~Nagisa POV~Kehidupan adalah jalan yang di berikan Tuhan pada setiap makhluk ciptaannya. Dan itu bukanlah kesengajaan, Ia hanya ingin agar manusia selalu melihat hal-hal yang baru. Mereka yang mengakhiri hidupnya, meninggalkan impiannya, dan menyerah pada keadaan. Hanyalah orang- orang yang bodoh, tidak pernah berfikir akan ada hal baru yang bisa dilakukan di masa depan.
"Ibuuuuu!!!" Aku berteriak memanggil ibu.
"Iya!! Ada apa nagisa-chan~ kau tidak lihat ibu sedang sibuk." Ibuku keluar dari kamarnya dengan membawa catokkan rambut.
"Aku akan pergi ke sekolah ibu ~ sarapannya mana?" Tanya ku, saat membuka tutup saji dan itu masih kosong.
"Oh.. seperti biasa, sarapan saja di sekolah. Ini ada uang untukmu, makan yang banyak yah." Ucapan ibu sungguh melukaiku.
"Hmm... " aku berbalik dan mengambil tas dan kunci mobilku.
Setiap pagi, inilah yang aku dapatkan. Kehilangan perhatian dari ibuku, sejak ayah dan ibu bercerai, aku, selalu merasa sendirian. Dan itu terjadi setiap hari bahkan sudah bertahun-tahun aku mengalaminya.
Tapi, aku bersyukur Tuhan itu selalu mengasihiku. Aku percaya itu.~Nagisa POV End~
Nagisa bergegas menstar mobilnya, ia sangat terlambat hari ini. Apalagi semalam ia harus lembur karena banyak yang harus dilakukan.
Di perjalanan Nagisa melamun, tanpa sadar ia menabrak pengendara motor di depannya.
PIIP!!! suara klakson motor yang menyadarkan lamunan Nagisa."Ah?? KYAAAAAA!!" Nagisa panik dan membanting stir mobilnya. Nagisa sangat panik dan akhirnya keluar dari mobilnya.
"Ah??!" Ia menutup mulut saat melihat seorang pria yang berlumuran darah di hadapannya.
"Gomen nasai.. hiks.. hiks...hikss..hikss.. gomen gomen gomen" ia mengatakannya dengan bercucuran air mata.
"Hah~ kalau kalau hanya menangis seperti itu. aku bisa mati kehabisan darah, bodoh." Ucap pria itu menarik nafas.
"Ah? Benar juga ucapannya, aku sangat ketakutan sampai lupa tidak menolongnya. Bodohnya aku" nagisa meruntuk didalam hati.
"Ah gomen, aku hanya panik, go,..gomen" ucap Nagisa menunduk malu dengan perbuatannya.
"Hmmm" ucap pria itu singkat.
Nagisa memapah dan membawanya kedalam mobil merahnya, hampir samalah sama warna rambut pria itu hehe.
~skip~
Sesampainya di rumah sakit, Nagisa memanggil perawat. Dia melihat perawat itu membawa pria tadi kedalam ruangan yang bertuliskan 'Ruang Rawat' didepannya.
"Tuhan, aku mohon jangan sampai ada luka yang serius. Aku mohon Tuhan, aku mohon padaMu. Jika dia terluka parah, aku tidak akan memaafkan diriku. Tuhan kasihilah dia, jangan sampai,.. dia menjadi lumpuh atau apalah. Amin" sambil menutup matanya yang sembab. Nagisa terus berdoa untuk kesembuhan pria yang tidak sengaja di tabraknya.
Tak lama kemudian, perawat dan pria tadi keluar berbarengan dari Ruangan. Saat melihat perban dikepala pria itu, membuat jantung Nagisa berdegub kencang. Tapi, bukan itu yang membuatnya tak karuan, tatapan mata pria itu padanyalah yang membuat jantungnya berdegub.
"Aih,.. apa apaan sih dia, menatapku seperti itu" Nagisa berucap dan hanya dia yang bisa mendengarnya.
"Apa anda keluarganya?" Tanya perawat padanya.
"Ah?.. ano dia itu-" ucapan Nagisa di sela pria berambut merah itu.
"Dia pacarku" ucapan pria itu membuat Nagisa terperanjat.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Love With The Assassin
FanfictionShiota Nagisa adalah seorang gadis yang pendiam dan selalu menuruti ibunya. Lalu, apa yang terjadi jika ia jatuh cinta dengan sang pembunuh berdarah dingin? Akankah happy ending? Or.. sebaliknya?