Rasanya baru kemarin kita bersama.
Saling mencintai satu sama lain.
Tapi sesaat kemudian aku tersadar.
Itu dulu.
Beberapa tahun yang lalu.
Tidak bisakah kita kembali?
Seperti dulu?Luhan menahan sesak pada dadanya. Pemandangan yang menyakitkan membakar matanya. Oh astaga. Perasaan apa ini? Ia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Detik berikutnya ia memalingkan wajahnya. Ia membenci hal ini. Melupakan lelaki itu seharusnya tidak sesulit ini. Tapi kenapa sekarang menjadi sangat sulit?
"Jangan memaksakan diri."
Ia menoleh. Seorang pria berdiri tepat di sampingnya dengan tangan menyentuh pundaknya
"Kau terlalu memaksakan dirimu. Itu akan jauh lebih menyiksa. Kau tahu?."
Kini pria itu mendudukan diri di hadapan Luhan. Mencoba membuat benteng untuk melindungi Luhan. Ya setidaknya itulah yang pria itu fikirkan
"Entahlah. Seharusnya tidak sesulit ini, kan?."
Pria itu mengangguk. Ia meremas tangan Luhan dengan lembut. Mencoba memberi kekuatan pada sahabatnya itu
"Kau tahu kenapa, Luhan? Ini karena kau masih mencintai Minseok."
Luhan kembali menatap pria di hadapannya. Memandangnya tak mengerti. Bagaimana mungkin? Ia yang menginginkan hubungan itu berakhir. Bagaimana mungkin ia berfikir kalau Luhan masih mencintai mantan kekasihnya itu?
"Kau berbicara omong kosong, Baekhyun. Ini tahun kedua kami berpisah."
Pria di hadapan Luhan menggeleng. Atau selanjutnya kita bisa menyebutnya Baekhyun
"Omong kosong? Tidakkah kau merasa apa yang aku katakan adalah kebenaran? Kau masih mencintai Minseok. Jika tidak demikian, aku yakin melupakannya tidak akan sesulit ini."
Great! Luhan benar-benar terdiam mendengar jawaban Baekhyun. Pria itu membunuhnya seketika. Perkatannya membuat Luhan tergagu
"Apa ini sebuah omong kosong?."
Luhan masih diam. Baekhyun tersenyum tipis. Semua perkataannya benar. Luhan masih mencintai mantan kekasihnya itu
"Coba fikirkan perkataanku. Kau bisa mengajaknya kembali. Ini belum terlambat. Yah, meski sudah dua tahun berlalu tapi aku yakin jika kau memiliki keberanian kau akan bisa mendapatkannya kembali."
"Tapi bagaimana jika hati Minseok sudah berubah?."
Luhan menyahut cepat
"Kita tidak tahu kalau kau tidak mencobanya, kan?."
Benar. Lagi-lagi Baekhyun berkata benar. Luhan tidak akan tahu perasaan Minseok selama ia belum mencobanya kan?
"Aku akan mencobanya."
Baekhyun tersenyum lagi. Lalu mengangguk. Luhan masih memperhatikan seorang pria tak jauh tempatnya duduk. Mantan kekasihnya
'Kim Minseok, aku akan mendapatkanmu kembali'
==============================================
Malam semakin larut. Bahkan langit sudah gelap sepenuhnya. Tapi Luhan belum berniat untuk memejamkan matanya. Ia masih terjaga dengan ponsel di tangannya. Raut wajahnya menjelaskan kalau ia sedang gelisah. Ia berjalan kesana-kamari dengan terus memandangi benda pipih itu. Luhan berniat menghubungi Minseok dari beberapa jam yang lalu tapi ia urungkan. Ia takut menerima kenyataan kalau mantan kekasihnya itu tidak menjawab telfonnya. Luhan bodoh. Ia tidak akan tahu jawabannya kalau ia tidak mencobanya kan? Pria itu terlalu paranoid.
Luhan menghentikan langkahnya. Ia kembali menatap benda pipih berwarna putih itu. Di sana jam menunjukan pukul sepuluh. Oh astaga. Ini sudah terlalu larut. Luhan kembali mengurungkan niatnya untuk mengubungi Minseok. Bodoh. Luhan bodoh. Tekan saja nomornya.
Luhan benar-benar dilema. Ah dan akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi Minseok. Persetan dengan hasilnya nanti. Ia harus menelfonnya sekarang juga. Luhan menekan beberapa angka yang sudah atau masih sangat ia hafal di kepalanya. Tentu saja nomor telfon mantan kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACK AGAIN!
FanfictionWARNING! YAOI FANFICTION! XIUHAN FANFICTION! BOYXBOY! BOYS LOVE! DON'T READ IF YOU NOT LIKE!