Kehilangan

15 1 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


25 Desember 2015, adalah kisahku yang baru dimulai. Memulai rumah tangga dengan laki-laki yang aku cintai dan juga mecintaiku.

Dia adalah laki-laki yang selalu menemaniku 8tahun terakhir ini. Dalam suka maupun duka. Cinta kami memang dimulai di bangku kuliahan, pada usia 19tahun. Laki-laki ku ini memang lebih muda dariku 1tahun tapi dia adalah segalanya. Tempat untuk bersandar, tempat berantem, tempat berkeluh kesah, bahkan juga tempat menyalurkan "energi" berlebihan.

Dari awal kami pacaran dia sudah bilang padaku "Ay, aku gak nyari pacar untuk sekarang atau hanya coba-coba, tapi aku mencari seorang wanita yang akan nantinya menjadi istriku dan melahirkan anak-anakku, kita memang masih muda tapi aku sudah menetapkan hati bahwa kamu lah yang akan menjadi wanita special-ku. Aku mau kamu siap dengan segala alang merintang didepan kita. Gak akan mudah memang, tapi selama kamu menggenggam tanganku dan ada Tuhan yang selalu menyertai kita, aku yakin aku kuat. Apa kamu bisa menungguku sampai waktu yang tepat memulai lembaran baru kembali dalam kehidupan kita, bukan hanya kita berdua tapi ada keluargaku, ada keluargamu dan juga nantinya ada anak-anak kita?"

Awal kami pacaran sebenarnya aku belum move on dari mantan pacarku waktu SMA, tapi dia mendekatiku dengan riang, halus, lembut tapi menusuk. Dia menungguku, dan aku yakin kehidupan terus berjalan, aku yakin jodoh itu ada di tangan Tuhan tapi tidak menampik jodoh juga ditentukan oleh diri sendiri, makanya aku membuka hatiku dan ternyata aku terjerat dengan sangat dalam.

Banyak yang bertanya tentang kami apakah kami memang selalu seperti itu, selalu merasa dunia kami berbeda dari orang kebanyakan? Apakah memang kami saling mencintai sebegitu dalam? Apakah memang kami merasakan tidak akan pernah berpisah kecuali dipanggil Pemilik Sang Kehidupan? Apakah dengan intesitas komunikasi dan juga pertemuan kami masih selalu merindu? Apakah benar bahwa aku sudah mentok sama dia, dan dia sudah mentok sama aku?

Oh.....Jawaban yang tegas yang diberikanya kepada mereka yang bertanya yaitu "YA"

Duniaku adalah dia. Dunianya adalah aku.

Cintaku adalah dia. Cinta dia adalah aku.

8tahun kami berpacaran tidak selalu mulus. Ada kalanya aku jenuh yang memang sudah sifatku suka jenuh jika monoton kehidupanku. Tapi walau aku jenuh tidak pernah terpikir untuk berpisah darinya. Dia selalu mengerti saat sifat jenuh itu datang maka dia akan bertanya "apakah aku sedang jenuh", dengan blak-blak an aku akan menjawab "iya aku sedang jenuh dan aku gak mau sms-an/line/wa/bbm dan juga teleponan sama kamu". Dia hanya bilang "oke sayang, kalau udah gak jenuh lagi hubungin aku yah, jangan lupa makan, jangan lupa solat, jaga kesehatan".

Ahh....Pria baik hatiku yang selalu mencintaiku tanpa syarat, yang tak pernah mengungkit masa-masa kenakalan remajaku dengan teman laki-laki ku yang lain, yang hanya memberi tanpa pernah meminta.

Walau dia bilang akan menungguku hingga aku tidak jenuh lagi, aku yang gak bisa menunggu selama itu. Hanya dalam waktu 1jam aku bakal nelpon dia dan bilang "sayang, gak kuat gak bisa ngubungin kamu, hiks....". Dengan entengnya dia akan menjawab "Hahahaha...aku tahu, kamu gak akan pernah bisa lepas dari jaringku cinta"

Long Journey [Nada In My Heart]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang