Chapter 1 -- Alone --

18 0 0
                                    

--Masa remaja selalu diisi dengan orang - orang yang penuh semangat bahkan mereka yang memiliki masa remaja mempunyai cahaya yang tidak bisa kuraih. --

Bel istirahat siang berdering. Seperti biasa aku makan siang di jam makan siang ini. Tempat terbaik saat makan siang adalah atap sekolah. Tidak semua orang bisa naik ke atap sekolah karena harus dibuka dengan kunci. Aku punya kunci itu, karena yah, wali kelas yang memberikanku kunci. Wali kelas mengetahui aku tidak punya teman, jadi dia pikir, aku lebih baik makan siang berada di atap sekolah.

Aku sudah di atap sekolah, dan duduk di sana. Memang tidak ada bangku, tapi duduk di lantai lebih menyenangkan. Aku membuka bekalku dan mulai melahapnya. Angin sepoi - sepoi yang bertiup menjadikan siang ini menjadi hangat. Dari atas ini, aku mendengar suara tawa orang lain. Mereka sangat menikmati masa remaja ini. Aku hanya bisa mendengar tetapi tidak dapat melakukannya. Memang terdengar menyedihkan, tapi inilah kenyataan. Bagiku ini adalah hal biasa yang telah aku jalani selama setahun.

Beberapa lama kemudian, bel masuk berbunyi yang menandakan jam makan siang berakhir. Aku kembali ke kelas dan duduk di bangku aku. Aku duduk di sudut kanan paling belakang. Tempat yang sangat bagus untuk menjalani hari - hari sendiriku. Pelajaran selanjutnya Sastra Jepang dan Bu Rika yang masuk. Dia adalah wali kelasku. Bu Rika selalu pengertian kepadaku, makanya dia memberikan kunci atap dan juga bangku yang berada di sudut. Waktu berlalu dan bel pulang sekolah berdering. Tapi sebelum aku pulang ke apartemen, aku di panggil Bu Rika ke kantor guru. Dalam benakku, mungkin dia ingin membicarakan tentang kesendirianku. Seperti biasa, dia selalu menasihatiku dan menyuruhku mencari teman. Tapi meskipun aku sudah tau apa yang mau dia bilang, aku tetap datang. Aku membereskan barang - barangku dan bergegas ke kantor guru.

Aku langsung menuju kantor guru dan menuju meja Bu Rika.
"Siang, Bu Rika. Ada apa ibu memanggil saya? "
" Yoshiba, kamu sudah menahan penderitaan ini setahun kan? "
" Penderitaan ya, tapi sekarang tidak lagi. Saya malah nyaman begini. "
" kamu sudah sangat menderita. Maafkan ibu, ibu tidak dapat melakukan apa - apa untukmu. "
"Itu tidak mengapa bu. Aku sudah biasa. "
" Yoshiba. Mulai besok cari ya temanmu. Tidak bukan teman, tapi orang yang paling mengerti dirimu dan tentang hidupmu. Jika kamu sudah mendapatkan dia, jangan pernah lepaskan genggamanmu dari tangannya. Karena dia yang akan mendampingi hidupmu. "
" Emm... baiklah bu. Aku akan melakukannya sesuai nasihatmu. Terima kasih, Bu Rika. "
" Sama - sama, nak. "
" Kalau begitu, saya permisi dulu. "

Aku pun langsung keluar dari kantor. Bu Rika memang wali kelas yang baik, dia memikirkan setiap siswanya yang ada masalah. Tapi, manusia tetaplah manusia, dia tidak dapat membantu langsung untuk menyelesaikan masalahku. Perkataanku tadi memang benar, bahwa aku sudah nyaman dengan hidup seperti ini. Aku tidak perlu repot - repot memikirkan hati orang lain. Terdengar seperti lari dari kenyataan, tapi menurutku tidak. Aku nyaman dan nyaman.

Sesampainya di apartemen, aku memasak untuk makan malam. Aku tinggal di apartemen karena keluargaku pergi keluar negeri karena kesibukannya. Jadi, mereka menyuruhku untuk tinggal di apartemen. Seperti biasa, setelah memasak makan malam, aku langsung makan, lalu mandi dan belajar. Setelah belajar, aku pergi tidur.

Keesokan paginya, aku berangkat ke sekolah. Aku berangkat ke sekolah dengan berjalan santai. Saat aku menaiki kereta MRT, tiba - tiba saja ada seorang wanita yang mendatangiku di dalam kereta. Rambutnya hitam terurai ke bawah, lalu tinggi tubuhnya hampir sama denganku, kulitnya yang putih, lumayan cantik, dan aku belum pernah melihat wajahnya sebelumnya.
" Hey, kau, kau dari SMA Sakaufuji, kan? "
" Iya. Memangnya ada apa? "
" Kalau begitu, perkenalkan aku seperti apa sekolah SMA Sakaufuji itu. "
" hah? Kamu kan sekolah disitu. Kamu ga tau"
" Bodoh. "
Dia langsung menjitakku.
" Aku baru disini. Jadi jelaskan. "

Dipikirkanku, dia murid pindahan yang tidak ku kenal, tiba - tiba saja menjitakku. Penganiayaan macam apa ini?
" Hahhh..... Sebelum kau menjitakku lebih lanjut, namamu siapa?. "
" Oh iya, namaku adalah Maydari Tachibana. Kelas 2 SMA. "
Sepertinya aku punya firasat buruk dia bakal satu kelas denganku.

Aku mulai menceritakan keadaan sekolah yang sekarang. Aku tau semua karena aku hanya mengamati dari atap sekolah. Berbeda dengan orang lain yang sibuk dengan kelompoknya. Aku sendirian diatap mengamati mereka. Tapi, aku tidak menceritakan kesendirianku kepadanya, karena ini hanyalah masalah pribadiku. Sesampainya di sekolah, kami berpisah. Dia pergi ke kantor guru sedangkan aku pergi ke kelas. Bagi murid pindahan, pertama kali memang harus menemui wali kelas. Lalu wali kelas memperkenalkannya di depan kelas. Aku pergi kelas dan duduk di bangkuku sambil membaca novel kesukaanku.

Beberapa lama kemudian, bel berdering. Pelajaran pertama Sastra Jepang dan Bu Rika masuk ke kelas. Tiba - tiba saja dia memberi tau sesuatu yang mengejutkan.
" Anak - anak, kita mempunyai sahabat baru. Kamu, sini masuk. "
Seorang perempuan datang ke kelas dan firasatku terwujud. Dia adalah Maidary.
" Namaku adalah Maidary Tachibana. Aku pindahan dari Kota Kyoto. Mulai sekarang mohon kerjasamanya. "
Uwaa, menyeramkan. Aku seperti dukun yang bisa memprediksi masa depan. Tapi, tiba - tiba saja dia berkata
" Oh iya, dan Yoshiba. Terima kasih sudah menemaniku saat di Kereta tadi. "
Tiba - tiba saja laki - laki di kelas, melihat mataku dengan sinis. Karena dia cantik, mungkin mereka mulai menyukai dirinya. Aku kaget, lalu langsung buang muka. Bu Rika tiba - tiba saja melihatku dengan tersenyum dengan mata yang berkaca - kaca. Aku tak mengerti maksudnya, tapi aku aku sedikit memahami perasaanya. Mungkin saja, setelah sekian lama aku tidak berbicara pada orang lain, sekarang aku mulai berbicara pada seorang perempuan.

" Ehmm.. jadi Maidary, kamu duduk di depan Yoshiba. Karena cuma itu bangku yang kosong. "
" Baik, bu. "
Dia langsung berjalan dan duduk dibangkunya. Lalu menoleh ke belakang.
" Memang takdir bertemu ga sampai disini aja ya Yoshiba. "
" Ehm, hei, pelajaran sudah mulai, Mai. Hadap depan. "
" hahahaa, kamu orangnya lucu. "
" Terserahmu saja. "

Bu Rika tertawa kecil - kecil. Aku tersipu malu, karena baru kali ini aku berhadapan orang semacam ini. Sepertinya dia orang yang aktif nantinya. Pelajaran pun dimulai. Sepertinya Bu Rika menikmati melihatku sudah mulai berbicara dengan orang lain. Tapi di dalam hatiku, aku masih bergejolak tentang hal ini. Tatapan sinis laki - laki, membuatku tidak ingin mendekatinya.

Beberapa lama kemudian, bel istirahat berbunyi. Satu kelas berkumpul di bangku Maydari. Mulai ramai disini dan aku langsung pergi dari kelas. Mereka melempar pertanyaan - pertanyaan kepada dia. Tapi aku cuek saja dan pergi. Aku pergi ke kantin dan duduk di meja makan. Seperti biasa, jika aku dikantin, aku duduk di paling sudut. Aku mulai melahap roti yang aku beli. Roti coklat adalah kesukaanku. Saat aku membuka bungkusnya, tiba - tiba saja ada yang berteriak dari kejauhan.
" Yoshiba!!! "
Aku langsung melihat ke asal suara itu. Lagi - lagi dia. Dia langsung berlari ke arahku.
" Yoshibaaaa!!!! "
" . . . "
" Hey, jangan diam saja. Aku ingin kau mengenalkan sekolah ini lebih lanjut. Tapi untuk sekarang, apa disini ada roti keju? "
" Itu disana. Ada ibu kantin, katakan aja Roti Keju. Dia langsung buat. "
" Waaahhhh.... oke oke. Klw gitu kau jangan lari dulu. Aku mau beli rotinya. "
" Haahh, baiklah. "

Dia langsung lari ke ibu kantin dan membeli roti keju. Lalu dia kembali ke tempat dudukku, dan duduk disebelahku. Lalu dia membuka rotinya dan mulai memakannya.
" Hey, Yoshiba, roti ini enak. "
" Ya. "
" Oiya, aku mendengar di sekolah ini bisa buat klub ya? "
" Iya bisa. Peraturannya ada di buku panduan siswa. "
" Emm, aku belum dikasih. "
" Hahhh... baiklah aku beritahu. Jadi, sebelum buat klub, kau harus mengumpulkan 5 anggota, menentukan nama klub, menentukan guru pembimbing, lalu mengajukannya ke Ketua Osis dan mereka akan menyediakan ruangan klub untukmu"
" Hemmm.... jadi gitu ya. Berat juga. Kalau gitu Yoshiba! Kau adalah anggota pertama. "
Aku kaget dan mulai tersedak. Karena dia mengatakannya saat aku sedang minum.
" A-apa maksudmu??? "
" Aku katakan lagi, kau adalah anggota pertama dan aku ketuanya. Mulai sekarang kita cari anggota lain. "

Apalagi sekarang? Semenjak dia masuk ke sekolah ini, dia mulai bertindak sesuka hatinya. Dia menunjukku sebagai anggota tanpa keputusanku. Aku tak mengerti apa yang akan dilakukannya dan klub apa yang akan dibuatnya. Haahhhh..... tapi, yah, dia sepertinya memberiku energi positif. Sebelumnya aku tidak punya orang yang mengajakku bicara. Selama di sekolah, aku hanya duduk diam. Berbicara seperlunya saja. Tapi sekarang, dia menjadi sosok yang mengajakku bicara. Tapi, teman yah, aku belum menganggapnya teman.

My Heart DiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang