Part 5 (Obstacle (1))

6.5K 212 17
                                    


Naruhina Fanfiction
Rated M
.
.
.
~•°•°•°•°•~

Sore menjelang tapi hinata dan naruto tak ingin bangun dari tidurnya yang sangat nyama. Naruto memekuk hinata dan hinata membelas pelukan naruto. Sungguh nyaman bagi mereka.

Sampai suara ketukan pintu yang membabi buta membuat hinata terpenjat kaget.

"to-tousan... Kurasa ada yang mencari"

"hmmn, biar kubuka saja hime"

Naruto mengambil boxernya dan meninggalkan hinata yang kembali tertidur.

Tok tok tok

"hm, tunggu sebentar... "

Ceklek

Plak

"ji-jisan..."

Ujar naruto yang tiba-tiba mendapatkan tamparan yang keras dari sang kakek tiri. Naruto menatap datar pada sang kakek.

Sang kakek yang tak lain adalah Danzo memasuki penthouse naruto dengan santai seolah tak ada masalah apapun walau sebenarnya mereka memiliki masalah masing masing

Danzo duduk pada sofa naruto dengan gaya santainya, mengambil sebatang rokok dan menyalakan api.

"ada apa kau kemari?"
Tanya naruro datar

Naruto pov

Ukh, ada apa dengan si tua bangka ini datang kemari? Membuatku kehilangan kesabaran saja. Apa perlu aku memukulnya disini, sekarang juga?

"ada apa kau kemari?"

~•°•°•°•°•~

Huh, lihat?! Waktuku dengan hinata terbuang sia sia dengan kehadirannya! Membuatku muak saja. Aku menatap danzo yang kian mendekati arah pintu.

"pikirkan itu... Naruto... "

Ujar danzo sebelum ia pergi meninggalkan penthouse ini. Aku melangkahkan kaki kearah kamarku, tepatnya pada arah hinata yang sedang tertidur pulas di kasurku.

"hime... "
Ujarku lirih,

Hinata tak menatapku, kurasa ia masih tertidur dengan tenang. Syukurlah, aku meninggalkan hinata yang masih tertidur. Membawa kertas dan menuliskan surat izin sekolah untuk hinata.

Hinataku yang cantik,
Hinataku yang manis,
Hinataku yang imut,
Hinata...

.

.

.

.

.

Aku tak akan melepaskanmu!

Hinata pov.

"hime... "
Lirihnya.

Tes tes tes.

Air mata tak dapat kubendung, mendengar pembicaraan mereka membuat hatiku sakit. Sakit sekali.

Kurasa ia pergi, dalam diam aku menangis memikirkan pembicaraan mereka, memikirkan juga masa depanku. Ada apa ini, kami-sama? Kenapa hidupku seperti ini?

Ia datang padaku,
Ia menyapaku,
Ia menjadi sosok ayah bagiku,
Ia merawatku,
Ia menyentuhku,
Ia... Membuatku menjadi seorang wanita muda.

Kini aku berusaha menggunakan pakaian, dengan perlahan aku menghampiri tou-san yang menuliskan surat, tanganku terulur membelai tengkuk lehernya.

"hime... Kenapa kau ada disini?"

OVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang