Chapter 0

34 1 2
                                    



Langit gelap dan bulan pun enggan untuk menampakan dirinya.

Bintang-bintang seakan kehilangan sinarnya dan kegelapan yang menyelimuti malam ini begitu mencekam. Tidak ada lagi alunan musik jazz yang menemani di kala matahari terbenam. Tidak ada lagi pantulan cahaya dari layar-layar raksasa yang menampilkan berbagai iklan. Tidak terlihat lagi keramaian di Elm Street.

Hanya ada suara beberapa sepatu boot yang menginjak lumpur.

Tiga orang anak muda berlari secepat yang mereka bisa. Berusaha menghindari reruntuhan bangunan yang menjadi penghalang jalan. Wajah mereka pucat pasi. Nafas tidak beraturan. Apapun yang mengejar, mereka tahu bahwa nyawa mereka dalam bahaya.

Berlari dan berlari. Terus berlari tanpa ada arah, tanpa ada tujuan. Melewati segala penghalang. Menunduk dan melompat dari satu reruntuhan ke reruntuhan yang lain. Yang pasti, tidak dapat bersembunyi. Hanya bisa berlari dan berlari. Sekuat tenaga. Bahkan jika bisa, menghilang saat ini juga adalah pilihan terbaik.

Salah satu dari mereka tersandung sebuah beton. Wajahnya mendarat tepat di permukaan tanah yang sudah menjadi lumpur. "Ah!" teriaknya.

"William! William aku rasa Tris terjatuh!"

Seakan tidak peduli, William tetap berlari. Bahkan untuk menengok saja enggan. Bagi dia, tidak ada waktu lagi untuk mengurus orang-orang ceroboh.

"William! Kau deng-"

"Aku dengar Zeta!" Balas William yang tiba-tiba berhenti berlari. "Aku dengar! Ah sial! Kalau begini, kita akan kehabisan waktu! Kita tidak bisa bertemu dengan Jupo dan yang lainnya."

"Tapi, haruskah kita meninggalkan Tris? Dia jatuh dan aku yakin dia ketakutan seka-"

"Kita semua takut! Kita semua ketakutan! Sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Pasukan kekaisaran ada dibelakang! Apa lagi yang mau kita perbuat?!" William membentak.

Sesaat. Zeta berpikir kalau William ada benarnya. Tapi hati kecilnya berkata lain. Tris adalah teman masa kecil mereka. Tidak mungkin dia meninggalkannya sendirian disana. Namun, pasukan kekaisaran tepat berada di belakang mereka. Zeta mulai merasakan kebimbangan pada dirinya. Apa yang harus dia lakukan?

"Sudah kuduga kau akan berpikir dua kali." Suara William memecah keheningan. "Aku akan pergi menjemput Tris. Kau tunggu saja disini."

"Ta... tapi William... tadi... barusan... kau..."

"Aku panik, Zeta. Aku panik. Aku sendiri tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Heh. Tapi aku ingat prinsip ayah. Tidak boleh meninggalkan teman dibelakang. Aku pergi." William segera berlari kebelakang. Kembali ketempat dimana Tris terjatuh.

"William! Tunggu! Aku ikut bersama-"

"Tunggu saja disana!" Potong William. "Aku segera kembali!"

"William!" Zeta berteriak sekuat tenaga. Seakan mencoba menahan agar William mau mengajaknya. Namun itu sia-sia.

Zeta melihat sekelilingnya. Berusaha mencari tempat perlindungan agar setidaknya, jika pasukan kekaisaran datang, dia masih bisa bersembunyi sambil menunggu William dan Tris kembali. Melihat sebuah goa yang terbentuk dari reruntuhan, dia masuk dan meringkukan tubuhnya.

Sendirian, kedinginan dan tak tahu harus berbuat apa. Zeta hanya berharap agar William cepat kembali bersama Tris.

Tiga puluh menit, satu jam, dua jam, dan William belum juga kembali. Zeta sudah mulai kehilangan harapannya. "Kapan..." Gumamnya. "Kapan kalian kembali, William, Tris..." Katanya yang sudah mulai lelah menunggu.

RITTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang