Siapa Dia?

173 11 4
                                    

Setelah aku memutuskan pergi dari ogim, aku benar- benar menjauh darinya. Aku tidak ingin lagi berkomunikasi dengannya, bahkan untuk melihatnya pun aku tidak ingin. Aku hanya tidak lagi bisa menahan airmata ku. Ogim akan lebih baik tanpaku, karena dia tidak harus pusing lagi menghadapi kemarahan riana karena cemburu padaku. Ogim mencintai riana, itu yang ku tau dan harus ku pahami.
Setelah kejadian di kantin antara aku, riana dan ogim,aku memang melihat usaha ogim untuk kembali mendekati ku. Mungkin dia tidak enak hati dengan kejadian pendorongan riana itu, tapi jujur ku katakan lebih baik tidak usah berkomunikasi dulu. Aku ingin ogim dan riana baik-baik saja. Mereka harus tetap bersama.
Aku merasa bersalah telah membuat jarak pada ogim, tapi itu harus ku lakukan. Jujur itu adalah hari-hari terburuk dalam hidupku, pernah merasakan sudah jatuh tertimpa tangga? Aku sudah, dan mari kita renungkan kesialan ku ini.
Setelah seminggu kejadian rumit antara aku dan ogim, aku mendapat kabar untuk harus kemedan,dikarenakan ayahku sedang sakit karena terlilit hutang yang besar. Aku benar-benar hancur mendengarnya, aku seperti kosong.
Aku sudah tidak memikirkan kuliah ku lagi ataupun bagaimana dengan barang-barangku yang dikamar kos, hari itu juga aku mengambil tiket bus dan berangkat kemedan. Itu bukan hal mudah, aku harus membayar semua kekacauan ini dengan air mata.
Aku tidak permisi pada ogim. Aku cuma permisi pada nia. Nia adalah rekan satu kamar kos ku. Aku bilang pada nia, bahwa aku kemedan karena ada sedikit permasalahan dan mungkin untuk kuliahku, aku akan melanjutkan nya dimedan. Aku berbohong, aku sudah tau bahwa aku tidak akan melanjutkan kuliah lagi, karena finansial keluargaku yang tidak memungkinkan. kami benar-benar terpuruk dengan ini semua.
Nianmengerti, dan nia menangis setelah menghantar kepergianku.

Aku ingat, jam tanganku menunjukkan pukul 9 lewat 10 menit pagi hari. Aku sampai dirumah dan langsung memeluk ibuku , juga ayahku. Aku anak tunggal di rumah ini. Aku benar-benar merasakan kasih sayang yang utuh dirumah ini, aku tidak pernah di kekang dan di berikan kebebasan memilih jalan hidupku, maka saat aku memilih untuk kuliah di pekanbaru, ayah dan ibuku tidak keberatan.
Tapi aku tidak tau, ternyata orangtua ku memberikan ku rantai untuk memilih jodohku, aku tidak diberi kebebasan untuk mencari "Adamku". Aku tidak menyangka ternyata aku telah di jodohkan sejak aku lahir dengan anak sahabat ayahku.  Aku tidak bisa menahan air mataku, aku hanya menangis dan berlari menuju kamarku. Kututup pintu dan ku kunci, ku rasa kan kekacauan yang tidak ku tahu sejak kapan dimulai dan kapan bisa ku akhiri. Aku mendengar suara ibu memanggilku dan mengetuk pintu kamarku.
"Zira, buka nak. Ibu akan menjelaskannya padamu."
Aku diam. Tapi airmataku mengalir deras.

"Zira, kamu harus mendengar lalu memutuskan nya. Ibu percaya zira tidak ingin ayah makin sakit karena ini."
Aku terhenyuk. Aku tidak mau ayahku sakit.

"Buka dulu, nak. Ibu janji tidak akan memaksa zira. Semua keputusan ada pada zira."

Ku ambil tissu,lalu ku lap air mataku. Aku berjalan menuju pintu dan membukanya. Aku kembali ketempat tidur, dan ibuku menyusul.
Ibu membelai rambutku, tapi itu membuat airmataku mengalir, aku tidak tahan lalu ku peluk ibu, tangisku pecah.
" ibu apa salah zira? Kenapa yang datang kezira hanya kesakitan. Kenapa bu?" Aku terisak

"Zira, coba zira tenang dulu. Biar ibu jelaskan ke zira. Kalau zira masih belum puas, menangis dulu. Supaya zira lega."
Aku menangis, tapi lambat laun tangisku reda. Kurasa cukup untuk menangis. Aku harus mendengar penjelasan ibu.

"Bu?"
"Iya nak?"
"Kenapa kita bu? "
"Zira, ayahmu dijebak oleh rekan kerjanya nak. Sehingga semua tabungan dan investasi ayah mu sekarang habis."

Sebelum nya , aku akan memperkenalkan karakter ibuku. Ibuku adalah seorang ibu yang tidak pernah lemah. Sungguh, ibuku tangguh sekali. Dia kuat, dan jika dia bisa tenang dengan keadaan terpuruk begini, aku tidak heran. Karena memang, dia punya kekuatan super.

" lalu, ayahmu jatuh sakit. Tapi nak, ayahmu berpesan pada ibu untuk tidak memberitahumu. Tapi, sudah seminggu ini ayahmu ingin dirimu datang. Uang untuk kehidupan mu dipekanbaru, kami sudah tidak bisa lagi mengusahakan nya, nak."

Surat Untuk ZiraWhere stories live. Discover now