PROLOG

33 1 1
                                    

Pagi itu, pagi yang paling menyakitkan. Pagi yang membuatnya takut untuk menjalani hidup, takut untuk bernafas lagi.

Hujan turun seakan mengerti kesedihannya. Payung-payung hitam mulai mengembang. Dan tak berapa lama, meninggalkan pusara yang basah terguyur hujan.

Namun ia tetap disana, gadis itu masih disana. Berjongkok sambil menangis dalam diam tanpa suara. Tangan mungilnya mengelus sebuah kayu yang terukir nama sang ibu.

Sang ibu yang selalu melindunginya, selalu ada untuknya, selalu bersedia membuka lengannya dengan lebar untuk memeluknya. Pelukan yang selalu berhasil membuatnya tenang sebesar apapun masalah yang ia hadapi.

Tapi kini, itu tak akan ia dapatkan lagi. Kini ia hanya seorang diri. Ia merasa hidupnya sudah hancur. Hancur menjadi kepingan-kepingan yang rapuh. Entah kapan kepingan yang rapuh itu bisa bertahan.

"Ibu... jangan tinggalkan aku..."

Second TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang