyung"




Aku benci ini.




Aku benci saat Wonwoo hyung meremehkan kata-kataku.




Aku benci saat Wonwoo hyung tersenyum remeh dan menatapku layaknya sesuatu yang tak berguna.

"Hey, Kim Mingyu"

"Sadarlah dengan apa yang kau perbuat selama ini"

"Kau terus saja berkata bahwa aku milikmu"

Itu benar, kau memang milikku, hyung.

"Tapi kau milik semua orang, apa aku benar?" Tatapannya yang tajam mampu mengunci mulutku.




Tidak.


Sebenarnya aku tidak melihat adanya sebuah tatapan tajam dari sorot mata Wonwoo hyung. Ada sesuatu yang tersimpan dibaliknya.






Dan yang aku lihat dibalik tatapan itu adalah





Rasa sakit yang teramat sangat.




"Hyung, aku-"

"Apa lagi? Aku sudah menyuruhmu keluar dari tadi.. sekarang pergi dan berkencanlah dengan yeoja atau namja yang kau mau.. aku sudah muak dengan tingkah lakumu itu, Kim Mingyu"

Mingyu pov end
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Wonwoo pov

Sialan.



Aku tak tahan lagi.


Cepat keluar dari sini brengsek.


Aku sudah tak sanggup lagi menahannya.


Brengsek.


Aku tak mau memperlihatkan air mataku dihadapan orang ini.



Tapi aku sudah tak tahan lagi. Aku lelah jika harus mempertahankan wajah emo ku.


"Tunggu apa lagi, Kim Mingyu. Aku sudah bosan melihatmu berduaan dengan namja lain.. aku muak dengan keegoisanmu. Kau bilang aku milikmu, tapi kau milik semua orang, eoh? Aku tau kau tampan, kau bisa memiliki siapa saja sesuka hatimu, tapi kumohon jangan ikat aku jika kau tak ingin terikat denganku. Kau egois. Kau bisa dengan mudahnya mengikatku, berkata bahwa aku milikmu, tapi kenapa untuk mengikatmu rasanya sangat sulit? Aku lelah, Gyu..Aku lelah.. Aku muak dengan sikapmu selama ini..  hiks.."




Airmata sialan.




Bisa-bisanya menetes saat aku sedang mencurahkan isi hati yang selama ini aku simpan dengan baik.

Dan dengan bodohnya air mataku turun semakin deras saat Kim -brengsek- Mingyu memelukku tanpa rasa malu.

"Aku membencimu, Gyu. Hiks.. Aku membencimu"

Tanganku memukuli pelan dada Mingyu. Menuangkan rasa kesal yang masih tersisa.

"Maaf.. maafkan aku, hyung. Maafkan aku"

"Percayalah padaku.. Yang ku cintai hanya kau.. kumohon kali ini percayalah padaku, hyung.. aku mencintaimu"

aku menggeleng, berusaha menolak untuk percaya.

"Sudah cukup, Gyu. Satu kesempatan kurasa sudah cukup untuk membuktikan siapa dirimu sebenarnya, Kim Mingyu.. dan kau telah menyia-nyiakan kesempatan pertama dan terakhirmu itu"

Ya, kurasa ini adalah keputusan yang paling tepat yang pernah kuambil.

Maafkan aku, Gyu. Aku juga mencintaimu. Tapi aku bukan orang bodoh yang terjatuh di lubang yang sama untuk yang kedua kalinya. 

The End

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

Haloo chapter 2 hadir:v maapkeun kalo ga sesuai ama apa yang readers pikirkan.. sebenernya ini juga jauh dari apa yang sudah ada di ide awal.. :v maaf juga kalo feel nya rada kurang.. beneran deh ini masih pemanasan:'

Oke then, don't forget to vote and comment. Thank you:3

Smile, But Crying TooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang