Prolog

95 4 0
                                    

Pagi itu Kejora terbangun dengan keadaan yang berantakan. Rambutnya acak-acakkan, bajunya kusut, dan tangannya berlumuran darah. Tunggu, darah?. Kejora terkejut saat melihat kedua tangannya lalu beralih memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ia semakin terkejut ketika melihat seorang mayat di samping kanannya yang juga berlumuran darah dengan sebuah pisau yang tertancap tepat di dada orang itu.

Kejora takut dan sangat takut. Dengan gemetaran Kejora mencoba untuk mengingat apa yang terjadi tadi malam, namun ia tidak bisa mengingat apa pun. Karena saking ketakutannya, ia akhirnya berlari meninggalkan tempat itu sampai ia terhenti karena ternyata ia telah menabrak punggung seorang cowok yang sekarang berada tepat di depannya sambil menatap lurus kearahnya. "Ma-Maaf gue gak sengaja," ujar Kejora lirih tanpa berniat menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang diajaknya berbicara. "Kalo ngomong itu liat orangnya. Lo itu ya kalo jalan liat-liat dong. Masih punya mata kan? Kalo nggak punya bilang dong biar gue kasihin lo mata kuda sekal.." ucapan cowok itu terhenti ketika ia tak sengaja melihat kearah tangan Kejora yang berlumuran darah.
Kejora bingung, "kok berhenti sih ngomongnya?" tanyanya dalam hati. Tiba-tiba saja cowok itu menanyakan pertanyaan yang tidak pernah ingin didengar oleh kedua telinga Kejora.

"Tangan lo kenapa?" Tanya cowok itu dengan suara pelan.
Kejora masih bergeming, enggan untuk menjawab pertanyaan cowok yang berada di hadapannya saat ini.
"Gue tanya sekali lagi. Tangan lo kenapa?" tanya cowok itu lagi dengan sedikit penekanan di setiap kata yang ia lontarkan. Kejora segera mengangkat kepalanya dan menatap cowok itu tajam. "Bukan urusan lo. Minggir gue mau lewat." Namun bukannya memberikan jalan bagi Kejora, cowok itu malah bergeming dan tidak mengucapkan satu patah kata pun. Kejora mengernyit melihat respon yang diberikan oleh cowok itu kepadanya. Namun Kejora dengan cepat menetralkan kembali raut wajahnya menjadi datar, raut wajah yang sering ia berikan kepada orang asing termasuk cowok di hadapannya saat ini.

"Lo denger kan gue bilang apa? Gue tu mau--"

"Enggak." Belum sempat Kejora menyelesaikan kalimatnya, cowok itu sudah memotongnya ucapannya. Kejora menggeram kesal dan menatap cowok di hadapannya itu lebih tajam. Tiba-tiba seakan tersadar dengan keadaannya, ia pun menatap cowok di hadapannya itu lagi. Namun kali ini tatapannya tegas seakan memperingati. "Sekali lagi gue minta lo minggir. Gue mau lewat," ujar Kejora kepada cowok di hadapannya. Cowok itu tetap bergeming, namun detik selanjutnya ia memundurkan tubuhnya bermaksud memberi akses bagi Kejora untuk berjalan melewatinya.

Setelah berjalan-setengah berlari- beberapa langkah untuk segera pergi dari tempat itu, tiba-tiba saja langkah kaki Kejora terhenti karena kalimat yang dilontarkan oleh cowok tadi. 
"Nama gue Bintang. Bintang Andromeda tepatnya. Salam kenal."

Karena semua berawal dari kata salam kenal.
                             
                               ❇❇
Hai, ini ceritaku yang pertama. Semoga nggak terlalu abal-abal banget ya wkwk. Semoga suka yaa. Kasih tau aja kalo misalnya ada kesalahan kata atau kalimat.
Thankyou for reading.

Punggung Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang