Please World

502 47 71
                                    

Kita berdua berjalan bersama, disebuah jalan yang selalu kita lalui bila akan pulang menuju rumah.

Ini hanyalah satu hari yang normal, dengan tetes butiran hujan yang menghujam bumi dengan dingin.

Kita berjalan bersama, seperti biasanya, seolah saling melengkapi. Kau dan diriku seperti hari-hari sebelumnya, senyummu, sentuhanmu, semua hal tentangmu, nampaknya tak lekang oleh waktu.

Aku mengikutimu, tersenyum, berbicara, layaknya hari-hari sebelumnya.

Mendadak, kau menghentikan langkahmu.

Aku terdiam.

Aku tidak mengerti, ada apa?

"Sayounara.*"

Demikian kata yang keluar dari mulutmu.

Derai tetesan hujan membasahi sekujur tubuhku.

"Eh...?"

Apakah aku salah dengar?

Apakah telingaku tengah berdenging karena hujan?

Aneh.

"Apa yang kau katakan, Okita-kun? Aku tidak mendengarnya." kataku, berusaha terdengar seceria mungkin.

Kau hanya tersenyum pahit, menatapku dengan manikmu yang dalam.

Apa?

Apa yang diucapkannya barusan?

Aku salah dengar, kan?

Hei, katakanlah, itu semua bohong!

Tolong ... tolong katakan, semua itu hanyalah kebohongan. Cukup satu kata saja, katakan itu bohong!

Aku tidak bisa menerimanya, dunia bersama dirimu seharusnya begitu lembut, penuh kebahagiaan bukankah begitu?

Aku tidak bisa menerimanya, kenyataan di mana tak ada dirimu dalam hidupku.

Aku terjatuh.

Dalam.

Begitu dalam.

Jauh ke dalam lautan.

Begitu dalam, gelap, sunyi.

Diriku yang tak berguna ini, diriku yang tak bisa melakukan apa-apa ini, terdiam begitu lama.

Waktuku telah terhenti.

Ku pikir, aku sudah berusaha sekeras yang ku bisa.

Untuk membahagiakanmu.

Membanggakanmu.

Melindungimu.

Melayanimu.

Dan berguna bagimu.

Air hujan yang berjatuhan ini, seolah tak mampu menghapus sedikitpun kegundahan dalam hatiku.

Apakah benar, semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu?

Ah ... ya, mungkin sebaiknya aku membuang saja, semuanya. Perasaan ini, keinginan ini, hasrat ini.

Dan melupakan semuanya.

Ya, lupakan saja semuanya, tentangmu, tentangku, dan tentang kita.

Ya, aku sebaiknya membenci saja, dirimu yang membuangku begitu saja, mengatakan selamat tinggal pada diriku begitu saja.

Aku akan membencimu.

Membencimu.

Membenci ...

Aku tidak bisa melakukannya!

Kenapa? Kenapa aku tidak bisa membencimu?

Aku benci diriku yang tak bisa membencimu ini.

Tolonglah, putarbalikkan waktu ini.

Aku ingin memulai semuanya dari awal!

Aku ingin menyampaikan semuanya, sebelum hal ini terjadi, seharusnya demikian.

Mengapa?

Mengapa aku begitu bodoh?

Harusnya aku mengatakan, "Aisareteitai yo.**"

Dunia tanpamu ini, hanyalah terisi oleh kepedihan semata.

Aku tidak memerlukan diriku yang telah dibuang olehmu!

Tolong ....

Tolonglah, katakan padaku, semuanya itu hanyalah kebohongan semata.

Dunia dengan keberadaan dirimu, seharusnya lebih baik bagiku.

Seberapapun kejamnya kenyataan, hanya dengan keberadaan mu disisiku, aku bisa membisikkan, "Daijobu da yo,***" pada diriku.

Aku tidak bisa menerimanya, kenyataan di mana tak ada dirimu dalam hidupku.

Dunia tanpamu begitu menyakitkan, apakah kau tahu?

Aku tidak memerlukan diriku yang sudah tidak terpakai ini. Rusak, membusuk dalam sunyi.

Aku tidak membutuhkannya.....

---

Ini hanya khayalan yang Sei tulis berdasarkan lagu Rin berjudul Onegai Sekai. Maaf kalau ooc, ngawur, dan kurang nge-feel. Dan Sei tau, ini emang ga jelas('Д' )

Semacam monolog dari Kashuu Kiyomitsu saat tuannya, Okita Souji tidak memakainya lagi karena dia patah, rusak parah.

Untuk translate... ini lebih kepemahaman pribadi sebenarnya. Yah, buat yang ga ngerti aja, deh. Yang dah paham, nggak perlu liat.

*sayounara: selamat tinggal, jenis ini dikatakan untuk salam perpisahan yang maksudnya 'tidak akan pernah bertemu kembali' atau bisa juga perpisahan dalam waktu lama, yang tak tahu kapan bisa bertemu kembali.
**aisareteitai yo: 'aku ingin dicintai' atau bisa juga 'cintailah aku', well, mungkin juga, bisa lebih kearah 'sayangilah aku'
***daijobu da yo: 'semuanya akan baik-baik saja'

Please WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang